Share

Bab 3. Justin Afford

Sinar matahari menembus jendela menyentuh wajah Athena yang kini masih tertidur lelap. Perlahan, Athena mulai membuka matanya. Seketika saat Athena sudah membuka matanya, dia merasakan perih dan sakit di pangkal pahanya. Kepalanya memberat, dia memijit pelan pelipisnya.

Athena mengedarkan pandangannya, dia menatap dirinya berada di sebuah kamar hotel. Tampak Athena begitu terkejut melihat dirinya berada di sebuah hotel. Rasa perih di bagian bawahnya membuat Athena memejamkan mata sesaat. Dia merasakan perih dan sakit luar biasa di inti tubuhnya.

“Kau sudah bangun?” Suara bariton menyapa, sontak membuat Athena membuka matanya dan terkejut.

Mata Athena mendelik, melihat sosok pria dengan tubuh tegap, wajah yang tampan, rahang yang kokoh hanya memakai bathrobe. “Kau siapa?” seru Athena dengan tatapaan menghunus dingin ke arah pria itu. Namun, keterkejutan Athena perlahan memudar, saat dia menyadari pria itu adalah pria yang begitu mirip dengan seseorang yang dia sangat kenal. Athena langsung menepis pikirannya, hanya sebuah kebetulan pria itu mirip dengan sosok pria yang begitu dia kenali.

Pria itu duduk dengan menyilangkan kaki. Lalu menjawab dengan santai, “Aku akan membayarmu lima belas juta dolar. Kau tutup mulutmu, dan jangan membuat masalah di luar.”

Pernyataan pria itu sontak membuat Athena langsung menghentikan lamunannya. Dia menghunuskan tatapan tajam pada pria yang duduk tidak jauh darinya itu. “Apa maksudmu membayarku?”

“Kau tidak ingat apa yang kita lakukan semalam?” Pria itu bertanya balik dengan nada angkuh. Dia menaikkan sebelah alisnya dan menatap rendah wanita di hadapannya.

“Semalam?” Athena mengerutkan keningnya. Kemudian, tatapannya teralih melihat tubuhnya. Seketika tubuh Athena mematung. Dia terkejut melihat tubuh polosnya hanya terbalut oleh selimut tebal.

“Sialan! Apa yang kau lakukan padaku, bastard!” cerca Athena dengan penuh kemarahan.

Pria itu mengambil botol wine di hadapannya, lalu menuangkan ke gelas sloki dan menyesapnya perlahan. “Ada seseorang yang menjebakku dengan memasukkan obat. Kau juga mabuk dan menggodaku. Kita sama-sama dalam keadaan yang tidak bisa kita tolak. Kau tenang saja, aku akan membayarmu dengan harga yang pantas. Lima belas juta dolar. Apa itu kurang? Jika kau membutuhkan lebih, aku akan memberikannya. Cukup kau sebutkan nominal yang kau inginkan. Dan jangan membuat ulah dengan memberi tahu media.”

“Sialan! Kau pikir aku jalang yang bisa kau bayar? Kau pikir siapa dirimu?! Apa kau tidak tahu siapa aku?” bentak Athena dengan keras. Tangannya terkepal kuat, tatapannya menghunus begitu tajam.

“Aku tidak peduli siapa dirimu,” jawab pria itu dingin.

Athena menggeram. Dia ingin sekali menangis. Selama ini dia selalu menjaga dirinya, tapi pada akhirnya dia harus melepas sesuatu yang berharga dari dirinya, hanya untuk orang yang tidak dia kenal. Namun, sejak dulu Athena pantang menangis. Bagi Athena, menangis hanya untuk wanita lemah. Hingga kemudian, dengan susah payah, Athena beranjak berdiri dan menutupi dirinya dengan selimut.

“Akh!” rintih Athena. Dia merasakan begitu perih pada inti bagian bawahnya.

“Kau tidak apa-apa?” tanya pria itu ketika melihat rintihan Athena.

“Bukan urusanmu! Jangan bersikap kau peduli padaku!” tukas Athena sarkas.

“Aku bisa membantumu masuk ke dalam kamar mandi jika kau mau,” tawar pria itu dengan wajah datar, namun tetap menunjukkan keangkuhannya.

“Aku tidak ingin dibantu olemu! Dan satu lagi, aku tidak membutuhkan uangmu! Simpan uangmu! Aku bukan jalang!” seru Athena. Dia tidak akan membiarkan pria itu menyentuh tubuhnya lagi. Sudah cukup kebodohannya. Kemudian Athena melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar mandi.

Tidak lama kemudian, setelah Athena membersihkan diri, dia keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai bathrobe. Tatapan Athena kini menatap pria itu yang tengah menyesap wine di tangannnya.

“Kau sudah selesai?” tanya pria itu ketika melihat Athena sudah keluar dari kamar mandi.

“Aku rasa, kau melihat. Kecuali penglihatanmu rusak!” seru Athena. “Sekarang, lebih baik kau siapkan baju untukku! Gaun yang aku pakai tadi malam tidak mungkin aku bisa memakainya lagi!” Tatapan Athena melihat gaunnya yang begitu mengenaskan. Dia tidak mungkin memakai gaun yang telah robek itu.

“Ada yang ingin aku tanyakan padamu,” ujar pria itu dengan tatapan begitu serius.

“Apa yang ingin kau tanyakan? Aku tidak memiliki banyak waktu berbicara denganmu!” jawab Athena dingin.

Are you a virgin?”

Pertanyaan pria itu sukses mendapatkan tawa sinis dari Athena.

“Aku sudah tidur denganmu akibat kebodohanku. Kau masih mempertanyakan sebuah pertayaan yang terdengar begitu bodoh!” tukas Athena sarkas.

“Tadi malam, kita sama-sama di luar kondisi sadar. Aku tidak sengaja melihat bercak darah di ranjang,” jawab pria itu dingin. Wajahnya terlihat seolah tidak memedulikan. Namun, kenyataannya pria itu mempertanyakan sebuah pertanyaan bodoh bagi Athena. Tidak hanya itu, tapi pria itu cukup terkejut di jaman seperti saat ini masih ada wanita yang masih virgin.

“Aku tidak ingin membahas itu,” balas Athena dengan nada yang tak suka. “Lebih baik kau minta orangmu mengantarkan baju untukku!”

“Tanpa harus membahas, aku sudah tahu jawabannya. Kau tunggulah, assistant-ku sedang di jalan. Dia akan segera tiba.” Pria itu kembali menyesap wine di tangannya. “Siapa namamu? Aku rasa kau belum menyebutkan namamu.”

Athena tersenyum sinis. “Kau mengatakan tidak peduli siapa diriku. Jadi lebih baik, kau tidak perlu bertanya siapa namamu.”

Pria itu mengedikkan bahunya acuh. “Alright, aku juga tidak tertarik mengenal dirimu. Tapi kau bisa memanggilku Justin.”

“Aku tidak peduli,” jawab Athena dengan wajah yang tidak mau menatap Justin. Terlihat wajah Athena yang memang tidak peduli pada pria di hadapannya.

Terdengar suara bell berbunyi, Athena dan Justin langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu.

“Itu pasti assistant-ku,” tukas Justin dingin.

Athena mengangguk singkat.

Kemudian Justin beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan ke arah pintu dan langsung membuka pintunya.

“Tuan Justin? Kenapa Athena Morris bisa bersama Anda?”

“Tuan Justin, berikan keterangan—”

“Athena Morris?”

Wartawan berkerumunan, mengajukan banyak tertanyaan.

Brakkkk!

“Sialan!” Justin membanting pintu kamar hotel. Di hadapannya itu dipenuhi oleh wartawan yang menyerangnya dengan pertanyaan bertubi-tubi.

“Di depan ada wartawan?” Suara Athena terdengar begitu panik dan cemas.

“Siapa dirimu sebenarnya?” Justin menghunuskan tatapan begitu tajam pada Athena.

“A-Aku ….” Athena mengumpat dalam hati, merutuki kebodohannya yang mabuk hingga harus tidur dengan pria asing. Kini di depan ada wartawan, itu sama saja dia akan menghancurkan kariernya sendiri.

“Kau siapa?! Kenapa bisa banyak wartawan yang memanggilmu dengan sebutan Athena Morris?” Justin kembali bertanya dengan tatapan yang semakin tajam. Rahangnya mengetat. Terlihat kilat kemarahan dalam matanya.

Athena terdiam sesaat. Dia terlihat tampak ragu untuk menjawab. Namun tak berselang lama, dia memilih menjawab dengan nada dingin, “Aku Athena Moris. Aku seorang artis dan model. Aku rasa kau tidak mungkin tidak mengenal namaku.”

“Sialan! Sialan! Kenapa kau tidak bilang sejak awal kau adalah artis?” Justin berteriak begitu frustrasi. Dia mengusap wajahnya dengan kasar.

“Kenapa kau begitu marah? Harusnya aku yang marah karena ini akan menghancurkan karierku!” seru Athena dengan penuh emosi.

“Kau pikir hanya dirimu yang hancur?” geram Justin.

“Kau hanya orang biasa! Kau tidak perlu pusing dengan media!” balas Athena sarkas.

Justin tersenyum sinis. “Orang biasa? Bukannya tadi aku bilang padamu jangan sampai kau bilang pada media tentang ini? Apa ada orang biasa yang mampu membayarmu lima belas juta dolar, Athena Morris?”

Perkataan Justin sukses membuat Athena bungkam. Ya, Athena melupakan satu hal. Sebelumnya Justin mengatakan, jangan sampai media mengetahui ini. Tidak, bukan hanya itu, tapi apa yang dikatakan Justin benar. Tidak mungkin orang biasa mampu menawarkan uang lima belas juta dolar padanya.

Hingga kemudian, Athena mendongakkan wajahnya dan menatap lekat pria di hadapannya. “Sebenarnya siapa dirimu?”

Justin membuang napas kasar. “Justin Afford. Aku rasa kau mengenal namaku.”

“J-Justin A-Afford?” Athena membenturkan punggungnya di dinding. Dia menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar ini. Napasnya memburu. Tatapan bingung dan tidak tahu harus seperti apa membuat Athena sulit berpikir.

“A-apa hubunganmu dengan Afford Group?” Athena bertanya memastikan. Terlihat wajahnya kini begitu panik.

“Tanpa harus memberitahumu, aku rasa kau tahu jawabannya. Cukup kau tahu nama belakangku, kau tahu siapa diriku,” tukas Justin dingin.

Athena terdiam, dia tidak mampu berkata-kata. Dia tidak pernah menyangka ini akan terjadi pada dirinya. Afford Group, salah satu perusahaan terbesar di Amerika. Tentu Athena mengenal perusahaan besar itu. Hanya saja, bagaimana Athena bisa mengatasi ini? Athena berkali-kali menggelengkan kepalanya, berharap apa yang dia dengar ini salah. Sudah sejak tadi Athena tidak berhenti mengumpat dalam hati. Kali ini, Athena benar-benar merutuki kebodohannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status