Sinar matahari menembus jendela menyentuh wajah Athena yang kini masih tertidur lelap. Perlahan, Athena mulai membuka matanya. Seketika saat Athena sudah membuka matanya, dia merasakan perih dan sakit di pangkal pahanya. Kepalanya memberat, dia memijit pelan pelipisnya.
Athena mengedarkan pandangannya, dia menatap dirinya berada di sebuah kamar hotel. Tampak Athena begitu terkejut melihat dirinya berada di sebuah hotel. Rasa perih di bagian bawahnya membuat Athena memejamkan mata sesaat. Dia merasakan perih dan sakit luar biasa di inti tubuhnya.
“Kau sudah bangun?” Suara bariton menyapa, sontak membuat Athena membuka matanya dan terkejut.
Mata Athena mendelik, melihat sosok pria dengan tubuh tegap, wajah yang tampan, rahang yang kokoh hanya memakai bathrobe. “Kau siapa?” seru Athena dengan tatapaan menghunus dingin ke arah pria itu. Namun, keterkejutan Athena perlahan memudar, saat dia menyadari pria itu adalah pria yang begitu mirip dengan seseorang yang dia sangat kenal. Athena langsung menepis pikirannya, hanya sebuah kebetulan pria itu mirip dengan sosok pria yang begitu dia kenali.
Pria itu duduk dengan menyilangkan kaki. Lalu menjawab dengan santai, “Aku akan membayarmu lima belas juta dolar. Kau tutup mulutmu, dan jangan membuat masalah di luar.”
Pernyataan pria itu sontak membuat Athena langsung menghentikan lamunannya. Dia menghunuskan tatapan tajam pada pria yang duduk tidak jauh darinya itu. “Apa maksudmu membayarku?”
“Kau tidak ingat apa yang kita lakukan semalam?” Pria itu bertanya balik dengan nada angkuh. Dia menaikkan sebelah alisnya dan menatap rendah wanita di hadapannya.
“Semalam?” Athena mengerutkan keningnya. Kemudian, tatapannya teralih melihat tubuhnya. Seketika tubuh Athena mematung. Dia terkejut melihat tubuh polosnya hanya terbalut oleh selimut tebal.
“Sialan! Apa yang kau lakukan padaku, bastard!” cerca Athena dengan penuh kemarahan.
Pria itu mengambil botol wine di hadapannya, lalu menuangkan ke gelas sloki dan menyesapnya perlahan. “Ada seseorang yang menjebakku dengan memasukkan obat. Kau juga mabuk dan menggodaku. Kita sama-sama dalam keadaan yang tidak bisa kita tolak. Kau tenang saja, aku akan membayarmu dengan harga yang pantas. Lima belas juta dolar. Apa itu kurang? Jika kau membutuhkan lebih, aku akan memberikannya. Cukup kau sebutkan nominal yang kau inginkan. Dan jangan membuat ulah dengan memberi tahu media.”
“Sialan! Kau pikir aku jalang yang bisa kau bayar? Kau pikir siapa dirimu?! Apa kau tidak tahu siapa aku?” bentak Athena dengan keras. Tangannya terkepal kuat, tatapannya menghunus begitu tajam.
“Aku tidak peduli siapa dirimu,” jawab pria itu dingin.
Athena menggeram. Dia ingin sekali menangis. Selama ini dia selalu menjaga dirinya, tapi pada akhirnya dia harus melepas sesuatu yang berharga dari dirinya, hanya untuk orang yang tidak dia kenal. Namun, sejak dulu Athena pantang menangis. Bagi Athena, menangis hanya untuk wanita lemah. Hingga kemudian, dengan susah payah, Athena beranjak berdiri dan menutupi dirinya dengan selimut.
“Akh!” rintih Athena. Dia merasakan begitu perih pada inti bagian bawahnya.
“Kau tidak apa-apa?” tanya pria itu ketika melihat rintihan Athena.
“Bukan urusanmu! Jangan bersikap kau peduli padaku!” tukas Athena sarkas.
“Aku bisa membantumu masuk ke dalam kamar mandi jika kau mau,” tawar pria itu dengan wajah datar, namun tetap menunjukkan keangkuhannya.
“Aku tidak ingin dibantu olemu! Dan satu lagi, aku tidak membutuhkan uangmu! Simpan uangmu! Aku bukan jalang!” seru Athena. Dia tidak akan membiarkan pria itu menyentuh tubuhnya lagi. Sudah cukup kebodohannya. Kemudian Athena melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar mandi.
Tidak lama kemudian, setelah Athena membersihkan diri, dia keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai bathrobe. Tatapan Athena kini menatap pria itu yang tengah menyesap wine di tangannnya.
“Kau sudah selesai?” tanya pria itu ketika melihat Athena sudah keluar dari kamar mandi.
“Aku rasa, kau melihat. Kecuali penglihatanmu rusak!” seru Athena. “Sekarang, lebih baik kau siapkan baju untukku! Gaun yang aku pakai tadi malam tidak mungkin aku bisa memakainya lagi!” Tatapan Athena melihat gaunnya yang begitu mengenaskan. Dia tidak mungkin memakai gaun yang telah robek itu.
“Ada yang ingin aku tanyakan padamu,” ujar pria itu dengan tatapan begitu serius.
“Apa yang ingin kau tanyakan? Aku tidak memiliki banyak waktu berbicara denganmu!” jawab Athena dingin.
“Are you a virgin?”
Pertanyaan pria itu sukses mendapatkan tawa sinis dari Athena.
“Aku sudah tidur denganmu akibat kebodohanku. Kau masih mempertanyakan sebuah pertayaan yang terdengar begitu bodoh!” tukas Athena sarkas.
“Tadi malam, kita sama-sama di luar kondisi sadar. Aku tidak sengaja melihat bercak darah di ranjang,” jawab pria itu dingin. Wajahnya terlihat seolah tidak memedulikan. Namun, kenyataannya pria itu mempertanyakan sebuah pertanyaan bodoh bagi Athena. Tidak hanya itu, tapi pria itu cukup terkejut di jaman seperti saat ini masih ada wanita yang masih virgin.
“Aku tidak ingin membahas itu,” balas Athena dengan nada yang tak suka. “Lebih baik kau minta orangmu mengantarkan baju untukku!”
“Tanpa harus membahas, aku sudah tahu jawabannya. Kau tunggulah, assistant-ku sedang di jalan. Dia akan segera tiba.” Pria itu kembali menyesap wine di tangannya. “Siapa namamu? Aku rasa kau belum menyebutkan namamu.”
Athena tersenyum sinis. “Kau mengatakan tidak peduli siapa diriku. Jadi lebih baik, kau tidak perlu bertanya siapa namamu.”
Pria itu mengedikkan bahunya acuh. “Alright, aku juga tidak tertarik mengenal dirimu. Tapi kau bisa memanggilku Justin.”
“Aku tidak peduli,” jawab Athena dengan wajah yang tidak mau menatap Justin. Terlihat wajah Athena yang memang tidak peduli pada pria di hadapannya.
Terdengar suara bell berbunyi, Athena dan Justin langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu.
“Itu pasti assistant-ku,” tukas Justin dingin.
Athena mengangguk singkat.
Kemudian Justin beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan ke arah pintu dan langsung membuka pintunya.
“Tuan Justin? Kenapa Athena Morris bisa bersama Anda?”
“Tuan Justin, berikan keterangan—”
“Athena Morris?”
Wartawan berkerumunan, mengajukan banyak tertanyaan.
Brakkkk!
“Sialan!” Justin membanting pintu kamar hotel. Di hadapannya itu dipenuhi oleh wartawan yang menyerangnya dengan pertanyaan bertubi-tubi.
“Di depan ada wartawan?” Suara Athena terdengar begitu panik dan cemas.
“Siapa dirimu sebenarnya?” Justin menghunuskan tatapan begitu tajam pada Athena.
“A-Aku ….” Athena mengumpat dalam hati, merutuki kebodohannya yang mabuk hingga harus tidur dengan pria asing. Kini di depan ada wartawan, itu sama saja dia akan menghancurkan kariernya sendiri.
“Kau siapa?! Kenapa bisa banyak wartawan yang memanggilmu dengan sebutan Athena Morris?” Justin kembali bertanya dengan tatapan yang semakin tajam. Rahangnya mengetat. Terlihat kilat kemarahan dalam matanya.
Athena terdiam sesaat. Dia terlihat tampak ragu untuk menjawab. Namun tak berselang lama, dia memilih menjawab dengan nada dingin, “Aku Athena Moris. Aku seorang artis dan model. Aku rasa kau tidak mungkin tidak mengenal namaku.”
“Sialan! Sialan! Kenapa kau tidak bilang sejak awal kau adalah artis?” Justin berteriak begitu frustrasi. Dia mengusap wajahnya dengan kasar.
“Kenapa kau begitu marah? Harusnya aku yang marah karena ini akan menghancurkan karierku!” seru Athena dengan penuh emosi.
“Kau pikir hanya dirimu yang hancur?” geram Justin.
“Kau hanya orang biasa! Kau tidak perlu pusing dengan media!” balas Athena sarkas.
Justin tersenyum sinis. “Orang biasa? Bukannya tadi aku bilang padamu jangan sampai kau bilang pada media tentang ini? Apa ada orang biasa yang mampu membayarmu lima belas juta dolar, Athena Morris?”
Perkataan Justin sukses membuat Athena bungkam. Ya, Athena melupakan satu hal. Sebelumnya Justin mengatakan, jangan sampai media mengetahui ini. Tidak, bukan hanya itu, tapi apa yang dikatakan Justin benar. Tidak mungkin orang biasa mampu menawarkan uang lima belas juta dolar padanya.
Hingga kemudian, Athena mendongakkan wajahnya dan menatap lekat pria di hadapannya. “Sebenarnya siapa dirimu?”
Justin membuang napas kasar. “Justin Afford. Aku rasa kau mengenal namaku.”
“J-Justin A-Afford?” Athena membenturkan punggungnya di dinding. Dia menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar ini. Napasnya memburu. Tatapan bingung dan tidak tahu harus seperti apa membuat Athena sulit berpikir.
“A-apa hubunganmu dengan Afford Group?” Athena bertanya memastikan. Terlihat wajahnya kini begitu panik.
“Tanpa harus memberitahumu, aku rasa kau tahu jawabannya. Cukup kau tahu nama belakangku, kau tahu siapa diriku,” tukas Justin dingin.
Athena terdiam, dia tidak mampu berkata-kata. Dia tidak pernah menyangka ini akan terjadi pada dirinya. Afford Group, salah satu perusahaan terbesar di Amerika. Tentu Athena mengenal perusahaan besar itu. Hanya saja, bagaimana Athena bisa mengatasi ini? Athena berkali-kali menggelengkan kepalanya, berharap apa yang dia dengar ini salah. Sudah sejak tadi Athena tidak berhenti mengumpat dalam hati. Kali ini, Athena benar-benar merutuki kebodohannya.
“Sekarang apa yang harus kita lakukan?” tanya Athena dengan wajah begitu panik. Dia sendiri sudah tidak tahu harus seperti apa. Sejak dulu, Athena selalu menghindari pemberitaan di media. Dan sekarang, dirinya harus terjebak dengan situasi seperti ini. Athena benar-benar merutuki kebodohanya yang mabuk dan berakhir tidur dengan pria asing. Tidak, bukan hanya sekadar pria asing, tapi pria yang memiliki kekuasaan besar.Justin menuangkan wine ke gelas slokinya, kemudian menenggaknya hingga tandas. Raut wajah Justin menunjukkan kemarahannya, Namun, dia masih terlihat begitu tenang. “Aku menunggu assistant-ku, aku sudah meminta orangku mengusir media.”“Aku harus menghubungi manager-ku.” Athena berbalik, dia mencari keberadaan tasnya. Namun, saat Athena mencari tasnya, dia tidak herhasil menemukan keberadaan tasnya.“Apa kau melihat tasku?” tanya Athena yang kini menatap lekat Justin.“Kau pikir di saat kau mabuk, dan aku terkena obat sialan itu, aku memikirkan keberadaan tasmu?” tukas Ju
“Athena, kita harus bicara,” tukas Justin dingin saat tiba di hadapan Athena. Terlihat wajah Athena begitu enggan melihat Justin.“Ada apa? Aku tidak memiliki waktu banyak. Jika wartawan sudah pergi, lebih baik aku pergi dari sini,” jawab Athena yang tidak memedulikan Justin berada di hadapannya. Dia mengalihkan pandangannya, tidak mau menatap Justin.“Kau ingin keluar dari sini?” Justin tersenyum miring. “Di sekitar hotel banyak wartawan. Jika kau berani keluar, kau sudah tahu akibatnya, bukan?”Athena mengumpat dalam hati, dia mengepalkan sebelah tangannya dengan kuat. Kali ini, dia benar-benar terjebak dalam masalah yang besar. Athena berusaha mengatur emosinya, kemudian dia mendongakkan kepalanya dan menatap tajam Justin, “Lalu apa rencanamu setelah ini? Tidak mungkin kita hanya di kamar hotel ini!”“Kita akan keluar bersama dari hotel ini,” jawab Justin datar.Athena tersentak. “Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu? Keluar bersama? Kau ingin membuat banyak pemberitaan media tent
Mobil Justin telah tiba di One Madison Park, penthouse milik Athena yang terletak di Manhattan. Sebelumnya Justin sudah menduga Athena tinggal di sini, tentu alasannya karena One Madison Park adalah tempat yang biasa dipilih oleh para artis dan model ternama.“Terima kasih sudah mengantarku,” tukas Athena dingin. Dia melirik Justin sekilas, lalu kembali mengalihkan pandangannya. Terlihat Athena begitu enggan menatap Justin.“Ambil ini.” Justin memberikan kartu namanya pada Athena.Athena mengerutkan keningnya saat Justin memberikannya kartu nama. “Untuk apa kau memberikan kartu nama padaku? Aku tidak membutuhkannya!”“Kau jangan berisik, Athena! Cepat ambil, aku tidak memiliki waktu berlama-lama denganmu,” jawab Justin dengan tatapan menghunus tajam ke arah Athena.Tanpa lagi menjawab, Athena langsung mengambil kartu nama Justin. Dia turun dari mobil, dan membanting kasar pintu mobil Justin. Dia tidak peduli mobil mahal pria itu rusak. Athena mengentakkan kakinya masuk ke dalam pentho
“Tuan Justin.”Justin yang hendak masuk ke dalam kamar, menghentikan langkahnya ketika ada yang memanggilnya. Dia membalikkan tubuhnya, lalu menatap Peter assistantyang kini berdiri di hadapannya.“Ada apa?” tanya Justin dingin.“Maaf, Tuan, ada Tuan Besar Drake datang,” ujar Peter seraya menundukkan kepalanya.“Kakekku datang?” Justin menautkan alisnya, menatap bingung Peter.Peter mengangguk. “Benar, Tuan.”Tanpa lagi menjawab, Justin berjalan meninggalkan Peter dan segera menemui Drake. Sejak kedua orang tuanya berada di Oxford untuk menemani adik kembarnya—Joseph dan Hazel—yang tengah menempuh pendidikan di Oxford University, membuat Drake selalu datang menemui Justin.“Grandpa,” sapa Justin ketika melihat Drake.“Masalah apa yang kau lakukan, Justin Lucero!” Suara Drake berseru dengan tatapan begitu dingin ke arah Justin.“Apa maksud Grandpa?” Justin bertanya dengan raut wajah datar.Drake mendekat, kini tatapannya begitu tajam ke arah Justin. “Sejak kapan kau memiliki skandal de
Julia mengetuk pintu kamar Athena, namun tidak ada jawaban. Julia mendengkus kesal. Dia sudah beberapa kali mengetuk pintu kamar sahabatnya itu, tapi tidak juga mendapat jawaban. Kemudian, Julia memilih untuk langsung masuk ke kamar Athena.“Athena!” Julia berseru kala mendapati Athena masih tertidur pulas. Pantas saja dia mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban.“Diamlah, Julia! Aku kurang tidur sejak tadi malam. Kau tahu, kemarin aku pemotretan hingga pagi hari.” Athena menarik bantal, dia menutupi telinganya dengan bantal. Ya, kemarin Athena memiliki jadwal yang sangat padat. Bahkan dia mengambil seluruh jadwal pemotretan.Julia mendengkus, dia menarik bantal Athena. “Di luar ada kekasihmu yang datang! Cepat temui dia!”Athena tergelak, dia langsung membuka matanya. “Siapa yang kau maksud kekasihku?” tanyanya.Julia mendesah pelan. “Justin Afford. Pria itu ternyata sangat tampan. Aku baru pertama kali melihatnya secara langsung. Dia sungguh tampan. Aku rasa, kau sudah tidak normal j
Justin duduk di kursi kebesarannya sembari menyesap wine di tangannya. Pikirannya kini memikirkan pemberitaan di media tentang hubungannya dengan Athena. Ya, sejak pertemuannya dengan Athena, hidupnya kini semakin kacau. Terlebih, dia belum berhasil menemukan orang yang menjebaknya itu. Jika saja dia berhasil menemukan orang yang memasukkan obat ke di minumannya, dia sudah pasti akan menghabisi orang itu dengan tangannya sendiri.“Tuan Justin,” panggil Peter, yang kini melangkah masuk ke dalam ruangan Justin.Justin mengalihkan pandangannya, lalu menatap dingin Peter. “Ada apa? Aku sudah mengatakan padamu, bukan? Jangan mengangguku!”“Maaf, Tuan, tapi tadi pagi Tuan Besar Drake mencari Anda,” jawab Peter.Justin membuang napas kasar. “Sementara ini, jangan biarkan kakekku menemuiku. Aku tidak ingin mendengar ucapannya yang memintaku menikah dengan Athena.”“Tuan, sebenarnya ada hal yang ingin saya katakan,” balas Peter dengan kepala yang menunduk, tidak berani melihat Justin.“Apa yan
“Athena, hari ini kita pemotretan pagi. Kau tidak lupa, kan?” tanya Julia sambil menatap Athena yang tengah menuruni tangga.“Tidak, Julia, aku tidak mungkin lupa,” jawab Athena. Dia melangkah menuju ruang makan dengan Julia yang mengikutinya dari belakang.Tidak lama kemudian, pelayan mengantarkan sandwich dan susu kacang untuk Athena dan Julia.“Dengan siapa pasanganku hari ini?” tanya Athena sembari menikmati sandiwch di tangannya.“Fazio Brown,” jawab Julia santai.Athena tersentak. Dia meletakkan sandwich di tangannya ke atas piring, lalu menatap dingin Julia. “Maksudmu hari ini aku sesi pemotretan dengan Fazio?” ulang Athena memastikan.Julia mengangguk. Dia mengambil susu kacang yang masih hangat itu lalu menyesapnya perlahan. “Ada apa? Kenapa kau sangat terkejut?”Athena mendengkus, dia menatap kesal Julia. “Kau bertanya kenapa? Aku rasa kau tahu jawabannya, Julia!”Julia mendesah pelan. “Kau takut dengan Kiera?”“Sialan! Sejak kapan aku takut dengan wanita itu?!” seru Athena.
“Athena Morris!” Suara teriakan keras seorang wanita begitu menggelegar, membuat orang yang ada di sana terkejut dan mengalihkan pandangan mereka pada sumber suara itu.Kening Athena berkerut saat melihat sosok wanita dengan wajah angkuhnya melangkah mendekat ke arahnya. “Marinka Addison? Ada apa kau ke sini?” seru Athena dengan tatapan dingin melihat Marinka menghampirinya.Terlihat raut wajah kemarahan Marinka. “Aku datang ke sini karena memiliki urusan denganmu, Jalang!”“Urusan apa yang kau maksud?” tukas Athena dingin. Dia masih terlihat begitu tenang kala Marinka menatap tajam dirinya. “Kau sengaja membuat skandal dengan Justin Afford? Apa penghasilanmu menjadi seorang artis tidak cukup?” Marinka tersenyum sinis. “Kau memang lahir dari seorang wanita rendah, sampai kapan pun kau hanya tetap menjadi tikus! Kau terlalu mimpi menjadi seekor elang!” “Bisa kau jelaskan apa maksud tujuanmu datang ke sini, Marinka? Kau menemuiku dan menghina diriku, itu sungguh memalukan. Kaulah yang