"Sa," panggil Elang lirih. Ia yang sedikit terpejam terpaksa kembali membuka matanya sebab suara Sabrina yang mengusik ketenangannya."Kamu kenapa?" Tangan Elang menepuk pipi Sabrina agar kembali terjaga."Mas, pemuda itu, Mas!" lirih Sabrina ketakutan. Ia kembali duduk lalu memeluk Elang dengan eratnya."Tenanglah, kamu cuma mimpi.""Aku takut mereka akan datang lagi," balas Sabrina. Ia menenggelamkan kepalanya dalam dada bidang milik laki-laki yang sedang ia peluk."Tidak akan. Mas akan membawamu ke kota setelah tujuh hari kematian ibumu. Kita akan tinggal di apartemen," ucap Elang yakin. Sebab ia tak mungkin membawa Sabrina tinggal dalam satu rumah bersama keluarganya."Benar kah, Mas?" Sabrina masih belum percaya."Iya. Aku tidak mungkin meninggalkanmu di sini," ucap Elang seraya mengusap punggung Sabrina.Gadis yang baru saja melepas masa lajang itu merasa senang karena tiba-tiba bisa menikah dengan laki-laki yang tampan dan mapan. Tak pernah terbersit sedikitpun dalam benaknya a
Dalam pelukan Elang, Sabrina merasa aman dan tenang. Tak peduli dia lelaki beristri, asalkan tampan dan mapan Sabrina merasa semua akan mudah untuk dijalani."Tidurlah," bisik Elang. Tangan kekar itu masih saja bergerak teratur di atas punggung Sabrina, menyalurkan rasa nyaman yang membuat perempuan di dekatnya makin tenggelam dalam perasaannya.Perasaan yang salah, tapi Sabrina tak peduli. Toh semuanya sudah terjadi dan keduanya sudah menjadi sepasang suami istri. Haruskah Sabrina bersyukur atas apa yang terjadi, mengingat kejadian naas itu membuatnya jatuh dalam pelukan lelaki tampan?Sabrina tak peduli. Yang ia pikirkan adalah saat ini hidupnya telah berubah. Suaminya yang kaya itu jelas akan membantu membayar hutang keluarga yang membuat semua tragedi itu terjadi.Dalam tidurnya, Sabrina diam-diam menikmati aroma tubuh Elang. Wangi parfum bercampur keringat yang membuat indera penciumannya tak henti menghidu.Perlahan tapi pasti, Sabrina terbuai dalam pelukan lelaki beristri yang
Bab 7Sabrina meletakkan kembali ponsel milik suaminya di atas meja. Ia lantas menatap wajah tampan yang membuatnya rela menikah tanpa pendekatan atau perkenalan lebih dulu. Baginya, sikap peduli dan perhatian yang dimiliki Elang cukup menjadi alasan untuk dirinya mencinta, tak peduli dengan status yang disandang oleh lelaki itu."Kalau dapat suami tampan dan kaya, aku rela meskipun jadi yang kedua," batin Sabrina sambil tersenyum miring.Namun setelahnya, Sabrina menghela napas panjang. "Sayangnya semua ini harus ditukar dengan nyawa ibu."Tak mau larut dalam kesedihan, Sabrina bangkit dari duduknya. Ia mengambil sesuatu dari dalam lemari pakaiannya.Sebuah selimut sudah berada di dalam genggaman tangan Sabrina untuk dipakaikan di badan Elang. Ia tak mau udara pagi ini membuat Elang terusik. Biarkan selimut ini memberikan kehangatan untuk lelaki yang kini mulai menjadi candu baginya.Lagi, Sabrina terpesona melihat wajah tampan yang sedang dipeluk oleh mimpi itu. Tak pernah terpikirk
Bab 8Elang baru saja kembali dari luar. Ia membawa amplop cokelat tebal di dalam genggaman tangannya."Mas dari mana?" tanya Sabrina setelah membuka pintu. Ia mengekori langkah Elang menuju sofa ruang tamu."Kamu bisa antar Mas?" Elang menatap Sabrina dengan wajah serius."Kemana?""Ke tempat rentenir tadi.""Mas beneran mau bayarin hutang ibu?""Emang kamu sanggup bayar?""Kalau langsung lunas kayak Mas gini ya ngga sanggup. Aku biasanya dicicil.""Kalau kamu ikut Mas pergi ya ngga akan lagi sempat buat nyicil. Sudahlah, ngga apa-apa biar Mas yang bayar."Sabrina tak lagi menyahut. Ia pun mengikuti langkah Elang menuju mobilnya terparkir.Hawa di dalam mobil yang sejuk membuat Sabrina merasakan sensasi yang berbeda. Ia tak menyangka sudah menjadi nyonya dari pemilik mobil ini. Mobil sedan keluaran terbaru yang mulus dan terasa mewah baginya. Bisa duduk saja Sabrina tak menyangka, apalagi ini menjadi istri dari pemilik mobil ini."Untuk apa ibumu pinjam uang sebanyak ini?" Elang memu
Bab 9"Kurang ajar!" geram Elang. Ia berjalan dengan cepat ke arah Tarjo. Tanpa basa basi dan banyak pertimbangan, kepalan tangan Elang itu mendarat di pipi Tarjo yang tak lagi mulus.Tarjo terjerembab di samping kursi. Ia kehilangan keseimbangan sebab kepalan tangan Elang mendarat tanpa permisi.Rasa panas dan perih berkumpul menjadi satu di pipi Tarjo. Ia jatuh sambil memegangi pipinya yang tampak memar."Hei jangan kurang ajar!" teriak anak buah Tarjo yang dengan sigap berlari menghampiri bosnya. Ia membantu Tarjo berdiri dengan kepayahan sebab badan Tarjo yang lebih berat dari dirinya.Tarjo berdiri sambil memegangi pipinya yang terasa nyeri. Seringai licik pun terbit dari bibirnya yang kehitaman.Anak buah Tarjo yang lainnya menghampiri Elang, bersiap untuk membalas pukulan Elang yang membuat bosnya jatuh tersungkur."Kurang ajar kamu! Beraninya memukul bos di rumahnya sendiri," geram laki-laki itu. Ia mencengkram kerah baju yang melekat pada badan laki-laki yang baru saja memuku
Bab 10Elang menghentikan laju mobilnya. Ia merasa dilema dengan keadaan ini. Satu sisi ada istri yang membuat Elang khawatir dicurigai jika tidak menerima panggilannya. Berbagai tuduhan atau prasangka jelas muncul jika Elang tidak menerima panggilan Kayla di jam seperti ini, mengingat sudah jadi kebiasaan Kayla menelponnya menanyakan kabar dan soal makan siang.Di sisi lainnya, ada Sabrina yang duduk di samping Elang dan terpaksa harus mendengar pembicaraannya dengan sang istri tanpa ditutup-tutupi."Ngga apa-apa, Mas. Sudah jadi resiko atas pilihan yang kuambil." Sabrina memaksa bibirjya untuk tersenyum sedikit. Tangannya berusaha menghapus jejak air mata yang tertinggal di dalam wajah ayunya itu.Elang terdiam. Ia mengembuskan napas perlahan sambil mencengkeram erat setir yang ada di depannya untuk meluapkan rasa yang tak nyaman dalam dirinya. Baru kali ini ia berada dalam posisi yang dilematis seperti ini."Tidak mudah untuk menjalani pernikahan yang seperti ini, tapi semuanya sud
Bab 11Bibir Sabrina tersungging sambil memegangi tangan Elang yang tengah membantunya untuk turun dari mobil. Perlahan tangan Sabrina menggenggam lembut jemari sang suami.Dalam langkahnya, Sabrina menunduk untuk menutupi bibir yang tak kuasa menahan senyum. Ribuan kupu-kupu rasanya berdesakan dalam jantungnya. Gerakan kupu-kupu dalam dadanya itu membuat Sabrina merasa ingin menangis dan tersenyum secara bersamaan.Sudah lama hati Sabrina terasa kosong. Sekalinya terisi, membuat Sabrina mabuk kepayang. Tak sia-sia Sabrina memaksa Elang untuk menikahinya kemarin jika rasanya sebahagia ini.Elang menarik satu kursi untuk Sabrina duduk. Ia berdiri di belakang kursi itu sampai Sabrina meletakan badannya.Sabrina terkesima."Kamu kenapa?" tanya Elang saat ia baru saja duduk dan mendapati Sabrina sedang menahan bibir yang tersenyum.Perlakuan Elang barusan, menambah jumlah ribuan kupu-kupu dalam dirinya. Hatinya membuncah karena sikap manis Elang yang tidak pernah ia dapatkan dari beberap
Bab 12Tangan Elang terulur untuk mengusap rambut Sabrina yang menutupi dahi. Anakan rambut itu menghalangi kecantikan yang terpancar dari wajah sang istri. Elang terkesima.Untuk sejenak, Elang terdiam sambil mengamati wajah Sabrina yang terlelap. Hidungnya yang kecil tapi tinggi, bibirnya yang tidak terlalu tebal juga tidak terlalu lebar, mata yang kehitaman dengan bulu mata yang panjang tapi tidak terlalu lebat. Semua itu ada di wajah oval milik Sabrina.Kayla dan Sabrina sama-sama memiliki kecantikannya sendiri. Sama-sama cantik dengan ciri khasnya masing-masing.Sayangnya, dua wajah itu kini berhasil membuat Elang jatuh hati.Suami Kayla itu terpesona dengan wajah Sabrina. Tanpa permisi hatinya berdesir.Elang mendekatkan wajahnya ke arah dahi Sabrina. Ia mendaratkan bibirnya di atas dahi wanita yang kini menjadi istrinya itu dengan perlahan. Sebuah senyuman terukir di wajah Elang. Bagaimana ia akan memulai malam pertamanya mengingat sebelumnya tidak ada cinta diantara keduanya.