Share

Terjebak Cinta Tuan Duda
Terjebak Cinta Tuan Duda
Penulis: Bee TR

1. Merencanakan Jebakan

Pria berusia tiga puluh tahun itu duduk di meja kerjanya dengan wajah lecek. Beberapa kali tangannya mengepal dan memukul meja keras-keras hingga membuat tumpukan dokumen meloncat ketakutan. Setelan jas formal yang membalut tubuhnya seolah telah kehilangan fungsi untuk menjaga kegagahannya. Pria itu malah mengacak rambut seperti manusia kehilangan akal yang tak lagi peduli pada wibawa.

"Sabar, Bos. Sabar." Seorang pria lain yang duduk berdiri di depan meja berusaha menenangkan. 

"Sabar? Memangnya kau pikir aku bisa semudah itu untuk sabar?!"

Ialah Arnold Sanjaya, pria yang sedang kalut hatinya. Dengan mata kepalanya sendiri, Arnold menyaksikan bagaimana perempuan yang selama ini ia puja-puja telah berselingkuh dengan lelaki lain. Dalam waktu sekejap saja, semua kedudukan dan kekuasaan yang ia miliki seolah tak ada artinya lagi. Uangnya tumpah ruah hingga bisa digunakan untuk membeli apa pun yang ia ingini. Tapi ternyata, uang saja tak cukup untuk membuat istrinya tetap setia.

"Segera atur rencana yang sudah saya katakan! Jebak mereka berdua ke kamar hotel atau tempat lainnya yang memungkinkan saya untuk datang ke sana. Saya ingin melihat bagaimana wajah perempuan itu ketika tertangkap basah sedang bermain cinta dengan lelaki lain di belakang saya," pinta Arnold pada orang suruhannya.

Seorang pria yang sejak tadi berdiri di depan meja mengangguk. "Baik, Bos," jawabnya sebelum akhirnya permisi dari ruangan itu.

Setelah ruangan hanya menyisakan dirinya saja, Arnold kembali mengacak rambutnya dengan gemas. Matanya berkilat marah seolah ada kobaran api di dalam sana. Dia beranjak dari duduknya dengan napas memburu. Butir-butir keringat meluncur di pelipisnya seperti rembesan air hujan.

"Awas kau, Rebecca! Berani-beraninya mengkhianati cinta yang selama bertahun-tahun sudah kujaga," teriaknya sembari melempar sebuah asbak ke lantai hingga menimbulkan bunyi berdegum. Kilat amarah di matanya kian menyala-nyala seolah ada yang sengaja menyulutnya. "Kau akan tahu akibatnya!" umpatnya sembari memukulkan buku-buku jari ke atas meja sekali lagi.

***

Arnold memilih pulang ke rumah untuk membunuh suasana hatinya yang sedang kacau. Setidaknya di rumah tiga lantai itu, ada seorang bayi laki-laki lucu yang dapat menyumbang sekepal riang di hatinya.

"Hello, Baby Narendra. Papa datang," seru Arnold saat pertama kali masuk ke rumah. Ia melihat anaknya sedang belajar duduk bersama asisten rumah itu.

Dengan langkah agak terburu, Arnold memangkas jaraknya dari kursi tempat Narendra berada. Dia memberi senyum pada Bibi yang sedang memegangi kedua lengan bayinya agar tak jatuh. Bayi itu baru berusia enam bulan sejak pertama kali tangisnya hadir memecah dunia. 

"Biar saya gantiin, Bi. Pasti kerjaan Bibi masih banyak." Arnold mengambil alih tubuh Narendra, kemudian menciumi kening bayi lucu itu. Bibi beringsut mundur dengan posisi tubuh sedikit membungkuk demi menjaga kesopanan.

Selama bermain dengan putranya, hati Arnold merasa dihuni kebahagiaan baru. Kadang-kadang Narendra berteriak tanpa aturan, kadang bergumam tidak jelas, kadang juga memukulkan kakinya pada lengan sofa. Di atas segala kebahagiaan sebab menyaksikan perkembangan sang anak, ada sekelumit rasa kecewa dalam hati Arnold sebab Narendra ditakdirkan memikul garis hidup sekeras ini. Mengapa bayi selucu itu harus lahir dari rahim perempuan tak tahu malu seperti Rebecca? Di saat anaknya masih butuh didampingi dan diberi ASI, perempuan itu malah asyik berselingkuh dengan laki-laki lain.

Ini semua benar-benar spidol merah yang telah mencoreng nama baik seorang Arnold Sanjaya! 

Bagaimana bisa seorang bos besar dari Perusahaan Terbuka Permata Sanjaya yang telah mengepakkan sayapnya sampai ke penjuru negeri bisa sampai diselingkuhi seperti ini? Permata Sanjaya milik keluarga Arnold dikenal sebagai perusahaan yang bergerak di bidang consumer goods dan telah memproduksi banyak merek sukses di pasaran, di antaranya makanan, minuman, kebutuhan rumah tangga, produk perawatan tubuh, serta barang-barang lainnya. Tentang harta yang dimiliki Arnold, jangan ditanya lagi! Dia adalah pengusaha yang telah sukses di usia muda. Meskipun apa yang dimilikinya sekarang adalah warisan dari papanya yang telah meninggal, tapi ia bekerja dengan sangat baik hingga perusahaan tersebut dapat berkembang lebih pesat di tengah persaingan bisnis yang begitu kuat dalam negeri ini.

Lalu, sebenarnya selama ini Arnold kurang apa? Dari segi penampilan pun, dia adalah pria yang sangat tampan dan berkharisma. Tubuhnya tinggi tegap dengan kulit berwarna agak kecokelatan. Ia memiliki dada bidang yang selalu mengundang rasa nyaman bagi orang-orang yang jatuh dalam pelukan. Rambutnya selalu rapi dan tak pernah telat dicukur. Dua biji matanya indah dan berkilauan seperti bohlam. Hidungnya besar dan mancung. Ada bulu-bulu halus di bawah pipinya yang membuat tulang rahang pria itu terlihat semakin tegas. Bibirnya tipis dan mengundang candu bagi siapa saja yang telah merasakannya. Dan soal kesetiaan? Sebenarnya Arnold adalah juara dalam mempertanggungjawabkan kesetiaannya, tapi ia juga bisa berubah jadi singa ketika mengetahui bahwa cinta setianya dibalas dengan luka.

Saat masih sibuk bermain dengan Baby Narendra, tiba-tiba handphone Arnold meraung dari balik saku celananya. Dengan satu tangan yang masih memegangi lengan anaknya, Arnold meraih handphone dengan tangan satunya.

"Halo! Bagaimana?" ucap Arnold tanpa lebih dulu mengutarakan basa-basi pada orang di seberang.

"Saya sudah berhasil memasukkan mereka dalam perangkap, Bos. Siang ini, mereka telah menyewa kamar hotel yang telah kita rencanakan."

Mendengar jawaban orang suruhannya, Arnold segera memasang senyum licik. Rebecca lupa sedang bermain-main dengan siapa. Arnold adalah pengusaha dengan kekayaan berlimpah yang hartanya tak akan berkurang satu persen pun walau digunakan untuk membayar banyak orang sekaligus dalam waktu bersamaan, termasuk membayar pihak hotel.

"Bagus. Nanti kalau permainannya sudah dimulai, segera kabari. Saya akan langsung meluncur ke sana," ujar Arnold sebelum telepon tersebut diakhiri. Hati pria itu sangat lega. Akhirnya ia bisa pisah dari Rebecca sambil mempermalukan perempuan itu di depan umum. Walaupun usia Baby Narendra baru enam bulan, tapi ia yakin kalau hak asuh putranya akan jatuh kepada dia seutuhnya. Ibu tukang selingkuh seperti Rebecca tak akan mendapat apa-apa selain rasa malu.

Di titik ini, orang-orang akan tahu kalau para pria lebih banyak menggunakan logika daripada perasaannya. Jadi, secinta apa pun Arnold pada Rebecca, tapi kalau perempuan itu berkhianat di belakang, ya lepaskan saja. Arnold tak pernah memegang semboyan ia akan tetap bertahan ketika tak dihargai. Sudah cukup Rebecca merusak reputasinya dengan berani berselingkuh, maka tak akan ada ampun bagi perempuan itu, bahkan seandainya ia memohon sambil menciumi jari-jari kakinya sekali pun.

Setelah kembali membenamkan handphone ke saku celana, Arnold segera memanggil asisten rumah yang jarak kerjanya paling dekat darinya. Di rumah ini, memang ada tiga asisten perempuan yang memiliki tugas berbeda-beda. Ada yang khusus memasak di dapur, khusus membersihkan rumah, serta khusus mencuci dan mengurusi pakaian-pakaian tuan rumah. Sayangnya sejauh ini, belum ada asisten yang dikhususkan untuk menjaga Narendra. Jadi, tiga asisten tersebut bahu-membahu untuk mengurus Narendra secara bergantian.

"Bi, tolong temani Narendra, ya. Saya mau keluar lagi. Ada urusan yang harus saya selesaikan." Arnold bangkit dari duduknya, menaruh Narendra dalam gendongan, kemudian memindahkan bayi itu ke tangan asisten.

"Baik, Tuan," jawab asisten perempuan yang usianya sudah menjelang empat puluh tahunan itu. Dia bekerja di sini sejak Pak Sanjaya dan istrinya masih hidup.

Setelah mengecupi pipi Baby Narendra sebagai salam perpisahan, Arnold segera melangkah keluar dari rumah itu. Dia berjalan sambil membenarkan jas yang menempel di tubuh. Siapa pun tahu kalau Arnold adalah pria sempurna, tapi entah atas dasar apa Rebecca masih merasa kurang hingga mencari pelarian. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status