Share

3. Bergetar

Ella dan Daru hanya bisa menatap dalam diam. Terlihat sekali kebingungan di wajah mereka. Sapuan nafas Daru begitu terasa pada wajah Ella.

Ya Tuhan, debaran jantung mereka saling bertalu berirama tak tentu arah. Baru kali ini Daru merasakan getaran aneh setelah kematian istrinya.

Sempat beberapa kali dia mencoba untuk membuka hati pada wanita lain, salah satunya Renya, anak teman ibunya. Beberapa kali juga mereka melakukan ciuman, namun tak sedikitpun terbesit di benak Daru akan rasa lebih dari ini.

Tapi kali ini, dengan tanpa sengaja tangannya berada di atas dada seorang gadis yang berusia jauh di bawahnya.

Astaga dada itu rasanya seperti aahh ... pikiran Daru berkelana, nafasnya tiba-tiba memburu, tatapan mata Ella membuatnya tak dapat lagi berpikir.

Daru mendekatkan wajahnya, dekat sekali, mata Ella sedari tadi sudah mengarah pada bibir itu. Rasa yang bergemuruh itu tak dapat lagi Ella tahan.

Netra mereka saling mengunci, bibir itu begitu menggoda. Daru berusaha menahan sesak di bawah celananya yang semakin mengeras.

Seakan diingatkan jika ini masih berada di area sekolah. Daru mengurungkan niatnya merasakan bibir sintal berwarna merah tanpa pewarna buatan.

"Jam berapa Bayu pulang?" ujar Daru melepaskan tangannya dari dada Ella.

Ella terkesiap, membenarkan posisinya, berpura-pura merapihkan kemejanya sebelum menjawab pertanyaan Daru.

"Jadi, jam berapa Bayu pulang?" tanyanya lagi.

"Ah, sebentar lagi ... karena hari ini hanya classmeeting," jawab Ella serba salah menggigit bibir bawahnya.

"Baik, saya tunggu ... saya antar Miss pulang sekalian."

"Hah?"

"Saya antar sekalian ... saya permisi dulu."

Lelaki bertubuh proposional itu membuka pintu ruangan lalu meninggalkan Ella dengan tubuh terpaku menatap punggung bidang itu.

Ingin rasanya Ella merutuki kebodohan dirinya sampai tak bisa menahan hasratnya.

Namun sensasi luar biasa yang tak pernah dia dapati dari sang kekasih membuat gelenyar di hatinya seperti di hinggapi ribuan kupu-kupu.

Ella tersenyum lalu mencerna kembali ucapan dari orang tua siswanya itu, mengantarkan pulang? Iya, Daru akan mengantarkannya pulang. Senyum itu terus terukir. Seketika pikiran konyol itu pun bergelayut manja di benaknya.

Setelah merapihkan meja kerjanya, Ella bersiap untuk meninggalkan ruangan itu. Menyusuri koridor sekolah, ia mendapati Bayu sedang menunggunya di salah satu anak tangga.

"Bayu?"

"Miss ... Ayo, kata Papa Miss ikut kita aja, sekalian Papa antar ke rumah Miss, tapi sebelum itu Miss harus ikut ke rumah Bayu dulu ya," ujar Bayu kegirangan.

Entah kenapa dia bisa begitu akrab dengan anak ini, terlihat olehnya sosok Bayu benar-benar merindukan kehadiran seorang Ibu. Apalagi dalam masa pertumbuhannya saat ini, butuh teman bercerita dan berkeluh kesah.

"Hah? Jadi diantar?"

"Iya ... Ayo, Miss." Bayu menarik tangan Ella, lalu beriringan berjalan menuju parkiran.

"Masuk, Miss." Bayu membukakan pintu belakang Range Rover berwarna hitam itu.

Pandangan mata keduanya bertemu dari balik kaca spion, Ella tertunduk namun jantungnya berdebar.

Sepanjang jalan tak henti-hentinya Bayu berceloteh, bolak balik bertanya pada Ella tentang segalanya. Daru terperangah akan keakraban antara anak dan gurunya itu.

Bagaimana mungkin dengan santainya Bayu bercerita tentang seorang gadis yang ia suka di sekolah, padahal umur anaknya baru menginjak 12 tahun.

Sesekali Ella dan Bayu menertawai perbincangan mereka. Daru hanya tersenyum, dihatinya merasa senang bahwa Bayu ternyata bisa membuka diri kepada orang lain selain almarhumah istrinya, juga ibunya.

Lebih dari setengah jam perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah rumah putih megah bak istana Disney, halaman luas serta taman yang terawat.

"Papa langsung ke kantor ya, ada beberapa berkas yang harus Papa tanda tangani," ujar Daru mengusak kepala Bayu. "Jangan kebanyakan nge-game," pesannya.

"Miss ... Kapan-kapan main ke rumah aku ya, aku rasa aku harus banyak tanya sama Miss tentang Citra," Bayu terkekeh.

Bayu turun dari mobil dan melambaikan pada kedua manusia yang saling diam di dalam sana. Baru berjarak sekitar 50 meter dari kediaman Daru, Daru menghentikan mobilnya.

"Pindah ...," Ujarnya.

"Ya?"

"Pindah ke depan ... saya kan bukan supir," ujarnya datar.

"Oh ...." Ella membuka pintu.

"Gak perlu turun ... dari sini saja," kata Daru menoleh sedikit ke belakang.

"Dari sini?"

"Iya ... cepat, saya masih banyak urusan."

"Harusnya kalau masih banyak urusan Bapak tidak usah menawarkan diri untuk mengantarkan saya." Ella mendengus kesal.

Melewati sisi Daru, Ella beranjak pindah dari duduknya ke kursi depan. Harum parfum Ella menyeruak masuk ke dalam penciuman Daru. Harum rambutnya yang terkibas saat menghenyakkan tubuhnya ke kursi pun tak luput dari indera penciuman lelaki itu.

Wangi ... Harum ... Gadis ini ... pikiran Daru berkelana.

"Jadi? Kita kemana?" tanya Ella yang seketika menyadarkan lamunan Daru.

"Oh iya ... kantor," jawab Daru cepat.

Dari menatap ke depan terlalu fokus pada jalan yang berada di depannya, tanpa menyadari gadis muda di sebelahnya menatapnya sambil tersenyum.

Ella suka pemandangan ini, lelaki yang terlihat angkuh, berkata-kata hanya seperlunya saja namun terlihat karismatik. Mata Ella menyusuri lekuk wajah lelaki dengan kacamata hitam yang bertengger di pangkal hidung. Hidung yang mancung, bibir tebal berwarna merah, rahang yang tegas, kerutan di ujung mata yang sedikit terlihat, lelaki yang matang dan mapan.

Ella tersenyum tipis membuang pandangan matanya keluar jendela, mengulum bibir dengan sudut bibir yang mengembang. Pikirannya pergi kemana-mana ketika memandangi wajah Daru. Tangan Ella menepuk-nepuk keningnya.

"Kenapa?"

"Ya?"

"Ada apa dengan kening kamu?"

"Oh ... ini." Ella menggeleng.

Mobil itu berhenti di lobby sebuah gedung, Daru keluar dari mobilnya, berjalan melewati bagian depan mobil, membuka kacamata hitamnya, dan menoleh ke arah Ella.

Astaga ... bisa biasa aja gak matanya batin Ella ketika tatapan tajam lelaki itu seakan mengulitinya.

"Turun ...." Daru membuka pintu mobil di sisi Ella.

"Saya? ikut turun?"

"Kamu mau menunggu satu jam di sini? sampai saya menyelesaikan urusan saya ... ya tidak apa-apa," ujar Daru santai.

Tahu akan seperti ini, harusnya tadi gadis itu menolak untuk diantarkan pulang. Dengan wajah yang sedikit kesal, Ella dengan berat hati mengikuti langkah Daru dari belakang. Menaiki lift pun mereka masih saling diam, hingga akhirnya Ella memasuki ruangan kerja milik Daru yang terkesan maskulin.

Pandangan Ella memutari isi ruangan itu, terdapat sofa serta sebuah lukisan abstrak diatasnya. Matanya terpaku pada rak buku yang tersusun rapih. Hingga terhenti pada satu bingkai foto diatas meja kerja Daru.

Ella memiringkan sedikit kepalanya, bingkai poto Daru dan seorang wanita yang menggendong seorang bayi laki-laki, sudah dipastikan itu adalah almarhumah istrinya dan Bayu kecil.

"Silahkan duduk," Daru yang dari tadi memperhatikan Ella berdiri mengamati ruangan itu.

"Oh iya, terimakasih."

"Sebentar saja, saya hanya butuh waktu sekitar setengah jam untuk menyelesaikan ini." Daru menunjukkan tumpukan berkas yang harus ia tanda tangani. Ella mengangguk dan mendudukkan dirinya di atas sofa.

Waktu berlalu lebih dari setengah jam, Ella sudah mulai bosan melihat pemandangan lelaki itu yang masih asyik dengan pekerjaannya. Ella memutuskan untuk menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa hingga akhirnya dia terlelap.

Bibir gadis itu sedikit terbuka, dalam tidurnya dengan bibir terbuka seperti itu saja masih jelas terlihat cantik. Daru mendekatinya perlahan, mengamati setiap inci wajah yang sempat membuatnya bergetar. 

Wajah Daru semakin dekat, nafasnya menyapu wajah gadis itu, entah setan apa yang merasukinya hingga Daru ingin sekali merasai bibir itu, meremat sedikit saja cengkraman yang siang tadi terjadi di ruang guru anaknya. 

Daru mencium bibir gadis itu, Ella tersentak matanya terbelalak, dia terkejut namun menikmati. Ciuman lembut itu terasa hangat dan manis, Ella membalasnya dengan cara yang sama.

Tanpa sadar tangan gadis itu menangkup rahang tegas Daru. Ciuman itu lama kelamaan menjadi liar. Daru tak lagi bisa menguasai keadaan, tangannya sudah mulai menjalar ke dada Ella yang sempat ia rasakan siang tadi.

Ella mendesah menahan untuk tidak meminta lebih, Daru sudah merebahkan gadis itu dan tanpa ia sadar erangannya semakin menuntut.

@chida0511

Komen (9)
goodnovel comment avatar
Ria Fella
saya suka cerita ini terutama karena namanya Ella, sama dengan nama saya. saya juga dipanggil miss Ella karena mengajar bahasa Inggris, ihihihi
goodnovel comment avatar
Dara Utami
aduuhhh mulai ada rasa nih
goodnovel comment avatar
Sindy Widiastutik
panas... panas.... .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status