Share

7. Bisikan Sore

"Ternyata kamu yang datang ... bukan aku yang menghampiri." Suara bisikan Daru dan nafas hangat yang sengaja dihembuskan pria itu di tengkuk Ella membuat pori-porinya meremang seketika.

Pandangan Ella mengiringi Bayu yang menghilang di balik pintu kamarnya.

"Laper?" tanya Daru mengendurkan ikatan dasi di lehernya. Dengan seenaknya Daru meletakkan tangannya di bahu Ella dan menyeret wanita itu masuk ke ruang makan.

"Ayo," ajak Daru menarik sebuah kursi dan mendudukkan Ella di sana dengan sedikit paksaan.

"Aku masih kenyang," ucap Ella.

"Please..." desis Daru membuka piring yang menelungkup di atas meja dan mendekatkannya pada Ella.

"Kamu harus makan. Setidaknya biarkan aku berterimakasih karena kamu udah nganterin Bayu." Daru mengangkat alisnya dan memiringkan kepala.

"Oke--oke" Ella menghela nafas dan menarik mangkuk nasi yang berada di dekatnya. Dia sendok porsi kecil rasanya sudah cukup untuk memuaskan permintaan orang tua muridnya pikir Ella.

Sepertinya meladeni Daru tak akan ada habisnya. Sebenarnya pria itu sama keras kepalanya dengan dia sendiri.

Daru bersandar di kursi dengan menyilangkan tangannya di depan dada untuk menatap tiap gerak gerik Ella yang hanya memasukkan nasi seujung sendok saja ke mulutnya.

"Diet?" tanya Daru.

"Never. At all, (Tak pernah. Sama sekali,)" jawab Ella. Mana mungkin Ella memberitahu pria itu kalau terkadang ia rela menunda-nunda jam makannya untuk menghilangkan seleranya melahap semua jenis makanan.

Memiliki tubuh bak gitar spanyol dengan lengan kecil dan payudara fantastis tak semudah membalikkan telapak tangan.

"Bagaimana Bayu hari ini di sekolah?" tanya Daru.

"Ceria. Dia keliatan ceria," ulang Ella. Sebagai seorang guru yang menangani bimbingan konseling Bayu, Ella senang Bayu sekarang lebih ceria.

Di jaman sekarang, mencetak generasi pintar itu mudah. Tapi mencetak generasi bahagia tanpa stres itu adalah hal yang menyulitkan.

"Gak kerja?" tanya Ella. Ia penasaran Daru berada di rumah berlama-lama di jam kantor seperti itu.

"Case yang berjalan masih bisa ditangani oleh ahli hukum yang lain di kantorku. Kamu gak pernah denger soal kantor hukumku?" tanya Daru menaikkan alisnya dengan tatapan jumawa ke arah Ella yang telah meletakkan sendok.

"Apa pekerjaan si 'Love'?" tanya Daru menyinggung soal pacar Ella.

"Dokter, sedang menamatkan pendidikan spesialisnya." Ella menarik senyum tipis.

"Miskin?" tanya Daru.

"Sorry?" sela Ella. "Aku mau permisi," sambung Ella seraya mengelap ujung mulutnya dengan sebuah serbet berbahan sutra.

"Aku baru aja niat ngajak kamu keliling," tukas Daru. "Aku jamin kamu gak akan bosen," sambung Daru.

Ella belum sempat mengatakan apa-apa saat Daru kembali merangkul bahunya dan setengah menyeretnya pergi menuju tangga.

"Ke mana?" tanya Ella sedikit gugup.

Ella bukan takut Daru akan berbuat jahat padanya. Tapi Ella khawatir akan sikap dominasi Daru yang cenderung susah ditolak. Dan Ella juga khawatir akan pesona pria itu yang lama kelamaan sangat sulit dipungkirinya.

"Ke ruang kerjaku dan ngeliat koleksi buku-bukuku," ucap Daru santai masih dengan tangan melingkar di bahu Ella. Sekilas Ella melirik jemari putih pipih yang bertengger santai di bahunya.

Pria dewasa yang sudah matang dan percaya diri, pikir Ella. Tapi sayangnya sikap congkak Daru terkadang membuatnya muak.

"Selamat datang di ruang kerjaku Miss Ella," seru Daru mendorong sebuah pintu yang berada di sudut kiri lantai dua.

Ella yang sejak kecil bercita-cita menjadi seorang guru memang sangat menyukai buku. Di dalam keluarganya Ella adalah satu-satunya orang yang memiliki koleksi buku. Sayangnya koleksi Ella tersebut didominasi oleh roman-roman picisan.

"Kamu kan guru, kamu pasti suka baca. Tunjuk buku yang manapun, kamu boleh pinjam dan baca di rumah." Daru mendekati sebuah rak buku yang judulnya sangat memusingkan kepala Ella seketika.

Biografi tokoh-tokoh yang sebagian besar telah dikuburkan ketika Ella lahir ke dunia. Tapi untuk menaikkan nilai dirinya, Ella memasang ekspresi tertarik pada deretan buku-buku yang berada di balik punggung Daru.

Sesaat menyapukan pandangannya pada deretan buku yang tersusun rapi sesuai abjad, mata Ella beralih ke sebuah meja kerja. Dua buah foto di sebuah pigura berukuran jumbo terletak menghadap kursi hitam empuk di balik meja.

Ella lebih penasaran soal ibu Bayu. Wanita yang sudah memperoleh gelar almarhumah tapi tampaknya masih memiliki hati suaminya itu.

"Ibu Daru... meninggal kenapa? Maaf kalau lancang, aku cuma penasaran. Kayaknya beliau sangat dicintai sampai sekarang," pungkas Ella.

"Tempatnya akan selalu ada di hati kami. Nadya. Namanya Nadya. Dia nggak sakit parah atau kecelakaan. Suatu pagi di hari Minggu, dia hanya mengeluh sakit kepala dan lehernya sakit. Kayaknya dia mendapat serangan stroke. Kami berdua ke rumah sakit, dan Nadya masih dalam keadaan sadar. Dia malah sempat bilang udah ngerasa baikan waktu tiba di UGD. Tapi aku maksa kalo dia harus dapet pertolongan pertama. Sebuah suntikan yang janjinya akan meringankan sakit kepalanya malah berujung membuatnya tertidur dan gak pernah bangun lagi. Pendarahan di otak, lebih dari 50 CC. Aku selalu ngerasa kalo aku adalah penyebab dia pergi ninggalin aku." Daru mengambil salah satu pigura foto dan mengusap sedikit debu dipermukaan kacanya.

"Bagiku, gak ada yang bisa menggantikan Nadya." Daru tersenyum tipis pada foto yang berada di tangannya kemudian kembali mengatur letak foto itu di atas meja.

Kata-kata pria di depannya ini sangat manis sekaligus berengsek sekali pikir Ella.

Manis karena terlihat sebagai pria sejati yang mencintai istrinya. Namun sekaligus Berengsek karena beberapa hari yang lalu Daru bisa tiba-tiba mencuri sebuah ciuman di saat ia tertidur dan bermain-main dengan dadanya.

Ella tak mengharap Daru menaruh hati atau sejenisnya. Ia juga telah memiliki Andi yang tampan dan baik hati. Tapi mengatakan hal itu di depan wanita yang pernah dicumbuinya membuat Ella muak.

"Sudah sore, aku mau pulang." Ella mengatupkan mulutnya seraya berbasa-basi mengedarkan pandangan menyudahi percakapan mereka.

Saat Ella mengatakan hal itu, Daru merogoh saku celananya. Pria itu sesaat memandang ponsel yang menampilkan tulisan 'Renya' di layarnya.

"Siapa? Kenapa gak dijawab? Apa itu sejenis dengan 'Love' seperti di ponselku?" Ella melemparkan pandangan mengejek.

Jika si penelepon bukanlah seseorang yang penting, wajah Daru tak perlu sepuas itu pikirnya.

Daru menggulir layar untuk menolak panggilan. Kemudian ia mencampakkan ponselnya ke atas sofa yang jaraknya cukup jauh dari tempat mereka berdiri.

"Miss Ella barusan mengejekku?" tanya Daru seraya meletakkan tangannya ke sekeliling pinggang Ella dan membawa tubuh wanita itu agar menempel padanya.

"Aku cuma nanya pertanyaan yang sama," sahut Ella dengan wajah menantang.

"Itu bukan cuma sekedar pertanyaan, tapi lebih ke pernyataan cemburu." Daru mengatakan hal itu dalam bisikan di telinga Ella.

"Miss Ella cemburu?" tanya Daru kemudian mengecup leher jenjang Ella yang terpampang jelas karena rambutnya hari itu digulung rapi membentuk cepol di atas tengkuknya.

To Be Continued.....

By @juskelapa_

Komen (24)
goodnovel comment avatar
Kadek Lola
Ceritany bagus
goodnovel comment avatar
Siti Nuraini
seru novelnya, ceritanya tdk membosankan. tp sayangnya harus pake koin utk baca cerita lanjutannya
goodnovel comment avatar
Sri Mulyani
mantepp, tp sayang harus pake koin... cukup.sampe d sini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status