Share

6. Terlambat

"Apa?"

"Sejak kapan kamu pake parfum laki-laki Sayang?" tanya Andi lagi.

"Parfum laki-laki?" Ella mengendusi bau di kemejanya.

Astaga ... dasar duda genit, sok arogan, sok iyes, kenapa ini bau dia semua batin Ella.

"Ini parfum terbaru aku, Sayang ... aku beli minggu lalu ada yang nawarin di kantor, emang ini bau parfum laki-laki ya?" Ella balik bertanya untuk menutupi kebohongannya.

"Sepertinya, udah lah lupain ... ganti baju dulu sana, aku tunggu di ruang tamu ya," ujar Andi tanpa curiga.

Ella berlari kecil masuk ke dalam kamarnya, bersandar di balik pintu memejamkan mata, mengingat-ingat kembali kejadian hari ini, sungguh dramatis.

Dengan mudahnya dia jatuh ke pelukan lelaki itu, pesona Daru memang luar biasa. Sentuhannya tadi pun membuat Ella tak lagi menapakkan kakinya di bumi.

Lumatan lelaki itu membawanya pergi jauh ke angkasa, apalagi rematan pada payudaranya bahkan meninggalkan noda merah di sana.

Ella menangkup wajahnya antara senang, sedih, bahagia, ah entah lah rasa itu luar biasa.

Kenikmatan ... kenikmatan yang selama ini dia cari dan tak ia dapati dari Andi, calon menantu idaman semua ibu-ibu di dunia.

"Ah ... rasanya masih terasa, aduuuh aku bisa-bisa gila." Ella menggaruk kepalanya seperti orang gila.

"Ella ... Nak, itu Andi dari tadi nungguin kamu loh, kamu belum selesai ganti bajunya?" Suara ibu menyadarkan Ella bahwa masih ada Andi yang harus dia temui.

"Iya Bu, sebentar lagi," jawab Ella.

"Ibu tinggal ke swalayan sebentar ya," ujar sang ibu.

Hanya mengenakan baju terusan dari bahan spandex yang membentuk lekuk tubuhnya, Ella kembali menemui Andi. Mata Andi sudah sangat biasa melihat penampilan Ella yang seperti ini, tapi entah mengapa dia selalu bisa menjaga imannya untuk tidak tergoda.

Bentuk payudara gadis itu benar-benar sempurna, kalau pun mereka berciuman Andi berusaha untuk tidak menyentuh dada gadis itu. Adalah hal yang sakral; yang akan ia lakukan nanti jika saatnya sudah tiba.

"Sini," ujar Andi merentangkan tangannya agar Ella mendekat. "Kamu kenapa sih? mukanya dari pulang sampe sekarang gak enak banget di lihatnya." Andi menatap Ella, mengangkat dagu gadis itu agar memandangnya.

"Gak kenapa-kenapa, aku cuma capek ... seharian di sekolah, rapat ternyata menguras energi aku," ujar Ella manja bergelayut di pundak Andi.

"Kalo gitu aku pulang aja ya ... kamu kan capek." Andi merasai payudara itu menyentuh lengannya, ingin rasanya Andi merasai gumpalan itu, melihatnya dengan jelas. Jika pun ia meminta pada Ella, Andi yakin Ella tidak akan menolak.

"Kenapa?" tanya Ella saat ia sadari mata Andi memandang dua gunung kembarnya.

"Gak papa, Sayang." Andi mencium sekilas bibir kekasihnya.

"Lagi ...," rengek Ella.

"Apa?"

"Cium aku ... yang lama," pintanya, tangan gadis itu sudah berada di atas paha Andi.

Membelai paha itu lembut, Ella menyadari sesak celana Andi mulai terasa.

"Sayang, cium dong," ucap Ella nakal.

"Pengen banget ya?" Andi mendekatkan wajahnya, menangkup pipi kekasihnya, melumat lembut bibir merah itu. Menarik dan menggigitnya secara bergantian.

Nafas Andi mulai memburu, lidah mereka saling melilit, sementara tangan Ella mulai meraba resleting celana Andi. Sesuatu mengeras di bawah sana, Andi maupun Ella sama-sama menyadarinya.

Ciuman yang harusnya dirasakan Ella penuh dengan cinta, namun saat ia kembali rasakan bersama Andi entah mengapa berbeda dengan ciuman yang ia lakukan tadi bersama duda arogan itu. Astaga, bahkan bayangan lelaki yang seharian mencumbunya itu nampak di kelopak matanya.

Ella melepaskan ciumannya secara mendadak, Andi terkejut berusaha menetralkan suasana jantungnya yang berdetak cepat saat Ella meraba resleting celananya.

"Kenapa?"

"Sayang ... maafin aku," ujar Ella.

Andi mencium kening gadis itu. "Gak papa ... kita juga salah, maafin aku ya."

Jari jemari mereka saling bertaut, seperti itulah Andi. Di saat Ella menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar lumatan maka Andi menahannya agar tidak berlebihan. Di saat Ella ingin merasakan gairah yang luar biasa, maka Andi meredamnya dengan alasan "tunggu nanti."

Hati Ella meronta, ia ingin kekasihnya memahami apa yang ia mau, bukan hanya sekedar menabrakkan kedua bibir, saling melumat, saling membelit lidah, tapi Ella ingin lebih, merasai semua yang lelaki itu miliki dan merasai semua yang Ella miliki.

"Aku pulang ya, Yang ... udah malam, besok aku ada jadwal lagi, kamu gak aku jemput gak papa kan?"

Ella mengangguk, sudah biasa pikirnya jika harus pergi dan pulang kerja tanpa jemputan dari Andi, bahkan Ella juga harus siap jika nanti menikah di tinggal mendadak tengah malam karena tugas Andi sebagai seorang dokter.

"Kamu hati-hati di jalan ya, hubungi aku kalo sudah sampai di apartemen, besok kalo masih ada waktu tersisa ... aku ke apartemen kamu, aku tunggu di sana gak papa kan?"

"Gak papa." Andi mencium sekilas bibir kekasihnya lalu memberikan pelukan perpisahan yang menjadi ritual mereka.

"I love you, Sayang," bisik Andi.

"I love you too," jawab Ella tersenyum.

----------------

Tepat pukul tiga sore, Ella merapikan semua berkas di meja kerjanya. Ini adalah waktu kerja Ella yang sudah usai. Bersiap dan merapikan penampilannya, Ella meraih tas berwarna putih yang senada dengan kemejanya, mengunci ruangannya dan berjalan di koridor sekolah.

Matanya terpaku pada sosok anak lelaki yang duduk di anak tangga depan sekolah. Wajah anak lelaki itu begitu kesal, beberapa kali ia menekan-nekan gawainya dengan sedikit gerutuan.

"Bayu?" anak lelaki yang di sapa pun hanya mendongakkan kepalanya lalu menunduk lagi. "Kok belum pulang?" tanya Ella lalu duduk di sebelah lelaki tampan berusia 12 tahun itu.

"Belum di jemput Miss," jawabnya kesal.

"Kok bisa?"

"Gak tau ... Papa bilang supir kantor sudah di jalan, tapi itu satu jam yang lalu sampai sekarang belum kelihatan batang hidungnya," masih dengan mode kesal.

"Sudah hubungi Papa kamu lagi?"

"Sudah ... tapi gak aktif, aku telpon sekretarisnya juga gak di angkat," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

"Hhmm ... Miss antar ya," bujuk Ella.

"Rumah Miss gak searah dengan rumah aku," ujar Bayu.

"Gak papa, Miss bisa antar Bayu dulu lalu Miss pulang, gimana?"

"Kalo mau nganterin jangan langsung pulang Miss, gak baik ... eyang bilang, kalo ada tamu harus di jamu, di ajak masuk ke dalam rumah, di layani biar kita selalu baik di mata orang," ujar Bayu.

"Oke ... Miss bakal mampir sebentar nanti, tapi gak bisa lama ya," ujar Ella lalu memesan taksi online sesuai alamat yang di berikan Bayu padanya.

Taksi itu berhenti di sebuah rumah megah berwarna putih, pagar itu terbuka sendiri. Mata Ella takjub melihatnya. Mobil Range Rover berwarna hitam sudah terparkir di sana.

"Kok Papa di rumah?" tanya Bayu bingung.

Bayu menarik tangan Ella untuk mengikutinya masuk ke dalam rumah itu. Terdengar suara lelaki yang sedang memarahi beberapa orang di dalam sana.

"Kalau mobil tiba-tiba mogok, kan kamu bisa suruh orang bengkel datang ambil mobil, terus kamu jemput Bayu, kalau sampai terlambat begini gimana? Kamu tahu Bayu sendirian di luar sana bahaya!" gelegar suara itu.

"Kamu juga," tunjuk lelaki itu pada seorang wanita berusia 40 tahunan. "Ini jam berapa sampai kamu lupa kalau Bayu belum pulang, saya ke sekolahnya tadi dan dia udah gak ada, kalau ada apa-apa sama anak saya gimana? kalian mau tanggungjawab? hah?!"

Daru benar-benar marah, tak habis pikir mengapa ia begitu marahnya pada kedua orang kepercayaannya itu, supir dan pengasuh Bayu sedari kecil.

"Papa," ujar Bayu yang masih menggandeng tangan Ella.

"Bayu ... kamu?" Mata Daru yang merah karena marah tiba-tiba berkedip saat melihat wanita dengan kemeja berwarna putih itu mematung memandangnya yang sedang meluapkan emosinya.

"Bayu pulang sama Miss Ella ... mungkin waktu Papa jemput, kita baru saja jalan menuju rumah," jelas Bayu.

"Masuk ke kamar, bersihkan diri kamu ... siapkan apa yang harus kamu siapkan untuk pelajaran besok," ujar Daru memberi titah namun tatapan matanya mengarah pada Ella.

"Surti ... buatkan minum dan beri Bayu susu, saya yakin dia kelaparan menunggu kamu Manto," tunjuknya pada supir anaknya itu. Ketiga nama-nama yang disebutkan tadi meninggalkan Daru dan Ella di ruangan itu.

Daru melangkahkan kakinya menuju gadis itu tanpa mengalihkan tatapannya pada Ella. Kemeja putih yang di pakai gadis itu menggelitiknya untuk di goda.

"Ternyata kamu yang datang ... bukan aku yang menghampiri," bisiknya di telinga gadis itu membuat Ella menegang hanya mendengar suara seksi dan hembusan nafas Daru di belakang telinganya.

"Apa aku harus menunggu kamu yang menghampiri?" Ella memandang dengan tatapan mata tajam.

By @chida0511

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Susi.T
semakin seru. .........
goodnovel comment avatar
edmapa Michael
Cinta dan harapan.
goodnovel comment avatar
Meiska Azzalya
wah curiga mau ngulang yg kemaren ini... atau lebih yaa.?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status