Share

Lelah

Cinta, aku benci kata-kata itu. Terlalu sering sakit karena cinta. Apakah salah jika aku ingin bahagia karena cinta. Sepertinya cinta belum memberikan aku kesempatan untuk bahagia karenanya.

Setelah sekian lama aku berusaha untuk menjaga hati ini agar tak jatuh dan sakit lagi karena cinta. Namun apa mau dikata, lagi-lagi aku jatuh cinta dan harus merasakan sakit untuk kesekian kalinya.

Dia, laki-laki yang mampu meluluhkan serta menumbuhkan benih-benih cinta di hatiku yang sudah cukup lama membeku, dan membuat hatiku merasa bahagia untuk sesaat. Namun, ternyata dia jugalah yang membuat hatiku hancur berkeping-keping, dan kembali sakit untuk kesekian kalinya, bahkan lebih sakit dari sebelum-sebelumnya.

Dia lah laki-laki yang aku cintai . Entah apa yang harus aku lakukan. Apakah aku harus membencinya atau tetap menyayanginya walau dia sudah membuatku hancur.Tetapi aku tak dapat membencinya,ini bukan salahnya, jika aku harus kembali sakit karena cinta. sejak awal aku yang terlalu mencintainya. Dia hanya menganggapku sebagai pemuas rasa penasaran. Kebaikan hati dan sikap santunya lah yang membuatku luluh.

Banyak teman mengingatkanku, agar jangan bermain-main dengan hati, itu akan membuatku kembali sakit. Semua nasehat temanku tak ada yang ku dengar, masih saja ku coba-coba bermain hati, dan benar kini aku yang merasakan sakit itu, karena cintaku yang terlalu berlebihan.

Malam itu sekitar pukul 19:15,Aku ingin keluar membawa segudang luka aku ingin mengakhiri hidupku tapi mana tega aku meninggalkan orang yang aku cinta,Tak terasa, air mata menetes, membasahi pipiku. Saat itu aku hanya berharap agar diriku kuat ,Harapanku sirna ketika aku menerima kenyataan dia sudah baik-baik saja tanpa aku.

Seketika dunia ku rasa runtuh, hatiku bergetar hebat. Hanya perih dan perih, yang aku rasakan. Entah apa yang harus aku lakukan saat itu, hanya air mata yang terus mengalir semakin deras.

Segera aku berlari menuju ke bagian pinggir jalan, bukan maksud menghindar, tapi aku tak ingin yang lain melihat aku menangis. Biarlah kesedihan ini kesimpan sendiri. Dengan deraian air mata.

Sejak kejadian itu, aku mencoba mengikhlaskan dia untuk bahagia bersama keluarganya, walau sakit, namun inilah kenyataan yang harus ku hadapi. Kini kucoba menyusun kembali hati yang hancur .Aku tak pernah menyesali hari-hari yang pernah aku lalui bersama cinta untuk nya , dan aku memulai lembaran kosong yang sudah lusuh.

Hari ini langit begitu indah, sinar matahari dan beberapa ekor burung pun menjadi bagian dari keindahannya keindahan itu menemani aku di depan komputerku, sosial media menjadi teman penghiburku, membaca status-status orang yang aku kenal bahkan sampai tidak aku kenal itu yang aku lakukan saat ini entah apa yang membuat aku mengarahkan pandangan pada akun milik seseorang yang menurutku obat rindu.

Keesokan harinya, ku menuggu telepon darinya. Namun tak ada tanda-tanda handphone ku berdering. Akhirnya aku putuskan untuk mencoba cara kedua,mencoba mencari kegiatan di luar. Dengan penuh pengorbanan. Ku ayunkan langkahku di perjalanan. Panas terik tak ku hiraukan lagi. Yang ada di pikiran ku saat ini hanyalah dia. Keringat mulai mengucur keluar. Muka ku sepertinya sudah berubah menjadi udang rebus. Langkahku mulai berat. Kaki ku mulai letih. Kira-kira sudah 2 km ku berjalan di tengah panas terik seperti ini. Ku melihat ada sebuah pohon besar di ujung jalan. Sejenak ku berhenti di batang pohon itu. “Huh” menghela nafas. Setelah 10 menit istirahat. Aku mulai berdiri dan meneruskan perjalanan. Pikiranku fokus berjalan kedepan."Ayo semangat pasti bisa ngelupain beban" Ucapku dalam hati.

Setelah kejadian kemarin aku tak berniat lagi mencarinya. Aku ceritakan semua kejadian kemarin dengan sahabatku. Dia mengajakku refreshing pergi ke pantai. Aku setuju dengan ajakannya.

Kami berjalan menyusuri bibir pantai sambil menikmati pemandangan laut sore hari. Dia memberikan banyak nasihat. Inilah yang ku suka darinya. Dia selalu memberiku inspirasi untuk ke depan. Kami asyik berbincang-bincang.

Hari sudah sore, kami pun segera pulang. kami berpisah di pintu gerbang menuju pantai.

“Aduh, gelang ku mana?” Ucapku sembari memegang tangan.

“Masa jatuh di pantai?" pikirku.

Akhirnya ku putuskan kembali ke pantai. Berjalan di pinggir pantai sambil menatap ke bawah.

“Aduh, di mana sih?” ucapku sambil terus berjalan.

Tatapan ku terpaku ke ujung pantai. Aku lihat sosok yang sangat ku kenal di sana. Ku mencoba mendekat. Sosok itu semakin jelas.

Tiba-tiba tubuhku menjadi lemas, aku takut gelang itu hilang selamanya karena gelang itu adalah salah satu benda yang aku harap masih menemaniku.

Aku segera berlari sekencang mungkin. Air mataku tak mampu ku bendung lagi. Aku terjatuh di tepi pantai. Tangisan ku pecah. Ku berteriak sekencang mungkin di tepi pantai.

Sampai petang aku mencarinya sendiri di tepi pantai ya sekitar jam 7 malam aku tetap menangis tak berdaya dan akhirnya aku menelfon sahabatku.

"Tolong jemput aku di pantai tadi aku nyari gelang yang hilang sampai jam segini belum ketemu"

"Eh gelangnya warna apa?"

"Warnanya merah maroon sedikit ungu"

"Tadi aku nemuin di pinggir pantai terus aku bawa pulang"

"Ya Allah Alhamdulillah akhirnya ya udah aku ke rumah kamu sekarang"

Akhirnya setelah malam yang larut aku tiba di rumah sahabatku, di sana aku sangat berterima kasih karena dia telah menemukan gelang itu.

"Eh muka kamu pucat banget Lo"

"Nggak papa cuma kecapekan aja tadi nyari gelangnya"

"Kenapa sih gelang kayak gitu lu cari kan bisa beli lagi"

"Iya emang bisa tapi ini satu-satunya barang kenangan dari seseorang"

Entahlah sahabatku meneteskan air mata ketika melihat keadaanku yang sudah lusuh dan kaki bertabur pasir, Sepertinya aku sudah tidak kuat lagi menahan lemahnya raga.

"Aku minta tolong ambilin air putih ya"

"Iyaa bentar aku ambilin kamu istirahat aja di kamar aku"

Aku terjatuh di dekat pintu kamar temanku dalam keadaan lemah dan memegang gelang yang aku cari-cari, kepalaku sangat pusing dan aku memejamkan mataku.

"Kamu kenapa astaghfirullah"

Aku tak dapat menjawab kalimat itu kepalaku sangat pusing dan lemas sekali raga ini, Akhirnya temanku membawaku ke kamarnya dan menemaniku sampai pagi.

"Kamu nggak papa kan?"

"Aku nggak papa ta maafin aku ya tadi malam udah bikin kamu repot"

"Kamu nggak bikin repot tapi aku khawatir kondisi kamu semakin hari kayak gini, sebaiknya kamu jujur aja ke ortu kamu biar mereka bisa bantu"

"Aku nggak bisa ta ini hanya masalah cinta aku nggak boleh rapuh"

"Liat deh keadaan kamu aku sering liat kamu nahan sakit,setiap hari liat kamu nangis"

"Maafin aku ta aku nggak bisa."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status