Share

Cinderella

Violet pulang diam- diam, mengangkat ujung kakinya agar orang tuanya tak mendengar pergerakan apapun. Ini hampir jam sebelas malam dan Papanya akan mengeratkan tali di lehernya jika dia tahu.

"Akhirnya cinderella kita pulang setelah bertemu pangerannya"

Langkah kaki kecilnya membeku dan tatapannya bertemu dengan mata hitam sosok yang bahkan hanya menyebutkan namanya saja bulu kuduknya sudah berdiri.

Kaki yang satu langkah menambah jarak untuk kematian Violet. Gadis itu memejamkan matanya sambil menarik nafas yang hampir tak berujung.

"P-pa--"

"Sudah pacarannya?"

Deg... rasanya sesuatu yang berat menimpa kedua pundaknya dengan tekanan yang besar hingga ia tak berani mengangkat kepalanya. Papanya tahu dia menemui Elgard?

"Papa gak nyangka ternyata pacar kamu yang selama ini Papa benci adalah anak teman Papa dulu, dunia sesempit itu rupanya."

Violet mendongak, melihat ekspresi Papanya yang melawan arus beberapa saat lalu, kini wajahnya memancarkan senyuman yang ramah.

"Lain kali, bilang Papa kalau kamu ada kerja kelompok sampai larut malam. Apalagi harus minta anter sama pacar kamu segala."

Violet semakin tersesat dan bingung dengan yang Papanya bicarakan dan ketika dia sedang memutar kembali otak kecilnya, Papanya meraih tangannya dan memberikan ponsel miliknya ke dalam genggamannya.

"Bilang sama dia Papa minta maaf karena salah paham, dia harus kena tampar gara- gara HP kamu ini."

Tampar? HP? Ada apa sebenarnya?

Violet segera naik ke lantai atas di mana kamarnya berada, itu membuat Mamanya lega karena anaknya tidak mendapat masalah apapun kali ini dengan begitu iadirinya bisa kembali tidur setelah beberapa saat lalu mengintip di celah pintu untuk memastikan suaminya tidak bertindak kasar pada putrinya.

Violet berguling di ranj*ng, menekan beberapa kali pada tombol keyword di ponselnya dan kemudian menghapusnya lagi. Ia beralih ke laman kontak dan men- scroll nya sekian detik untuk menemukan nama yang ia cari, tapi itu juga tidak membuatnya melakukan sebuah tindakan.

"Apa lagi kali ini..." Dia memukul kepalanya sendiri sambil berucap kalimat yang tak jelas kedengarannya.

Ia melempar ponselnya ke ujung ranj*ng hanya untuk menariknya kembali saat benda itu berbunyi begitu nyaring.

Violet merapikan rambutnya yang sempat acak- acakan dan bersandar di kepala ranjang.

"Haii, kamu udah sampe rumah? driver aku gak ngebut kan bawa mobilnya?"

Violet melihat seluruh wajah pasangannya yang berada di layar dan melihat bahwa semuanya baik- baik saja seperti terakhir dirinya bertemu beberapa jam yang lalu.

"Sayang,. Kamu kenapa?" tanya Elgard yang belum mendapat jawaban atas pertanyaannya.

"Owhh.. iya, aku baru aja sampe rumah."

Violet tetap berusaha mencocokan beberapa kalimat Papanya dengan kondisi Elgard sekarang. Apa mungkin Papanya bertemu Elgard saat ia berada di perjalanan? Lalu ponsel miliknya? Kenapa bisa ada di Papanya?

"Kenapa sih kamu gak nginep aja di sini, aku kan belum pulih sepenuhnya" keluh Elgard dengan sedikit cemberut yang begitu jelas terlihat di buat- buat.

"Kamu mau kena bogem Papa?" ucap Violet spontan yang segera di respon Elgard dengan tawa yang menggema. Meski Elgard belum pernah bertemu dengan Papa Violet secara langsung, tapi semua cerita Papanya sudah sampai ke telinga Elgard.

"El, aku mau tanya sesuatu." Violet mengatupkan kedua bibirnya, dan membukanya kembali di detik ke tiga setelah ia berpikir.

"Pas aku pulang, apa ada seseorang yang datang ke rumah kamu?"

Elgard langsung menyatukan kedua alisnya,

"Gak ada, kamu sama temen- temen aku yang terakhir ke luar rumah malam ini. Kenapa ayy.."

Violet menggelengkan kepalanya dan mengatakan bahwa tidak ada apapun.

"Kamu kena marah Papa kamu lagi??"

Dalam hening, Elgard langsung berubah panik karena itu adalah wajah Violet setiap kali ia cerita bahwa Papanya memarahinya.

"Enggak.. gak.. kok. Aku bilang Papa kalau aku kerja kelompok, jadi dia gak marah." Ungkapnya.

Panggilan video itu berjalan alot, Elgard menolak untuk menutup panggilan sebelum ia puas memandangi wajah Violet di sampingnya. Ya, setidaknya itu yang Elgard katakan saat ponsel yang ia gunakan untuk video call ia simpan di samping bantalnya agar ia dapat merasakan Violet benar- benar berada di sisinya sepanjang malam.

"Kamu bahkan cantik saat kamu tidur kaya gini" layar itu di usap seperti ia merasakan tekstur kulit wajah pacarnya di sana dan setelah itu Elgard mematikan panggilan video lalu memutuskan untuk tidur.

•••[Flash Back]•••

"Om, ini salah paham--"

"Apanya yang salah? Ohh jadi sekarang kamu mau jadi pengecut dan gak mau ngaku kalau kamu pacar anakku hah? Dimana Violet sekarang!? Kenapa kamu punya HP dia?"

Ini pertama kalinya Ken bertemu dengan Papa Violet yang banyak di bicarakan orang- orang. Seorang yang kasar dan otoriter.

Ken melepas tangannya yang ia gunakan untuk menyembunyikan rasa sakit di pipinya yang merah karena tamparan. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa ia meninggalkan Violet di rumah Elgard.

"Jawab atau--"

"Violet kerja kelompok dengan teman- temannya Om, saya baru aja nganterin dia dan HP nya ketinggalan di tas saya pas dia bonceng di motor." Ken terlalu banyak mengarang cerita, tapi itu yang bisa ia lakukan untuk menghadapi situasi saat ini.

"Kerja kelompok?" Ken sedikit menghindari tatapan menyelidik dari lawan bicaranya.

"Iya Om, dia- dia kerja kelompok di rumah Dinda.. y-ya.. Dinda.. dia teman sekelas Violet." Untunglah ia mengingat satu nama dari teman Violet yang biasa dia lihat selalu bersamanya.

Seperti sedang mengingat sesuatu, pria paruh baya di depan Ken itu kini mengangguk, putrinya memang sering mengatakan nama itu saat ia bicara tentang sekolahnya.

"Jadi, siapa namamu anak muda?"

"Saya, Ken chandra adi putra" lidahnya otomatis bergerak cepat menyebut namanya dengan fasih dan lengkap.

"Apa?"

"Ken chandra Adi putra" ulang Ken, mengira bahwa pria itu tidak mendengarnya.

"Kamu Ken ketua osis di sekolah ini? Kamu yang anaknya Chandra?" mukanya berubah menjadi begitu bersemangat.

Ken yang melihat perubahan yang tiba- tiba dari seseorang yang menamparnya beberapa saat lalu sedikit canggung membalas senyuman dari pria di hadapannya.

"Ternyata kamu anak Chandra, ck.. ck.." bahu Ken di guncang sedikit sambil di tepuk ringan.

"Dia teman Om pas muda, Kenapa Violet gak pernah berani bilang nama kamu selama ini ke Om. Coba saja kalau dia bilang, Om gak akan larang hubungan kalian."

Di tengah senyuman pria itu, Ken justru berkedip beberapa kali untuk memastikan pendengarannya benar- benar baik.

"T-tapi Om, saya bukan--"

"Aishhh sudah ketauan masih mau mengelak? Ckk kamu mirip Papa mu, banyak alasan."

•••[FLASH BACK OFF]•••

Violet mendengar semua cerita Ken dengan seksama di atap gedung. Ya, Violet meminta Ken datang ke sana untuk bertanya tentang semua kebingungannya semalam tadi.

Violet berdiri dari posisi duduknya dan membelakangi Ken.

"Kenapa kamu bohong sama Papa aku? Kenapa kamu gak jelasin semuanya?" ucap Violet marah.

"Maksud kamu beri tahu dia kalau kamu ke rumah pacar kamu yang Papa kamu benci selama ini? Kamu milih Papa kamu marah sama kamu dan Elgard? Aku menyelamatkan kalian dari kemarahan Papa kamu asal kamu tahu"

Ken tak terima dia di salahkan, jelas- jelas ia adalah pahlawannya saat ini. Ia bahkan rela kena tampar untuk menutupi semua kebenaran yang akan memicu emosi Papa Violet.

"A-aku tahu niat kamu baik, tapi-- tapi harusnya kamu jelasin ke Papa kalau kamu bukan pacar aku" desis Violet, suaranya semakin mengecil karena ia tidak yakin bahwa kalimatnya benar untuk di katakan. Bagaimanapun ia setuju bahwa jika saja Papanya tahu bahwa ia pergi ke rumah Elgard malam itu, ia pasti akan kena marah.

Violet memijat persimpangan antara alisnya, kepalanya pusing memikirkan apa yang akan terjadi padanya selanjutnya. Tapi selama hubungannya dan Elgard aman, semuanya akan baik- baik saja bukan? (Mungkin~)

"Vio, aku minta maaf kalau aku ambil keputusan sendiri tentang itu--"

"Aku ngerti kok, aku yang harusnya minta maaf karena kamu jadi terlibat sama semua ini. Harusnya hari itu aku gak ikut kamu, harusnya aku gak nitip HP aku di tas kamu, harusnya--"

"Cukup Vio~ ini bukan masalah besar, Papa kamu pasti bakal cepet lupa kok sama ini semua. Gak akan ada resiko apapun dari apa yang aku bilang ke Papa kamu saat itu."

Ken mengangkat wajah Violet yang sedari tadi tertunduk, dan saat itu juga suara klik kamera di tangkap dari celah sudut pintu yang tidak pernah mereka sadari ada sebuah kamera yang mengintai semua gerak- gerik mereka berdua sejak awal.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status