Share

BAB. 2 Akal Bulus

Mendengar ucapan Anand itu. Membuat Arlyn semakin muak. Dia tak habis pikir. Kenapa bisa terjebak mencintai pria yang berada di hadapannya saat ini. Yang menurutnya tak lebih dari  sampah.

Arlyn kembali menyeka air matanya. Dia pun berjanji dari dalam hatinya. Jika hari ini, dirinya terakhir kali menangisi Anand.

Dengan segera, Arlyn merobek-robek alamat hotel yang diberikan Anand kepadanya. Lalu mencampakkannya di hadapan pria itu. 

Anand yang melihat perbuatan Arlyn itu, seketika menjadi sangat geram. Dia terlihat mengepalkan tangannya, menahan emosi yang tiba-tiba meluap-luap dari dalam tubuhnya.

"Kita putus, Anand! Ternyata aku telah salah menilai mu selama ini! Empat tahun yang sia-sia. Waktuku terbuang untuk mengenalmu dan aku sangat menyesalinya!" tegas Arlyn, tanpa ampun.

"Apa? Kamu ingin putus dengan ku?" tanya Anand, sambil menatap ke arah Arlyn dengan menunjukkan pesona ketampanan yang dirinya miliki. 

"Ya, aku ingin putus. Aku lebih memilih mengakhiri hubungan denganmu. Pria yang tidak mampu menjaga kesucianku. Kamu malah ingin merenggutnya dariku!" 

"Cih! Memangnya kamu tidak mencintaiku lagi, Arlyn Virgolin? Tatap aku dalam-dalam saat ini. Apakah kamu yakin ingin berpisah dari pacarmu yang sangat tampan ini?" tuturnya, semakin menunjukkan pesonanya kepada Arlyn.

Anand mencoba untuk memprovokasi Arlyn untuk tetap menjadikannya tambatan hatinya.

Namun hati Arlyn sudah benar-benar gerah dengan tingkah pria di depannya itu. Bukannya simpati kepadanya. Arlyn malah jijik melihat pria yang sok ganteng di hadapannya saat ini.

"Hei, Arlyn! Kamu kok diam saja?" Katakan sesuatu." ucap Anand, sambil tersenyum sinis ke arahnya.

"A-ku memang masih mencintaimu, Anand. Tapi ... aku juga tidak mau bodoh! Harga diriku, itu jauh lebih penting dari mu." 

Anand semakin kaget dengan perkataan Arlyn. 

"Jadi kamu ....?" ucapnya, tercekat.

"Ya! Kita putus! Diantara kita, sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Jalani hidupmu bersama wanita selingkuhan mu itu. Aku juga akan menjalani hidupku. Permisi!" Setelah berkata begitu, Arlyn pun segera meninggalkan taman indah itu dan terus berjalan menjauh dari Anand yang seolah-olah tak percaya dengan apa yang didengarnya dari mulut Arlyn.

Anand yang awalnya hanya ingin menggertak Arlyn dan mengajaknya untuk putus. Malah dia yang kena getahnya. Justru Arlyn yang memutuskan hubungan dengannya.

"Sial! Kok jadi berantakan begini?" geramnya, sambil menahan emosi yang semakin membara dari dalam jiwanya.

Yang sebenarnya terjadi, Anand sangat mencintai Arlyn. Namun dia juga tidak dapat menahan hasrat bejatnya, untuk mencicipi tubuh sang kekasih. 

Perempuan yang menjadi selingkuhannya itu, hanyalah sekedar bahan permainan baginya. Rasa cintanya hanya untuk Arlyn seorang. Untuk itu, Anand bertekad untuk kembali merayu dan mendekati gadis kesayangannya itu.

Di sebuah kafe,

 Agnes sedang bersama kekasih hatinya bernama, Jameso. Saat ini keduanya baru saja selesai makan siang di salah satu restoran ternama yang berada di Kota Jakarta.

Lagi-lagi, Jameso yang merekomendasikan restoran mahal ini untuk tempat kencan mereka, dan seperti biasanya Agnes lah yang selalu membayar. Jameso selalu tahu cara untuk memberi alasan yang tepat kepada kekasih hatinya, supaya bukan dirinya yang membayar setiap kali mereka berkencan.

Bagi Agnes itu tak menjadi masalah penting. Karena sejak dulu dia sudah mandiri. Tinggal sendiri di Jakarta dan membiayai kuliahnya sendiri. Agnes kuliah sambil bekerja. Walaupun kedua orang tuanya sangat mampu membiayai kuliahnya. Namun Agnes tidak pernah sekalipun merepotkan keluarganya yang berada di Surabaya. Agnes pernah berkata agar kedua orang tuanya, fokus membiayai sekolah kedua adiknya. Tanpa memikirkan dirinya.

Agnes yang sangat pintar di kampusnya. Dipercayakan oleh beberapa dosen untuk  menjadi asisten dosen di fakultasnya. Hal itu lah yang membuat Jameso semakin tertarik kepadanya. Hubungan mereka sudah berlangsung hampir tiga tahun lama. Selama itu juga, uang Agnes selalu mengalir kepada pria itu. Padahal mereka sama-sama  mahasiswa perantauan di Ibukota ini. Tapi karena Agnes sangat menyayangi Jameso, dia pun memanjakan pria itu dengan materi.

Jameso yang lihai, ternyata mampu mengelabui Agnes yang jenius itu. Sampai-sampai semua tabungannya terkuras habis gara-gara sang kekasih. 

Siang ini, Agnes sengaja mengajak Jameso bertemu. Ingin meminta penjelasan darinya. Kenapa dia, berani-beraninya mengambil uang dalam ATM milik Agnes.

Yang terjadi malah, Jameso mengajak Agnes bertemu disebuah restoran mewah.

"Jameso, kamu dapat dari mana ATM ku? Kok bisa ada di kamu?" ucap Agnes, tak percaya dengan pria di depannya saat ini.

"Sayang ... masa kamu lupa? Tiga bulan yang lalu kamu sendiri yang memberinya kepadaku." sahutnya, tanpa dosa.

"Kapan itu terjadi? Kamu jangan mengarang cerita deh! Kamu tahu, uang itu aku tabung cukup lama. Kamu malah menghabiskannya dalam sekejap!" Agnes untuk pertama kalinya memarahi pria, yang dirinya sangat cintai itu.

"Hei ... pacarku yang cantik. Kamu jangan marah-marah begitu. Aku akan segera menggantinya. Tunggu saja, ya?" tuturnya lagi, meyakinkan Agnes.

Lalu Jameso kembali mengarang cerita, jika dia mengunakan tabungan Agnes untuk membawa ibunya berobat. Padahal yang sebenarnya terjadi, bukan seperti itu.

Jameso menghabiskan uang Agnes di meja judi dan dia baru saja kalah taruhan.

"Terus, bagaimana kondisi ibumu saat ini?" tanya Agnes penuh iba, kepada kekasihnya.

Pemuda itu kembali mengarang cerita tentang kondisi ibunya. Sehingga Agnes semakin jatuh belas kasihannya, kepada Jameso.

Bahkan Agnes kembali memberikan Jameso sejumlah uang yang banyak untuk membantu kesembuhan ibunya.

"Terima kasih pacarku. Sesegera mungkin, aku akan membayar semuanya kepadamu." tukasnya sambil tersenyum penuh kelicikan, di sudut bibirnya.

Lalu keduanya pun berpisah di depan restoran itu. Jameso tidak dapat mengantar Agnes pulang. Dia berkilah akan datang ke Bogor, tempat di mana orang tuanya berada, untuk mengantar uang dari Agnes. 

"Kamu hati-hati ya, jika mau ke Bogor. Salam untuk ibu mu. Semoga Beliau bisa cepat sembuh."

"Siap, Sayang. Aku akan sampaikan salam mu untuk ibuku. Salam dari calon menantunya, Agnes Amora yang sangat baik hatinya." Bahkan Jameso masih sempat-sempatnya, mengambil hati sang kekasih. Demi untuk memuluskan rencana busuknya.

Hati Agnes bukan main senangnya dipuji seperti itu oleh Jameso, sang kekasih. Dirinya tidak tahu saja jika semuanya, hanyalah akal-akalan darinya. Demi untuk memuluskan keinginan hatinya.

Di parkiran restoran,

Setelah berpisah dengan Jameso di depan restoran itu. Agnes pun bergegas ke toilet, karena suatu hal. Setelah urusannya di dalam toilet selesai. Agnes kemudian berjalan menuju parkiran. Sayup-sayup, Agnes dapat mendengarkan suara Jameso, sang kekasih yang sedang berbicara dengan orang lain di parkiran itu. Sepertinya mereka sedang menertawakan sesuatu.  

Agnes juga dapat mendengar namanya disebut beberapa kali oleh Jameso dan temannya.

Sepertinya, kedua orang itu sedang menertawakan sesuatu yang menyangkut tentang dirinya. Karena sangat penasaran, Agnes pun mulai mendekati keduanya secara diam-diam.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sagi Good
Sigaaaa....
goodnovel comment avatar
ZekWar77
Lanjut..........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status