Share

BAB. 3 Ternyata Tidak Mencintai

"Gilingan banget Lo, Bro! Cewek jenius sekelas Agnes bisa Lo kibulin! Salut! Salut, gue! Sumpah dah!" tukas, teman Jameso, yang juga seorang pria sepertinya.

"Iya, dong. Gue gitu, lho! Jameso, dilawan! Yang lain mah, lewat!" ucapnya, sambil mengibas-ngibaskan sejumlah rupiah berwarna merah yang baru saja Agnes berikan kepadanya.

"Ha-ha-ha." Keduanya pun tertawa terbahak-bahak. Menertawakan Agnes yang menurut keduanya, pintar tapi bodoh.

Jameso terus saja membeberkan sikap Agnes kepadanya selama ini. Yang menurutnya sangat naif. Sampai tidak sadar jika telah ditipu olehnya.

Namun tanpa keduanya sadari, Agnes mendengar semua perkataan Jameso yang dari tadi terus saja menghinanya.

Agnes seketika merasa syok. Seolah-olah tak percaya jika Jameso yang nota bene adalah pria yang sangat dirinya cintai, ternyata telah membohongi dirinya selama tiga tahun, kebersamaan mereka.

"Hei, Bro! Jangan bilang Lo, tidak mencintai Agnes!" celutuk, temannya ingin tahu.

"Memang tidak!" jawab Jameso, penuh dengan kelicikan.

"Apa? Wah ... parah Lo, Bro! Berani banget, Lo! Gila dah, Lo!" Temannya tak habis pikir, dengan jawaban Jameso.

"Gue hanya mencintai duitnya saja. Gue akui, Agnes sangat cantik. Tapi untuk apa? Jika gue tidak bisa menikmati tubuhnya? Jadi gue menikmati uangnya saja!" Jameso sangat bangga, dengan dirinya sendiri saat ini.

"Jadi Lo, memanipulasi Agnes dengan rasa cinta Lo, ke dia?"

"Tepat sekali! Ha-ha-ha. Gue membuainya dengan cinta palsu dan harapan kosong. Tapi semuanya, hanyalah akal-akalan gue saja! Asalkan gue bisa menikmati uangnya!" Jameso kembali membanggakan dirinya, karena telah menipu sang kekasih.

"Kejam Lo, Bro!" tukas, sahabatnya.

Selama ini, Jameso menghabiskan uang Agnes di meja judi, dan dibeberapa aplikasi judi online.

Bermain judi sudah menjadi kebiasaan Jameso sejak dirinya masih duduk di bangku sekolah. Permainan kotor itu telah mendarah daging baginya, sejak dulu.

"Itu belum seberapa. Gue punya maksud lain dengannya." ucap Jameso, lagi.

"Maksud, lain?" Temannya, semakin penasaran.

Lalu Jameso pun bercerita jika dia akan menjual Agnes kepada seorang germo yang sedang mencari wanita yang masih suci.

"Wah, gila Lo, Bro! Keterlaluan banget, jika Lo berani menjual Agnes!"

"Kenapa gue nggak berani? Agnes kan sangat polos. Selama ini, dia sangat patuh ke gue. Gue sangat yakin kali ini, Agnes juga akan menuruti semua, apa yang gue mau." Keduanya pun kembali tertawa dengan penuh kemenangan.

Agnes yang mendengar semua itu, hanya bisa menangis. Hatinya sangat hancur. Dia tidak menyangka Jameso setega itu kepadanya.

Setelah menenangkan dirinya sebentar. Agnes pun keluar dari tempat persembunyiannya dan mulai berjalan menghampiri pria itu.

Jameso yang terlalu asyik bercerita dengan temannya. Tidak menyadari jika saat ini, Agnes sedang berjalan ke arahnya. Bahkan telah beberapa kali temannya memberi kode kepada Jameso untuk berhenti menjelek-jelekkan Agnes. Namun pria itu seakan tak peduli. Dia terus saja berbicara tanpa henti. Bagai mobil yang sedang melaju kencang di jalan tol dengan posisi rem blong, bebas tanpa hambatan.

Namun, satu kalimat dari mulut Agnes. Menghentikan semua bualannya.

"Jameso ...." ucap Agnes, sambil menatap pria itu, dengan perasaan terluka.

"Hah? A ... Agnes!" ujarnya, merasa sangat kaget saat melihat sang kekasih sedang berdiri di depannya, saat ini. 

"Ka ... kamu belum pulang, Sayang?" Jameso mencoba meraih tangan Agnes dan mulai merayunya, seperti yang selama ini dirinya lakukan.

Namun dengan cepat Agnes menepis tangan Jameso.

"Sudah cukup sandiwaramu, Jameso! Kita putus!" ucap Agnes, dari kesungguhan hatinya.

"Apa?" Jameso sangat kaget dengan perkataan Agnes itu.

Apalagi di tempat itu, juga ada temannya yang ikut mendengarkan Agnes memutuskan hubungan dengannya.

Jameso seketika mengepalkan tangannya. Lalu berkata,

"Hei, Agnes Amora! Lo pikir selama ini gue cinta sama Lo?" ketusnya, sambil menatap tajam ke arah gadis itu.

"Aku sama sekali tidak mencintaimu! Aku hanya mau uangmu! Ha-ha-ha!" Jameso tertawa penuh kemenangan.

"Aku akan laporkan kamu kepada polisi sebagai kasus penipuan dan penggelapan uang!" ancam, Agnes.

"Ha-ha-ha. Silakan laporkan! Memangnya kamu ada bukti?" Jameso yang seorang mahasiswa jurusan hukum pidana. Tahu betul seluk beluk pasal-pasal pidana. Tentu saja dia juga mengetahui sanksi yang akan diterimanya karena telah menipu Agnes, yang tidak memiliki bukti apa pun.

Agnes seakan tersadar jika selama ini Jameso sangat lihai merayunya. Sehingga tak ada satu pun bukti jika lelaki itu telah menghabiskan banyak uangnya.

"Ha-ha-ha. Kamu kok diam saja, Sayang? Kamu kurang bukti, ya?" sindir, Jameso.

Agnes menatap Jameso tak kalah tajam sambil terus meneteskan air matanya.

"Terima saja nasibmu! Baiklah, kita putus! Kamu yang lebih dulu memutuskan hubungan ini." ketus Jameso, lalu mengajak temannya menjauh dari are parkiran itu.

Meninggalkan Agnes yang terus saja menangis.

"Apa yang harus kulakukan? Semua tabunganku telah lenyap diambil oleh Jameso." sedihnya, dalam hati.

Agnes pun kemudian berjalan meninggalkan area parkiran itu. Dia melangkah dengan gontai. Tak tentu arah hendak ke mana. Uang di dompetnya tidak lebih dari seratus ribu rupiah, dan beberapa uang logam lima ratusan.

Kepala Agnes tiba-tiba terasa berat. Dia pun hendak menyeberang jalan, dan mencoba untuk duduk di halte sambil menunggu bis yang akan membawanya pulang. 

Lalu tanpa disadari olehnya. Sebuah mobil melaju dengan kecepatan kencang. Tepat di depannya. Untung saja pengemudi mobil itu, mengerem mobilnya tepat waktu. Sehingga tidak sempat terjadi tabrakan.

Akan tetapi, Agnes yang sangat kaget, tiba-tiba saja jatuh pingsan. Tubuh rampingnya seketika jatuh di jalanan aspal yang keras itu.

"Bagaimana, Mark?" tanya seorang pemuda gagah dan tampan. Berwajah blasteran dengan bola mata coklat terang. Sedang menanyakan kepada sang sopir, keadaan perempuan yang tiba-tiba muncul di depan mobil nya.

"Saya tidak sempat menabrak gadis itu, Tuan Muda. Tapi entah kenapa, dia tiba-tiba menghilang." jawab, sang sopir.

"Hilang bagaimana maksud kamu?" Edward yang khawatir, segera keluar dari dalam mobil dan memeriksanya langsung.

"Sial!" umpatnya. Saat melihat gadis itu telah jatuh pingsan tepat di depan mobilnya.

Mata Agnes terbuka sedikit dan memperhatikan jika tubuhnya sedang direngkuh oleh pria berperawakan tinggi dan berbadan tegap. Sejenak tatapan mereka beradu. Agnes dapat melihat mata coklat milik pemuda itu yang sangat teduh. Sedang menunjukkan mimik wajah khawatir. 

Setelah itu, matanya tertutup dengan sempurna dan dia  tidak ingat apa-apa lagi.

"Mark, Tolong buka pintu mobilnya!" perintah Edward, sesaat setelah tubuh gadis itu dirinya gendong.

Mendengar perkataan sang tuan muda. Mark segera membuka pintu mobil untuk Edward.

Setelah tubuhnya dan tubuh gadis itu telah masuk dengan sempurna di dalam mobil. Edward pun kembali memerintahkan sopirnya, untuk melajukan mobil menuju ke sebuah rumah sakit.

"Mark, lebih cepat sedikit!" ucapnya, panik.

"Siap, Tuan Muda." Sang sopir pun melajukan mobil lebih kencang, sesuai perintah atasannya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ZekWar77
Oke.............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status