Share

Kabar Duka

Dimusim panas yang panasnya membuat semua orang enggan untuk keluar ruangan, yang panasnya membuat dahaga semua orang dan panasnya membuat semua tanaman layu kekeringan terlihat seorang perempuan bernama Vania,  tengah serius membaca buku untuk referensi penelitiannya. Di laboratorium yang banyak tanaman uji coba tersebut, Vania memfokuskan pikirannya.  Kali ini Dia ingin meneliti  tanaman Echinacea yang katanya bisa dimanfaatkan untuk menurunkan demam bagi orang dari negara di daerah tengah. Vania yang studinya berfokus pada ilmu botani itu selalu saja meneliti tanaman-tanaman langka atau aneh yang belum ada dibuku, sehingga semua penelitiannya selalu menghabiskan banyak waktu. Saat dia sibuk membaca referensi mengenai tanaman Echinacea, terdengar pintu yang dibuka dengan paksa.

"Braak....."

Suara keras yang tiba-tiba tersebut membuat Vania kaget.

"Astaga..." Vania yang kaget bahkan menjatuhkan bukunya yang berharga ke lantai.

"Vania, Aku sudah mengetuk pintu berkali-kali tapi tidak ada jawaban sama sekali, meskipun Aku yakin kalau Kamu pasti ada di dalam ruangan ini" kata Amel dengan wajah cemberut. Amel adalah sahabat Vania di Akademi Kiloa, makanya kedua sudah memanggil nama masing-masing. Amel tahu betul kalau Vania tidak ada di kamar, pasti Dia ada di perpustakaan atau ada di laboratorium botani akademinya. Hidupnya monoton, jadwalnya itu sudah sangat dihafal oleh Amel.

"Ah... maafkan Aku Mel, sepertinya aku sangat fokus dalam membaca sehingga tidak mendengar suara ketukan pintu berkali-kali."

Vania bangkit dari tempat duduknya dan mengambil bukunya yang jatuh.

"Ah.. ya tidak masalah," kata Amel kemudian.

"Lalu, ada apa Kamu kemari?"

Mendengar pertanyaan Vania, Amel menjadi lupa tujuan awal Dia menghampiri Vania. "Ya? oh Aku melupakan ini," kata Amel sambil menyerahkan sebuah amplop surat berwarna coklat. Diatas surat tersebut tersegel cap dari Duchy of Ansel, kediaman keluarga Vania. 

"Ini titipan dari Guru, katanya seorang utusan Duchy of Ansel mengirim surat dengan buru-buru."

Vania mengerutkan keningnya, Dia menerima amplop tersebut dengan tatapan curiga. 

"Ini aneh!" kata Vania sembari membolak-balikkan surat tersebut.

"Apanya yang aneh? masak surat dari keluarga dibiilang aneh!"

"Biasanya kakak laki-lakiku akan mengirim surat setiap bulan di tanggal 15." Vania mencoba membuka  amplop tersebut dengan bantuan pisau kertas yang sudah ada di meja depannya..

"Ini masih tanggal 25, bukankah ini aneh?"

"Ya... mungkin saja ada keperluan mendadak!"

"Ya bisa jadi," Vania hanya menanggapi seadanya. Lalu dengan segera mengeluarkan isi surat tersebut . Setelah membuka dan membaca isi suratnya, Vena kaget dan hampir menangis.

"Astaga..." teriak Vania yang membuat Amel kaget. Tanggan gematar lalu diikuti badannya. Itu adalah isyarat orang syok. 

"Kaget...!" kata Amel sembari tangannya memegang dadanya mencoba menenangkan diri. 

"Ada apa Van?" Tanya Amel penasaran.

"Aku harus segera kembali ke Duchy," jawab Vania buru-buru melangkah pergi. Amel yang berusaha untuk mengejar karena rasa penasarannya yang belum terjawab.

"Ada apa Van?" langkah kaki Amel ikut melangkah dengan cepat mengikuti langkah kaki Vena.

"Kakakku dan Kakak iparku mengalami kecelakaan, keduanya mengalami kondisi kritis Mel. Aku harus segera pulang ke Duchy" kata Vania memberikan keterangan.

Keduanya melangkah menuju asrama siswa. Begitu sampai di kamar yang ditempat Vania, Vania langsung meraih kopernya dan mengemasi barangnya dengan buruk. Tidak kerapian sama sekali. Hal ini bisa dimaklumi karena Vena sedang terburu-buru.

"Tapi kamu sedang mengerjakan tesismu Van"

"Keluargaku lebih penting daripada tesisku Mel"

Amel membuka  mulutnya lagi, "Iya, Kamu benar, semoga saja kedua kakakmu tidak kenapa-napa"

"Iya mudah-mudahan saja," Vania mengobrol sambil mengemasi barangnya.

"Lalu kapan kamu akan kembali Van?" Tanya Amel.

"Aku juga tidak tahu Mel." Kehidupan yang tidak menentu itu tentu saja tidak bisa diprediksi. Kelahiran dan kematian hanya milik Sang Pencipta. Manusia mana bisa mengetahui masa depan. 

Setelah selesai mengemasi barangnya, Vania menulis surat untuk Profesor Adin, gurunya. Dia menitipkannya kepada Amel. Lalu keduanya berpelukan melepas kepergian.

Vania segera pergi menaiki kereta yang sudah di pesankan oleh perwakilan Duchy yang tadi mengantar surat. Vania naik dengan hati yang tak karuan, mendengar kata kritis mengingatkan Vena pada kedua orang tuanya. Mereka juga meninggal karena kecelakaan kereta. Dalam hati Dia berdoa, semoga kejadian kehilangan orang tuanya tak dialami olehnya. Dalam perjalanan yang memakan waktu 2 hari tersebut Dia tak bisa tidur, hanya perasaan gelisah yang bergelanyut dan menempel pada dirinya.

Perasaan yang was-was itu terus tumbuh dengan pasti, seperti tidak bisa dicegah. Dia hanya berharap doa yang tak pernah putus Ia panjatkan semoga terkabul. Perasaan yang gelisah tanpa ada obatnya itu terus menempel pada Vania. Dia ingin menolaknya tapi tidak bisa. Vania hanya berharap kalau keajaiban itu ada dan semoga saja, keajaiban yang Dia harapkan akan singgah ke hidupnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status