"Mbak, per jam tarifnya berapa?"
Hilma langsung membulatkan mata mendengar ucapan lelaki tak dikenal yang berdiri di hadapannya.Mendapati tatapan liar dari lelaki asing yang menyoroti tubuhnya dari atas sampai bawah sambil membasahi bibir dengan satu tangan ingin menyentuh membuat Hilma lebih waspada."Tolong jaga sikap, ya, Mas!" protes Hilma sambil memundurkan langkah menghindari sentuhan.Lelaki dengan wajah dipenuhi brewok itu tertawa sinis."Ga usah jual mahal, Mbak!" Nih, saya bayar sejuta buat satu jam."Segepok uang dilemparkan di bawah kaki Hilma.Orang yang berlalu lalang menatap heran ke arah dua orang yamg terlihat sedang berbicara. Mereka tampak acuh, berpikir bahwa mereka adalah sepasang kekasih atau suami istri yang sedang bermasalah.Dapat dilihat dari wajah perempuan yang tampak marah. Dan mereka memilih untuk mengabaikan, tak peduli dan tak mau mencampuri uPukul sembilan malam.Hilma menyelimuti anak-anaknya yang terlelap tidur, dilihatnya kembali wajah-wajah yang mewarisi gurat kemiripan sang ayah.Dalam usia masih belia mereka dipaksa untuk menerima keputusan orang dewasa yang kadang membuat luka. Namun, terkadang hidup tak memiliki pilihan. Perpisahan punbtak selalu membawa keburukan. Tergantung penyikapan dan kerjasama dari pasangan yang berpisah untuk saling menjaga agar anak-anak tetap mendapat haknya walau dari orangtua yang terpisah.Hilma akan selalu ada untuk mereka, dalam suka duka, sedih bahagia, tangis dan tawa. Sepenuh jiwa, selelah raga akan diperjuangkan segala cita juga cinta untuk kedua buah hati yang dianugerahkan padanya.Ia akan merenda masa depan walau harus tertatih-tatih dalam pencapaiannya."Jadi penguat Mama, ya, Nak!"Satu persatu kening sang anak dikecup, tanda kasih menuju alam mimpi.Sesudahnya
Orang-orang berlarian menuju tangga untuk turun ke lantai satu. Semuanya merangsek maju ke tempat yang ditunjukkan oleh pihak keamanan. Mereka saling berlomba untuk sampai lebih dulu ke arah tangga. Wajah-wajah panik terlihat diiringi suara teriakan dan jeritan para perempuan dan anak-anak.Di belakang, api menjalar dengan cepat, berkobar melahap benda-benda yang ada di dekatnya. Gerakannya meliuk-liuk menyambar ke setiap arah membuat semua orang semakin panik karena api semakin membesar, terlebih lagi ketika menyadari tangga yang dituju disesaki banyak orang.Suara alarm yaang menyala, turut membuat orang yang berada di lantai bawah juga berlarian menuju pintu keluar. Namun, beberapa pegawai lelaki justru melawan arus, mereka mencoba membantu rekannya di atas yang berusaha memadamkan api yang semakin melebar.Tabung-tabung darurat mereka semprotkan dari berbagai arah. Nyala api memantul dari mata para petugas keamanan juga beberapa pegawai
Satu hari setelah kebakaran."Penyebab kebakaran karena faktor kesengajaan. Jadi, memang ada yang berniat membuat toko Anda terbakar," ucap lelaki berkumis tipis yang membuat Wiguna terperangah. Tak mengira ada orang yang berniat menghancurkam sumber kehidupannya."Setelah diselidiki, api berasal dari gudang di lantai dua. Dan setelah kami identifikasi penyebabnya karena sebuah lilin yang sengaja dinyalakan di dekat bahan yang mudah terbakar.""Siapa orangnya, Pak?" Tanti bertanya dengan mimik wajah kesal mengetahui jika kebakaran terjadi karena ulah seseorang."Masih kami selidiki. Hanya saja kemungkinan besar pelakunya adalah orang dalam," sahut lelaki yang memakai jaket kulit."Jangan-jangan Hilma!" sahut Nela, membuat Wiguna menoleh."Ga mungkin!" sanggah Wiguna."Loh, kenapa engga, Mas! Kan, Hilma juga orang dalam. Mungkin dia dendam, makanya sengaja membakar tokomu!" Perempuan ber
Mendengar suara orang berteriak kencang, Hilma beserta lainnya yang sedang mengobrol di teras terkejut dan langsung menengok ke asal suara. Kemudian, mereka saling pandang mempertanyakan kedatangan tamu yang tak diundang.Anak-anak yang sedang bermain menjadi ketakutan dan langsung berlari mendekati Hilma."Ga apa, Sayang. Ada Tante," ucap Hilma merengkuh Cantika yang memeluknya. Dua orang anak lelakinya juga turut dipeluk sambil ditenangkan. Kemudian Hilma meminta tolong kepada Bi Yah untuk membawa mereka ke dalam rumah."Hilma!" Virda menahan pergelangan Hilma yang hendak melangkahkan kaki menghampiri orang asing tersebut, sementara Mima masih terpaku dengan kehadiran mereka yang terlihat tidak bersahabat."Ga apa, Vir." Hilma menyentuh punggung tangan Virda lembut. Sambil mengangguk dengan wajah tenang ia menyakinkan semuanya akan baik-baik saja."Maaf, ya, Mima, ada masalah sedikit. Aku ke depan dulu."
Senyum lega terukir dari seorang perempuan yang baru keluar dari pengadilan agama. Di tangannya sebuah akta yang menegaskan status barunya telah di genggaman. Kini, setelah enam bulan menjalani proses perceraian, ia bisa bernapas lega, telah resmi terputus dari mantan suaminya.Perjalanan yang tidak mudah, karena berkali-kali Wiguna berusaha menghambat jalannya persidangan. Berbagai upaya lelaki itu lakukan untuk mempersatukan kembali kepingan hati yang telah hancur. Namun, Hilma teguh pada pendirian, sampai kapan pun tak akan sanggup diduakan."Selamat, ya, Hilma. Akhirnya selesai juga," ucap Virda memeluk sahabatnya"Makasih, ya, Vir." Hilma mempererat pelukan yang selalu menenangkan dari seorang sahabat yang selalu ada dalam suka maupun duka. Pada masa sulitnya, perempuan yang seminggu lagi akan melangsungkan pernikahan itu selalu memberi solusi atas seriap masalahnya juga mengulurkan tangan untuk meringankan segala beban.
Dua orang yang tengah terbuai dengan sentuhan pasanganya lansung terlonjak kala mendengar pintu dibuka paksa. Mereka menoleh bersamaan, lalu tersentak saat melihat seseorang yang sangat dikenali tengah berdiri dengan wajah memerah dan mata yang melotot tajam.Tubuh yang berada dalam pangkuan, segera dihempaskan. Lalu, si lelaki membenarkan kancing-kancing yang terbuka jejak penjelajahan dengan tubuh gemetar dan wajah yang menegang. Ia bangkit berdiri dan berusaha menghampiri tunangannya.Sementara si perempuan dengan rambut lurus sebahu yang terlihat berantakan tengah mengaitkan kancing di dadanya yang sempat menjadi pusat perhatian si lelaki.Ia yang hampir terjatuh karena terdorong, terlihat memasamkam wajah. Sambil menggerutu ia membereskan penampilannya. Tidak peduli dengan Tanti yang napasnya tengah memburu, ingin menumpahkam segala kekesalan."Ta-Tanti, Mas bisa jelaskan!" ucap Arif menghampiri Tanti lalu menyentuh lenga
Tiga hari telah berlalu setelah kejadian di kantor Tanti. Gadis dengan kulit sawo matang itu masih mengurung diri di kamar, hatinya yang rapuh masih terlena dengan kesedihan. Dalam kesendirian, terkadang ia menangis, lalu tertawa, sesudahnya menatap hampa, tak berapa lama menumpahkan amarah. Yana merasa kewalahan dengan sikap putri keduanya.Sepulang bekerja tiga hari lalu. Tanti selalu menangis dan histeris. Segala benda di dekatnya dilempar ke berbagai arah, seringkali ia mengamuk, dan meneriakkan sumpah serapah. Yana mencoba bicara, tetapi selalu berakhir kecewa. Tanti tak mau bercerita"Bagaimana Tanti, Bu?" Wiguna bertanya khawatir."Masih sama, Gun. Susah diajak bicara," sahut Yana."Makannya gimana?""Ga mau makan. Kalau Ibu paksa, Tanti malah mengamuk! Ga tega ibu, badannya jadi kurus sekali."Lelaki yang wajahnya tampah lelah itu menghembuskan napas. Melihat sang adik yang berubah perilaku,
Hilma tengah membuat nasi goreng seafood di dapur tempat usahanya untuk para pengemudi online yang sedang mengantri ketika pesanannya diproses. Lihai tangannya memasukkan bumbu yang telah dihaluskan, menumisnya sampai harum lalu memasukkan udang dan ayam yang sudah dipotong kecil-kecil. Setelah itu memasukkan nasi dalam ukuran banyak, kemudiann mengaduknya sampai rata, terakhir dimasukkan sayuran ke dalamnya.Ketika sudah matang, Hilma dibantu pegawai lainnya menbagi-bagi di piring dengan porsi yang sama. Setelah itu bersama es teh manis, nasi goreng itu di berikan pada pejuang nafkah yang menunggu di luar."Pak, ini silahkan dimakan?" Perempuan yang menggunakan pashmina pink itu menyerahkan nampan berisi makan siang. Wajah-wajah yang lelah itu antusias menerima, senyum merekah diiringi ucapan terima kasih bahkan ada yang sampai mendoakan berbagai kebaikan untuk usaha Hilma. Semuanya menikmati makanan yang dibuat sepenuh hati di depan kios yang telah dise