Randy mempersilahkan kedua mertuanya dan Dara untuk masuk ke dalam rumah. Bu Ayu dan Pak Ali mengedarkan pandangan mereka, ternyata rumah menantunya sangat bagus, dan terkesan mewah. Di dalam rumah mereka disambut oleh dua ART yang bekerja di rumah Randy.
Setelah berbincang-bincang dan makan siang bersama, kedua orang Dara pamit untuk pulang.
"Randy, Ayah titip Dara ya. Ayah yakin kamu anak yang baik, bisa bertanggung jawab, dan harap maklum dengan sifat manja dan keras kepala Dara. Kami harap kamu bisa bersabar menghadapi sifat, Dara." Pesan Pak Ali pada Randy.
"Insha Allah, Pak. Saya akan berusaha untuk menjadi suami yang baik untuk, Dara." Jawab Randy.
"Bunda, Ayah Dara ikut kalian pulang." Rengek Dara pada orang tuanya.
"Tempatmu di sini, ikut suamimu, Dara." Kata Pak Ali.
"Tapi, Dara takut, Bun."
"Apa yang kamu takutkan?" Bunda Ayu menatap anak perempuan semata wayangnya.
"Dara takut, bagaimana jika mas Randy jahatin Dara."
"Kamu ini, kebanyakkan nonton senetron. Bunda yakin nak Randy itu anaknya baik." Sahut Bundanya.
"Lagian di sini juga ada para pembantunya, Nak Randy. Jadi kamu tidak usah takut, belajar untuk jadi istri yang baik, Dara. Jangan membantah perkataan suami. Hormati dia. Sekarang Nak Randy adalah suamimu, imammu." Nasehat Bu Ayu.
Setelah memberi nasehat pada Dara. Pak Ali dan Bu Ayu berlalu ke luar dari rumah Randy.
Randy yang baru saja mengantarkan mertuanya sampai teras masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa.
Dara yang duduk berhadapan dengan Randy, menatap tajam Randy.
"Kamu, marah?" Tanya Randy pada Dara.
"Tentu saja aku marah. Ini semua karena mas Randy." Sengit Dara ketus pada Randy.
"Salah saya apa?" Tanya Randy lagi.
"Salah mas tuh, karena menyetujui pernikahkan ini. Mas tidak berusaha untuk menolaknya, atau mas sengaja agar bisa menikah dengan aku." Dara berbicara masih dengan nada ketus.
"Apa...? Jadi kamu menuduh aku melakukannya dengan sengaja gitu? Aku diam karena gak tau mau ngomong apa. Kamu sendirikan tahu gimana reaksi warga saat itu." Ucap Randy.
"Hah, baiklah. Tapi aku mau buat peraturan."
"Peraturan apa?" Tanya Randy, bingung.
"Ya, peraturan pernikahan kita."
"Apa...? Kamu jangan main-main deh. Kita menikah secara sah, jangan mempermainkan sebuah pernikahan, Dara." Ucap Randy
"Tapi aku tidak menginginkan pernikahan ini," sahut Dara ketus.
"Jadi gimana maunya?" Randy sudah lelah berdebat dengan Dara. Randy juga pusing, apalagi menghadapi sikap istri dadakannya ini. Tapi dia harus mengalah saja dulu.
"Oke, dengarkan ini baik-baik!" Dara mengatakan apa saja peraturan yang diinginkan.
1. Jangan berharap aku akan melayanimu seperti istri pada umumnya.
2. Jangan ikut campur urusan masing-masing.
3. Jangan mengakui aku sebagai istrimu di depan siapapun.
4. Aku bebas untuk melakukan apapun dan jalan dengan siapa pun.
5. Aku mau pernikahan kita dirahasiakan. Aku gak mau sampai ada yang tahu kalau aku sudah menikah.
"Baiklah, aku ikuti apa maumu. Silahkan istirahat ke kamarmu." Ucap Randy, ia malas berdebat dengan Dara. Ia juga capek ingin cepat istirahat.
"Di mana kamarku?" Tanya Dara.
"Di atas, di samping kamarku."
"Baiklah." Dara menarik kopernya menuju kamar yang ada di lantai dua.
Dara membuka pintu, terlihatlah kamar bernuansa warna biru di dalamnya. Dara meletakan kopernya di samping ranjang. Kemudian Dara merebahkan tubuhnya yang terasa lelah di atas kasur. Air matanya kembali mengalir mengingat bahwa sekarang dia sudah menikah. Karena kelelahan Dara akhirnya terlelap dalam tidurnya.
Keesokan paginya, Dara telah bersiap-bersiap untuk memenuhi panggilan kerja. Hari ini dia akan melakukan interview kerja di perusahaan yang sudah sejak lama ia impikan. Dara melihat Randy sudah duduk di kursi meja makan. Ia menatap Randy dengan jengkel.
"Pagi, Ra." Sapa Randy.
"Gak usah basa basi deh. Gue malas ngomong." Kata Dara ketus.
Kemudian Randy menatap Dara, ia tersenyum ke arah Dara. Dara makan Roti yang di beri selai coklat dan segelas susu hangat. Mereka sarapan dalam diam, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Aku mau berangkat interview kerja, tapi mobilku di rumah. Terus aku berangkat pake apa?" Kata Dara, ia sudah menyelesaikan sarapannya.
"Ini." Randy menyerahkan sebuah kunci motor pada Dara.
"Apa, ini?" Tanya Dara.
"Kunci motor buat, Kamu." Sahut Randy.
"Apa...! Mas Randy, nyuruh aku naik motor berangkatnya. Gak salah?" Kata Dara dengan suara keras.
Apa-apaan ini bisa-bisanya dia menyuruhku naik motor, gimana jika kulit putihku mengelupas dan hitam kena sinar matahari,nanti iritasi kena debu, dan lain-lain. Dara mendumel dalam hati.
Dara menelpon Ayahnya meminta sopir di rumahnya untuk mengantarkan mobilnya ke rumah Randy, tapi Ayahnya menolak, dengan alasan Dara harus belajar mandiri dan banyak lagi alasan ayahnya yang membuat dia ingim frustasi.
"Hahhh, mana kunci motornya sini, deh." Dara akhirnya mengambil kunci motor yang tadi di berikan Randy.
"Ya sudah, aku berangkat nanti telat lagi." Ucapnya ketus.
Dara berjalan dengan cepat ke luar rumah, dan menyalakan mesin motornya dan menjalankannya perlahan. Demi apa coba dia berangkat memakai motor. Ini memalukan sekali baginya.
Randy hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum dengan tingkah Dara.
=====
Dara tiba di depan gedung perusahaan tempatnya melamar kerja. Di sana sudah ada temannya yang bernama Nina dan Santi. Mereka menghampiri Dara.
"Dara....!" Seru kedua temannya, Dara kaget dan menoleh kearah dua sahabatnya.
"Eeh, kalian sudah datang?" Tanya Dara.
"Hu'um, kamu pake motor? Demi apa coba seorang Dara Anastasya naik motor?" Tuhkan teman-temannya sudah pada kepo.
"Hah, kalian berdua bikin mood gue jelek aja, deh. Gue mau tau rasanya naik motor, ternyata seru juga." Ucap Dara sambil meringis. Seru apanya panas, terus kena polusi, pakaian jadi kusut gini, batin Dara. Rasanya dia ingin sekali menangis. Ini semua karena ulah Randy sialan itu. Arrgghh
Nina dan Santi serempak mengarahkan telapak tangan mereka berdua ke jidat Dara.
"Gak panas," gumam Nina.
"Iya," sahut Santi.
"Woy, kalian kenapa, sih?"
"Loe yang kenapa? Kepala loe tadi gak kejedot di aspalkan, terus otak loe geser gitu?" Cicit Nina dan diangguki oleh Santi.
"Maksud loe berdua apaan?" Sengit Dara, ia menatap tajam kedua sahabatnya.
"Ya, kita gak percaya aja, loe naik motor. Naik motor loh ini. Naik angkutan umum aja loe gak mau, katanya panaslah, banyak polusilah, nanti kulit loe iritasilah, dan banyak lagi." Cerocos Santi.
"Hah, apaan sih, gue mau masuk duluan deh, bye." Dara meninggalkan kedua sahabatnya yang masih bingung dengan sikap Dara.
Mata Dara berbinar bahagia, dia di terima kerja di perusahaan tersebut sebagai salah satu staff Accounting. Wajahnya berbinar, Dara seakan melupakan kesedihannya kemaren.
"Gue, diterima...." teriaknya pada dua sahabatnya yang menunggunya di lobby.
"Wah, selamat ya, Dara sayang." Ketiga sahabat itu berpelukan.
Mereka bertiga melamar kerja di tempat yang sama, tapi sayangnya salah satu di antara mereka tidak lulus tes, yaitu Nina. Sayang sekali mereka tidak bisa sama-sama lagi seperti saat mereka kuliah.
Dara melajukan motornya pulang ke rumah Randy, tapi di tengah jalan dia menghentikan motornya, dia lupa di mana alamat rumah Randy. Mau nelpon Randy juga dia tidak mempunyai nomor ponsel lelaki yang berstatus suaminya itu. Dara bingung sendiri, berpikir gimana cara dia bisa tahu alamat rumah Randy.
Akhirnya Dara menelpon Ayahnya dan memberitahukan bahwa dia tersesat dan tidak tahu jalan pulang ke rumah Randy. Ayah menghela nafas pelan bisa-bisanya anaknya itu lupa jalan pulang, mana gak punya nomor ponsel suami sendiri lagi.
Lama Dara menunggu di bawah pohon besar di tepi jalan. Ia duduk di atas motor.
"Ayok, pulang!" Dara menoleh keasal suara.
"Loh, kok mas Randy yang jemput, ayah mana?" Tanya Dara.
"Buruan gak usah tanya-tanya. Udah gede juga, bisa-bisanya lupa jalan pulang." Ucap Randy.
"Ya, mana aku tahu alamat rumahnya mas Randy, kan baru kemaren aku tahunya rumah mas Randy. Belum hafal jalanannya." Kata Dara.
"Ya, udah ayok buruan." Randy masuk ke mobil dan Dara mengikutinya dari belakang dengan motor.
Randy tersenyum, melihat tingkah Dara yang memonyong-monyongkan bibirnya dari kaca spion mobilnya.
Ketika sudah sampai di rumah Randy, Dara langsung saja masuk ke dalam kamar. Dara tidak menghiraukan panggilan Randy. Lebih baik dia masuk kamar, mandi dan tidur daripada berbicara dengan Randy.
Hari ini Dara mulai bekerja di perusahaan Wiyaya group. Dara sangat bersemangat hari ini, akhirnya dia bisa juga bekerja di perusahaan besar itu. Dara berdandan ia, memakai bedak dan memoles tipis bibirnya dengan lipstik. Sebelum turun ke bawah untuk sarapan Dara memandang wajahnya di cermin, iya tersenyum melihat wajah cantiknya.Randy yang duduk di kursi makan menatap ke arah Dara. Cantik batin Randy. Ia memuji bahwa istrinya itu memang benar-benar cantik."Cantik." Kata Randy, ia menatap Dara.Dara diam saja, dia malas berdebat dengan Randy. Tumben sekali dia bilang gue cantik, batin Dara.Randy dan Dara sarapan dalam diam, sesekali Randy mencuri pandang kearah Dara. Sedangkan Dara sedang mengunyah makanannya, ia tidak menghiraukan Randy yang juga ada di sana."Kamu, mau ke mana? Udah Rapi aja?" Tanya Randy, di saat mereka sudah selesai sarapan."Mau kerjalah," ketus Dara."Mau aku antar?" Tawar Randy, dia seri
Dara keluar dari kamarnya, Dara merasa kehausan dan persediaan air minum di dalam kamarnya habis. Dara melangkahkan kakinya ke arah dapur, keadaan dapir yang gelap tak menyurutkan langkahnya. Dara membuka kulkas dan mengambil sebotol air mineral dingin dan meminumnya."Kamu, ngapain?" Dara langsung tersedak karena kaget mendengar suara Randy yang saat itu tepat berada di belakangnya. Dara memutar tubuhnya ternyata jarak mereka sangat dekat. "Uhukkk uhukk....!" "Hei, pelan-pelan minumnya!" Ucap Randy."Bikin kaget aja, sih. Kalo gue mati gimana? Mau jadi duda situ." Omel Dara, sambil mengelus dadanya yang masih terasa sesak, akibat tersedak. "Siapa juga yang ngagetin, kamu tuh yang ngapain malam-malam begini gelap-gelapan di dapur sendiri." "Gue haus, air minum di kamar gue habis. Jadi ya terpaksa gue ke dapur, eh di sini malah ketemu kamu lagi." Kesal Dara."Oh," jawab Randy singkat.Dara segera beranjak dari dapur, dan masuk ke kama
Randy memarkirkan mobilnya di halaman sebuah rumah mewah berlantai dua yang terlihat nampak asri dan nyaman. Randy menoleh kesamping tepat dimana Dara saat ini masih tertidur pulas. Hatinya pun bimbang mau membangunkan Dara atau tidak."Dara... Ra... bangun!" Randy mengoyang lengan Dara, tadinya Randy tak tega membangunkan Dara dan berniat untuk menggendongnya, tapi dia takut saat Dara terbangun saat masih di dalam gendongannya Dara akan marah dan memakinya."Emmh..." Dara lenguh Dara pelan."Ayok bangun, kita sudah sampai.""Apaan sih, berisik tau..." tuhkan belum apa-apa dan masih dalam keadaan setengah sadar aja Dara ngomel aja."Bangun,Ra....! Atau mau saya gendong." Randy masih berusaha untuk membangunkan Dara.Tinnnn tinnnnRandy membunyikan klakson mobilnya dengan keras, karena kesal dengan Dara yang susah sekali dibangunkan. Dan itu berhasil membuat Dara membuka matanya."Apaan sih, ganggu orang lagi enak-enak tidur j
Dara menikmati makan malamnya dengan perlahan, sesekali Dara mencuri pandang ke arah Randy yang yang sedang menikmati makan malamnya. Randy yang merasa seperti di perhatikan, mengulum senyum lalu mengedipkan mata kepada Dara yang terlihat sedang memperhatikannya, seketika saat itu juga Dara ingin menengelamkan wajahnya kesemak-semak. Dara yang merasa kikuk karena ketahuan sejak tadi mencuri-curi pamdang pada Randy pun langsung menyuap makanannya dengan cepat sampai tersedak-sedak.Uhukk uhukk."Aduh, pelan-pelan dong, sayang makannya!" Kata Bunda.Dengan gerakan cepat Randy menyodorkan segelas air putih pada Dara.Dara menerima gelas air tersebut dan langsung meneguk habis air putih tersebut, lalu ia merasakan ada yang mengusap-usap pungungnya, uh bisa-bisanya lelaki ini mencari kesempatan dalam kesempitan batin Dara, gak tau apa jantungnya serasa mau copot saat merasakan jemari Randy yang masih mengusap-usap pungungnya. Astaga, kalo saja tak mengingat kalau mer
Dara dan Randy memasuki kamar mereka, lebih tepatnya sih kamar Dara."Mas Randy tuh, apa-apaan coba, pake acara setuju segala?" Semprot Dara saat mereka sudah berada di dalam kamar."Ya, apa salahnya sih. Kasian Oma dah nyiapin hadiah buat kita masa gak di ambil." Jawab Randy, lalu menghempaskan pantatnya ke kasur. Dara yang melihatnya pun mendelik tak suka."Eeh... jangan duduk di kasur aku, sana mas Randy tidur di sofa aja!" Dara menarik-narik tangan Randy dan menyuruhnya pergi dari kasurnya."Aku mau tidur di sini," kata Randy lalu merebahkan tubuhnya dengan santai."Gak bisa, ini kamar aku, kasur aku, Mas Randy tidur di sofa sana." Pekik Dara tak terima, lalu menerjang Randy yang sudah berbaring, tapi tak sempat karena Randy sudah menangkapnya dan membawa tubuh mungil Dara ke pelukannya."Auwww..." teriak Dara, Dara terus meronta dan memukuli Randy supaya terlepas dari pelukan Randy."Udah diam, napa." Kata Randy."Lepas, ah. Mas Randy...." teriakny
Randy dan Dara kini tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai Bali. Dara memakai kaca mata hitamnya, gadis cantik dengan balutan dress berwarna navy itu berjalan dengan tergesa-gesa untuk menyusul suaminya yang sudah lebih dulu berjalan di depannya. Dara sangat kesal gimana bisa suaminya itu meninggalkannya?. Ah menyebalkan sekali."Mas Randy tunggu, dong. Kaki aku pegal nih!" Kata Dara, Randy menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba dan tanpa sengaja Dara menabrak punggung Randy."Auuww..., ah mas Randy kalo berhenti jangan sebarangan dong. Tuh jidat akukan jadi sakit." Dara mengelus jidatnya."Mana yang sakit?" Tanya Randy datar."Nih...! Dara menunjuk jidatnya dengan jari telunjuknya sendiri."Sini!" Randy menyuruh Dara mendekat ke arahnya, bagai kerbau di cucuk hidungnya Dara pun mendekat.Cup...Randy mengecup jidat Dara dengan tiba-tiba, sontak saja Dara langsung terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Randy, bisa-bisanya lelaki ya
Andai saja, Randy dan Dara saling mencintai mungkin momen bulan ini akan sangat indah, sayang seribu sayang, rasa itu belum menghampiri dua sejoli yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing itu. Randy yang sibuk dengan berkas-berkas pekerjaannya serta laptop yang ada di hadapannya. Sedangkan Dara memilih untuk menonton film-film favoritenya seperti drama Korea, tapi lama-lama Dara juga merasa bosan karena tak ada kegiatan lain selain nonton drama di kamar. Mau ngajakin Randy gelud kan gak mungkin, hahaa. Astaga otaknya mungkin sudah tercemar akibat beberapa adegan dewasa di dalam drama yang baru saja Dara tonton.Dara memperhatikan Randy yang terlihat serius dengan pekerjaannya, Randy terlihat tampan berkali-kali lipat saat sedang serius, garis wajah yang tegas, rahang yang kokoh, dan jangan lupakan jakunnya yang naik turun, astaga Dara dibuatnya sampai menelan air liurnya berkali-kali."Ada apa?" Randy berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop di
Pagi ini Dara terlihat lebih bersemangat untuk berangkat bekerja. Ya mereka kini sudah pulang dari acara berbulan madu yang menurut mereka tidak ada istimewanya. Setelah pulang dari Bali, Dara dan Randy sepakat untuk mengawali semuanya dari hal kecil dulu seperti teman misalnya, ya mereka memutuskan untuk lebih saling mengenal dulu di awali dari kata teman.Dara mematut penampilannya di cermin, hari ini Dara memakai kemeja berwarna putih, rok hitam selutut, rambut hitam sebahunya dibiarkan tergerai.Setelah dirasa penampilannya kini pas, Dara mengambil tas serta memasukan ponsel ke dalamnya dan mengambil dua paper bag yang berisi oleh-oleh untuk teman-teman kerjanya. Dara keluar dari kamar dan menuruni tangga menuju dapur untuk sarapan."Pagi!" Sapa Dara pada orang yang ada di dapur, Dara meletakan tas dan paper bag yang dia bawa di kursi yang ada di sebelahnya. Bik Sum sampai melongo tumben sekali hari ini istri majikannya itu bersikap ramah, tapi bik Sum juga merasa