Share

Suamiku Tergoda Oleh Adik Iparnya
Suamiku Tergoda Oleh Adik Iparnya
Penulis: Renjana soft

Bab 1

"Assalamu'alaikum Ma." Arina langsung masuk tanpa ada jawaban dari dalam rumah mertuanya.

"Arina, kamu ngapain malam-malam datang ke sini?" tanya sinis Resti yang memang selama Arina menjadi menantunya dia tidak menyukainya.

"Ma, Mas Farel ada di sini? Aku coba hubungi dia gak bisa," jawab Arina dengan nada lembut.

"Hei, kenapa kamu tanya Farel sama Mama ya jelaslah Mama gak tahu dan kalau pun tahu gak akan Mama kasih tahu Kamu," hardik Resti.

"Mama tak baik begitu." Papa Farel menyenggol lengan Resti. Namun, Resti mengabaikan teguran dari suaminya.

"Ma, Aku mohon tolong kasih tahu di mana Mas Farel, apa Mama gak kasihan dengan mereka? Terutama Caca Ma, dia sedang sakit dari tadi hanya mencari Mas Farel," ucap Arina sambil menggendong Caca sedangkan anak-anak lainnya masih berdiri di depan pintu. Lalu dia Dia duduk karena merasa tubuhnya sudah penat karena dari pagi Caca sudah demam, sehingga membuat dia rewel dan terus memanggil nama papanya. Arina pun harus menggendongnya terus agar mengurangi rewel Caca. Namun, itu juga tidak membuat Caca berhenti memanggil Papanya.

"Kamu itu bisanya hanya menyusahkan saja! Apa kamu tidak bisa bersikap seperti Helen? Walaupun dia sudah di sakiti oleh Hengki, tetapi dia masih baik dengan Mama selalu datang ke sini bantu Mama bukan merepotkan seperti kamu!"

"Ma, Helen 'kan tidak sibuk seperti Aku. Waktuku sudah habis untuk mengurus anak-anakku Ma."

"Kamu kira hanya mereka yang perlu kamu urus? Farel juga butuh kamu urus. Makanya dia selalu ke rumah Hel ...." Resti menghentikan ucapannya karena di potong oleh Hadi suaminya

"Ma, sudahlah, sudah malam." Hadi menghentikan ocehan Resti.

"Sebaiknya kamu istirahat saja Arina. Bawa mereka tidur," pinta Hadi dengan tujuan agar Resti tidak bicara panjang lebar yang akan membuat sakit hati Arina karena sebenarnya dia tahu ke mana Farel pergi.

Namun, ketika Arina ingin menutup pintu kamarnya dia mendengar suara Farel yang baru masuk ke dalam rumah. Arina yang masih menggendong Caca dia segera berjalan ingin menemui Farel, tetapi baru saja sampai di depan pintu ruang tamu dirinya sangat terkejut melihat pemandangan yang selama ini tidak pernah di lihat olehnya. Kakinya bergetar dan terasa lemas tidak bertulang.

"Mas Farel." Arina bergumam, dia merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Lelaki yang selama ini menjadi penyejuk hatinya, menjadi pelindungnya dan orang yang sangat dia percaya. Namun, nyatanya tega menyakiti hatinya. Dengan mesra Farel dan Helen masuk ke dalam rumah seolah-olah mereka pasangan remaja yang sedang bercinta.

"Ma, Pa, kenapa si gitu melihat kita udah seperti lihat hantu?" tanya Helen yang masih bergandengan tangan dengan mesra.

"Iya Ma, kenapa? tanya Farel yang juga penasaran.

"I ... tu, i ... tu," jawab Resti sambil menunjuk arah kamar.

"Mama kenapa si aneh. Ayo Mas kita masuk kamar saja Aku sudah lelah satu harian ini keliling terus," ajak Hellen.

Namun, belum saja mereka sampai di kamar Farel melihat Arina yang sudah ada di depan matanya.

"Arina!!!" gumam Farel dengan sangat terkejut

"Kak Arina!" Begitu juga dengan Helen tidak kalah terkejutnya. Lalu buru-buru dia melepaskan tangannya.

"Iya Mas, ini Aku. Hebat kamu Mas, tega Kamu Mas." Arina meninggalkan mereka berdua yang masih tidak percaya jika kebohongan yang selama ini mereka tutupi akan berakhir malam ini.

"Arina ini tidak seperti yang kamu kira! jerit Farel. Namun Arina terus saja berjalan dan masuk ke kamar dengan menahan amarahnya. Dia tidak mungkin meluapkan amarahnya di depan Caca, yang baru saja akan tertidur.

"Kamu diam! jangan bicara apapun! Aku sudah lelah merayu Caca agar dia bisa tidur," hardik Arina ketika Farel ingin mengatakan sesuatu.

Di ruang tamu

"Bagaimana ini Ma? Kenapa Mama tidak kasih kabar Aku kalau ada Arina di sini si?" tanya Helen kesal kepada Resti.

"Mana Mama tahu kalau kamu akan pulang ke rumah Mama."

"Iiihh, Mama gimana si? 'kan anak-anak ada sama Mama ya kami juga ke sinilah." gerutu Helen kesal

"Ya ampun Mama lupa." Resti menepuk jidatnya sendiri.

"Lalu apa yang harus Aku katakan Ma, kalau saja kak Arina bertanya padaku?" tanya Helen panik.

"Sudah kamu tenang saja, nanti Mama yang akan mengatasinya."

Farel yang tidak berani masuk ke dalam kamar dia akhirnya ikut bergabung di ruang tamu. Sedangkan Arina berusaha menenangkan dirinya sendiri sebelum dia berbicara kepada Farel. Air mata yang selama ini dia jaga tidak pernah keluar. Namun, sekarang lolos begitu saja Arina tidak bisa menahannya. Dia begitu sangat sedih dengan apa yang di lakukan suami dan juga iparnya. Selama ini Arina sangat percaya dengan apa yang dikatakan oleh Farel tanpa sedikit pun ingin mencari tahu kebenarannya.

Prok...prok....prok

Arina bertepuk tangan dengan sangat kuat ketika mendengar rencana yang akan mereka susun. Lagi-lagi dirinya tidak percaya dengan apa yang sudah dia dengar. Orang yang selama ini dia hormati ternyata ikut juga menusuknya dari belakang.

"Arina, ini tidak seperti yang kamu pikirkan," ucap Farel.

"cukup Mas! Mata dan telingaku masih cukup sehat untuk mendengar dan melihat apa yang barusan kamu katakan. Aku sudah salah menilai kalian semua selama ini Mas, Aku kira kamu adalah Imam terbaik bagi Aku dan juga anak-anak. Namun, nyatanya ini yang kamu buat di belakang Aku. Inilah sibuk yang selama ini kamu ciptakan. Hebat kamu Mas! Hebat!"

"Dan kamu Helen bisa-bisanya kamu tega merampas Suamiku yang statusnya masih Kakak ipar Kamu. Wanita macam apa kamu ini hah! Dasar murahan kamu! Plak." Satu tamparan mendarat di pipi Helen.

"Arina tega sekali kamu menampar menantuku, kamu itu seharusnya berkaca mengapa mereka bisa menjalin hubungan. Kalau kamu bisa menjadi istri yang baik Farel tidak akan begini. Dasar kamu menantu kurang ajar." Resti hampir saja melayangkan tangannya untuk menampar balik Arina.

Namun, Arina dengan sigap menahan tangan Resti. Dia pun berkata dengan sangat lantang. "Orang tua macam apa Mama dan Papa membiarkan anaknya berbuat dosa! Dasar orang tua tidak beres!"

"Arina! Cukup! Farel merasa sangat tersinggung ketika Arina mengatakan orang tuanya.

"Kenapa Mas, kamu mau marah? Iya? Atas hal apa kamu mau marah? benar kan apa yang Aku katakan? Kalau mereka beres mereka tidak akan membiarkan kalian berbuat mesum di rumah mereka," hardik Arina dengan sangat emosional.

"Kurang apa Aku selama ini Mas, kurang apa?" tanya Arina dengan berteriak mengguncang keheningan malam.

"Arina! Cukup!" teriak Farel.

Arina yang sudah tidak bisa lagi menahan emosinya dia melemparkan vas bunga ke sembarangan tempat. Membuat pecahan Vas bunga mengenai kaki Helen.

"AU, Mas sakit," rintih Helen.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status