Ku ambil ponselku di atas nakas dan mengusap layarnya."Jangan,ok aku setuju,""Na gitu dong," kataku tersenyum penuh kemenangan.****"Sapa suruh kamu berhenti." Kataku saat Mas Ervan berhenti memijat kakiku.Rasain biasanya dia yang meminta pijat gak tau waktu dan selalu marah kalau aku berhenti mijat padahal tanganku sudah kebas."Tanganku sakit yang." Kata Mas Ervan."Jangan brisik, kamu pijat aku setahunpun gak bisa melunasi hutang kalian," kataku sinis mirip ibu tiri di sinetron sinetron zaman dulu.Senang sekali hatiku melihat Mas Ervan akirnya tak berkutik dengan ancamanku dan kembali memijat kakiku.Puas rasanya hati ini melihat muka tersiksanya."Sudah sana mandi!" Kataku setelah tak tahan dengan bau keringatnya.Dengan langkah gontai Mas Ervan melangkah ke kamar mandi."Baju ganti jangan buang di merata tempat atau ku buang bajumu," kataku jutek.Biasanya aku dengan telaten mengutipi baju kotor yang dia lepas dan lempar begitu saja di mana mana tempat.Mas Ervan memandangku
Luka Hati RenataPov: CerilAku mengenal Renata sejak kecil, karena ayah kami memang berteman.Renata termasuk orang yang cuek dan sedikit tomboi bahkan dia juga cuwek dengan penampilan, dia tak suka fesyen ataupun make up seperti cewek cewek pada umumnya. Paling banter dia hanya memakai bedak baby dan pencuci muka tapi herannya wajahnya bersih tanpa jerawat.Namun begitu Renata memiliki kecantikan alami dari sononya jadi tak memerlukan polesan apapun dia tetap memiliki daya tarik sendiri.Badanya yang tinggi semampai, kulit putih, alis yang tebal dan juga memiliki lekukan kecil di pipi saat tersenyum.Pada masa SMU banyak cowok yang mendekatinya termasuk Dilan ,ketua OSIS dan jago basket idola para ciwi ciwi termasuk aku, namun nyatanya hati Dilan telah terpaut pada Renata. Pun begitu nyatanya hati Rena tetap dingin pada Dilan.Bahkan Yoga si cowok gendut namu kece ketua kelasku sampai jatuh bangun mengejarnya namun apalah arti seorang Yoga kalau cowok cool seperti Dilan saja tak ma
Di bab ini entah kenapa Author merasa jadi yang paling tega gituš . Tap love dan kemennya ya reader š. Subcrieb biar gak ketinggalan ceritanya.Bab10 Shoping Dengan Mertua"Ya terserah kalau kalian gak mau, gampang aja, saya akan jebloskan kembali kalian ke penjara dan sekalian sama anak lelaki ibu ini," kataku sambil mengulum senyum yang membuat wajah mereka pucat seketika."Dasar wanita jahat, gak ada aklak, begini sikap kamu sama orang tua hah?" Kata Mertuaku dengan meletakkan tangan di pinggang. Cih dia pikir dia siapa."Lebih gak ada aklak mana di banding ibu yang selalu mencuri perhiasan saya, diam diam mengambil BPKB mobil saya lalu Ibu gadaikan, ada aklak kah macam itu?" kataku datar namun penuh penekanan."Pokoknya aku gak mau Mas jadi pembantu istrimu yang sombong ini," kata Nina menghentak hentakkan kakinya di lantai.Mas Ervan menatap memelas padaku dan berkata," Sayang, ku mohon maapkan kami,""Aku maapkan kalian kok," kataku yang di sambut senyum lebar dan mata yang be
Bab10 Shoping Dengan Mertua"Ya terserah kalau kalian gak mau, gampang aja, saya akan jebloskan kembali kalian ke penjara dan sekalian sama anak lelaki ibu ini," kataku sambil mengulum senyum yang membuat wajah mereka pucat seketika."Dasar wanita jahat, gak ada aklak, begini sikap kamu sama orang tua hah?" Kata Mertuaku dengan meletakkan tangan di pinggang. Cih dia pikir dia siapa."Lebih gak ada aklak mana di banding ibu yang selalu mencuri perhiasan saya, diam diam mengambil BPKB mobil saya lalu Ibu gadaikan, ada aklak kah macam itu?" kataku datar namun penuh penekanan."Pokoknya aku gak mau Mas jadi pembantu istrimu yang sombong ini," kata Nina menghentak hentakkan kakinya di lantai.Mas Ervan menatap memelas padaku dan berkata," Sayang, ku mohon maapkan kami,""Aku maapkan kalian kok," kataku yang di sambut senyum lebar dan mata yang berbinar oleh mereka," tapi bohong," lanjutku. Haha kasian kena prank."Ok sudahlah cukup dramanya, sekarang aku mau nasi goreng, aku mau Ibu yang
haha dia pikir aku bodoh, diam diam saat Mas Ervan memasang sepatuku aku melihat ulah mertuaku lewat cctv rahasia di dapur yang tersambung ke tab milikku.Dia memasukkan tiga sendok makan garam, tiga sendok merica dan tiga sendok bubuk cabe. "Habiskan sayang," kataku sambil menyuapkan nasi itu ke mulut Mas Ervan yang ekspresi wajahnya kelihatan seperti makan racun.'Me***t, me***t lah lo,' kataku membatin."Kenapa Mas, haus?" kataku,ku raih gelas berisi jus tadi lalu ku minumkan ke Mas Ervan.Sempat ku lirik wajah kedua anak beranak itu yang pucat dan gelisah. Aku tahu Nina tadi memasukkan bubuk ke minumanku. Mungkin saat ibunya menggoreng nasi tadi dia keluar membeli obat pencuci perut, kebetulan di samping rumah ini ada apotik."Habiskan sayang," kataku setengah memaksa Mas Ervan menelan habis minumanya.Tak lama terdengar suara buang angin di iringi bau yang tak sedap dan Mas Ervan pun lari memegang perut."Makanya jangan macam macam denganku, kalian pikir aku bodoh sehingga tak
Pov ErvanTak menunggu lama dia sudah terkulai lemas di tempat tidur."Nina," kataku sedikit berteriak.Rasakan kau wanita s***n nanti bila kamu bangun, aku pastikan kamu sudah berada di pinggir jalan atau bahkan ke neraka dan hartamu akan jatuh ke tanganku.Haha..makanya jadi perempuan jangan songong.Ku perhatikan wajah perempuan s**n itu, cantik juga."Nina," kembali aku berteriak setelah cukup lama memanggil tapi dia tak datang. Entah apa yang di lakukannya."Apaan sih Mas, teriak teriak," Aku tersentak bukan main, jantungku serasa mau lompat mendengar suara itu. 'Apa ini hantunya,' aku membatin dan seketika bulu tengkukku berdiri"Hoyy bukannya jawab malah bengong," Sungguh jantungku sudah lompat lompat sekarang ini, dengan jantung yang terus berpacu tak karuan aku memberanikan diri menoleh ke belakang.Aku terkejut bukan main sampai terlonjak seiring jantung yang hendak lompat, Renata berdiri di belakangku.Aku lirik ke ranjang, memastikan ini benaran Dia dan bukan hantu."Re
"Tapi Ibu saya gak apa apa kan Dok?" tanya Mas Ervan. Dari ekspresinya kelihatan cemas dan tertekan.Dokter itu kemudian pelan pelan menjelaskan kedaan mertuaku."Ini semua karena kamu, dasar perempuan jahat," kata Nina memandang kearahku.Aku mengernyitkan alisku, apa pula aku yang di salahkan."Ibu pasti tertekan karena ulahmu yang memperlakukan kami seperti pembantu lalu dia tekanan batin lalu bunuh diri karena minum racun itu," kata Nina menatap tajam ke arahku. Hah lucu sekali dia."Halah, gitu aja kok tekanan batin, Lebai. Aku aja kalian siksa batin tiap hari, bahkan bertahun tahun juga ok ok aja. Makanya main tu yang jauhan biar gak sempit tu otak," kataku setengah mengejek mereka."Kurang ajar," kata Nina yang malah mengangkat tangannya ingin menampar namun dengan sigap ku tangkap tanganya."Heh, bocah songong, jangan macam macam kamu ya, masih untung aku mau membiayai pengobatan ibumu, kalau gak dengan apa kalian mau bayar biayanya hah?" kataku dengan menaikkan satu oktap.
egera aku menghampiri meja rias dan meraih benda itu. "Ceril," kataku sambil mengangkat ke atas saat Ceril menoleh ke arahku.Sama sepertiku Cerilpun tersenyum mengembang.Segera ku usap layar tablet dan masuk ke aplikasi galeri. Awas ya kalian, begitu aku dapat bukti, aku akan jebloskan kalian ke penjara.Aku pastikan kalian akan di hukum dengan jangka yang sangat lama.Ceril yang melihat aku memegang tablet milikku tersenyu mengembang dan segera mendekat ke arahku."Ketemu di mana?" tanya Ceril."Tu di situ," kataku menunjuk meja rias."Busyet dah ni nenek, kenapa lo gak bilang kalau letak di situ, capek gue nyari kemana mana," kata Ceril dengan memonyongkan bibirnya."Udah entar aja ngambeknya," kataku. Tanganku mulai mengusap layat tablet. Segera ku buka aplikasi galeri untuk mencari rekaman video Cctv milikku."Kok gak ada sih," gumamku lirih saat tak menemukan video yang aku cari."Kenapa?" tanya Ceril. "Video kemarin gak terekam," kataku sambil mengkerutkan keningku, merasa