"Ayah, ada apa?" tanya Rafka dengan penasaran saat Pramana diam tidak melanjutkan ucapannya. "Em, Ayah sudah memikirkan sesuatu tentang ... anak kalian," ucap Pramana dengan ragu. Rafka dan Katarina berakhir saling menatap, keduanya tidak percaya akan ucapan Pramana. Sejak di awal kehamilan Katarina, Pramana terlihat acuh dan tidak peduli sama sekali. "Maksud ayah apa?"" tanya Katarina lirih. "Acara tujuh bulanan anak kembar kalian biar ayah yang persiapkan. Terus ayah juga kepikiran menyumbang nama untuk anak kalian nanti," jelas Pramana dengan antusias. "Hah! ini ayah serius?" tanya Rafka dengan penuh keraguan. Matanya masih memicing ke arah Pramana yang kini duduk di hadapannya. Laki-laki yang dulunya sangat menentang keras hubungan keduanya kini luluh karena kabar bayi kembar? "Iya, ayah sudah mencari vendor yang bagus untuk acara tujuh bulanan anak kalian. Terus ayah sudah memikirkan nama anak yang sangat lucu, sayangnya kita belum tahu ya jenis kelaminnya," keluh Pramana
"Aku mau hidup sama kamu seumur hidup aku," bisik Rafka dengan memeluk tubuh istrinya. Katarina hanya pasrah dalam dekapan Rafka, ia menitikkan air matanya. Ucapan Rafka membuat hati Katarina tersentuh dalam. Jarang sekali Rafka mengatakan kalimat magic tersebut. "Mas, aku juga ingin bersamamu seumur hidupku, jangan lagi menjadi dingin seperti es batu, ya!" tegas Katarina terisak. Keduanya saling menguatkan satu sama lain, enggan melepas pelukan satu sama lain. Malam itu semua hal terasa sangat menguras air mata, namun dalam hati Katarina paling dalam ia ingin bahagia bersama Rafka. "Kita jaga anak ini sama-sama, dan kita akan menjadi orang tua kebanggaan mereka!" ucap Rafka dengan antusias. "Iya, mereka akan sangat bangga dengan kita, Mas!" ujar Katarina keras. *** Tiga bulan setelah perubahan Pramana, laki-laki paruh baya itu mempersiapkan semua kebutuhan acara tujuh bulanan Katarina. Dan hari ini adalah waktu acaranya, seluruh rumah didekorasi dengan sangat cantik dan Elegan
"Sudahlah, Ayah. Sekarang keadaan sudah lebih baik, ayah juga sekarang memiliki cucu yang lucu dan menggemaskan. Tidak perlu mengingat masalalu yang sudah-sudah," jelas Rafka panjang. "Benar juga!" Pramana menepuk pundak Rafka dengan terkekeh. Dua pria itu kini berjalan keluar dari ruangan bayi, menemui Elegi untuk bertanya ruang inap Katarina. Sepanjang koridor Rafka merasa senang sekaligus terharu. "Raf, kamu sudah mengabari Rengga? Ayah rasa dia sangat cemas denganmu yang selama beberapa jam ini sibuk menemani Katarina di ruang bersalin," ujar Pramana. Rafka hanya mengangguk, sudah beberapa jam ponsel itu tidak ia sentuh. Beberapa pesan dan telepon masuk dari Rengga. "Ayah duluan saja, ini Rengga mau telepon," ucapnya. Tidak berselang lama ponsel itu bersering, notifikasi telepon masuk dari Rengga. "Halo, ke mana aja?!" tanya Rengga dengan keras dari seberang. "Katarina lahiran, ada apa? telepon banyak banget, tadi ponselnya mati," jelas Rafka tanpa di minta. "Wah aku jadi
“Saya terima nikah dan kawinnya Katarina Gayatri binti almarhum Abiraya dengan mas kawin tersebut, tunai.” Tanpa gugup dan gusar Rafka mengucapkan kobul dengan lantang.“Bagaimana para saksi?” tanya penghulu dengan lantang.“Sah!” seruan beberapa saksi membuat suasana ruang inap VIP rumah sakit Bayangkara ramai dengan tangis haru.‘Tidak kusangka Mas Rafka begitu tampan. Selama ini, aku hanya melihat wajahnya dari foto yang diberikan Kakek,’ batin Katarina. Ia sesekali melirik Rafka dari ujung mata kanannya.Saat kata sah sudah terucap dengan lantang, penghulu langsung merapal doa untuk keduanya. Suasana berubah tegang saat keadaan Rio mulai mengkhawatirkan. Napasnya mulai tersenggal tangan yang mulai dingin. Membuat Katarina ingin segera berlari keluar ruangan untuk memanggil dokter. Namun, tangan Rio selalu menahan dengan sekuat tenaga.Tatapan sayu dari Rio membuat Katarina tidak berkutik. Tubuh laki-laki paruh baya itu semakin dingin. Kini Katarina dan Rafka duduk di samping brank
Suasana pemakaman Rio dipenuhi dengan tangis haru, Katarina masih tidak menyangka dengan kenyataan yang ada di hadapannya saat ini. Saat beberapa orang mulai pergi hingga menyisakan Katarina dan Rafka. Terik yang cukup menyengat itu tidak membuat Katarina beranjak dari pusaran makam Rio.“Ayo pulang, kakek akan sedih kalau kamu seperti ini!” tegas Rafka dengan menarik tangan Katarina.“Kamu tidak akan tahu yang aku rasakan, Raf!” Kalimat yang terlontar dari mulut Katarina dengan ketus.“Aku juga kehilangan sama sepertimu, tapi jangan menyiksa dirimu sendiri begini! Kamu kira aku tidak sedih kakekku meninggal? Kamu kira aku diam saja itu tidak punya perasaan?! Aku juga sedih tapi aku tidak lebay seperti kamu,” tutur Rafka panjang lebar.Untuk pertama kali, Katarina mendengar laki-laki itu mengoceh panjang lebar. Biasanya ia hanya mendengar ucapan singkat dan ketus. Akan tetapi saat ini ia dibuat melongo saat laki-laki di belakangnya mampu mengutarakan apa yang ia rasakan.“Aku kehilang
‘Aku gak jadi lembur, ada urusan sama Rengga.’- Rafka.Sebuah pesan yang masuk ke ponsel Katarina, bukan yang pertama kali sejak satu bulan ini. Katarina yang masih berjalan gusar, berpikir apa saja yang dilakukan Rafka dan Rengga akhir-akhir ini.“Hem, sebenarnya apa yang ia lakukan dengan Rengga? Kenapa ia lebih sering bersama Rengga yang notabene hanya teman,” gumam Katarina bertanya-tanya.Tanpa basa-basi ia mengambil tas slempangnya dan keluar kamar, ia bergegas memesan taxi online dan mencari keberadaan Rafka. Beberapa kali ia berusaha meminta temannya melacak lokasi Rafka, satu pesan yang masuk ke ponselnya berisi share lokasi Rafka saat ini.Suasana Kota Malang saat ini sangat ramai dan macet, beberapa kali Katarina mendengus kesal saat taxi online yang ia tumpangi terjebak macet. Perasaannya gusar dan tidak nyaman, berpikir keras apakah Rafka masih disana atau sudah pergi.“Maaf ya, Kak. Jalanan cukup macet, sepertinya kita akan terlambat beberapa menit ke lokasi,” ungkap sop
“Stop!” teriak Rafka yang baru saja masuk ke dalam ruang tamu.Katarina menoleh dengan cepat saat mendengar suara suaminya dengan keras, ya laki-laki itu datang di waktu yang tepat. Pertemuan yang kembali gagal, entah percakapan apa yang akan Pramana rancang saat itu.“Ada apa, Rafka? Ayah hanya ingin mengobrol dengan cucu pungut Kakek Rio. Ayah tidak ingin mengobrol denganmu sama sekali,” jelas Pramana dengan tegas.“Cucu pungut, cucu pungut! Dia istriku ayah!” gertak Rafka dengan tegas.Laki-laki es batu itu menarik tangan kanan Katarina untuk ikut masuk ke kamar, dengan langkah sedikit terburu-buru Katarina mengikuti langkah cepat Rafka. Suaminya benar-benar tidak ber-perikeistrian, langkahnya sama sekali tidak menoleh ke arah Katarina.“Mas Rafka!” panggil Katarina dari belakang.Laki-laki itu menoleh cepat ke arah wanita di belakangnya, “Ada apa?” tanyanya singkat dan ketus.“Umm …, tidak jadi. Terima kasih ya, a-aku tidak tahu kenapa ayah beberapa kali memanggilku saat kamu tida
Bibirnya terasa kelu saat matanya mendapati seorang pria yang sangat ia kenal, Refaldy sahabatnya saat SMA.“Kamu bikin aku jantungan!” pekik Katarina keras.“Kamu tumben ke sini?” tanya Refaldy pelan.Katarina hanya memberikan isyarat untuk sahabatnya itu duduk, ia masih sibuk memilih menu yang ada di buku yang ia baca sedari tadi.“Kak, maaf ini bukunya terbalik,” tunjuk seorang pelayan yang menunggu menu pilihan Katarina.“Kata, kamu belum sarapan atau baru bangun tidur tanpa cuci muka sudah pergi ke sini?” tanya Refaldy dengan terkekeh.Katarina dengan segera membaik buku menu itu dengan benar, jujur sejak tadi ia sama sekali tidak fokus pada jajaran menu yang ada di buku itu. Matanya masih mencuri pandang ke arah Rafka dan Rengga yang duduk tidak jauh dari tempat duduknya.“Kata!” panggil Refaldy dengan tangan melambai-lambai di depan wajah Katarina.“Refal, sebentar ….” putus Katarina dengan menggantung.“Pesan ini aja, Kak,” Refaldy menunjuk dua menu untuknya dan Katarina.“Mak