Share

Bab.5 Bercerita Pada Angel

"Ini-" Rintik tidak dapat melanjutkan ucapannya. Kemudian ia menatap karyawannya yang masih berdiri disampingnya. Kemudian ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Dan hampir semua orang tengah memandangnya

"Postingan ini baru saja muncul, Bu. Baru lima menit yang lalu," ucap karyawannya lagi.

"Meskipun baru beberapa menit, sudah pasti postingan ini sudah menyebar dan sudah di baca oleh orang lain," batin Rintik. "Ok, terima kasih. Kamu boleh pulang sekarang," ucap Rintik. 

***

Angel berjalan tergesa menghampiri Rintik, "Rin, kamu sudah lihat postingannya?" tanya Angel pada sahabatnya yang sedang tertimpa masalah itu. Rintik masih menatap layar komputer tanpa ingin menanggapi pertanyaan Angel padanya. "Jika Angel saja sudah mengetaui tentang berita ini, sudah pasti seluruh kantor suah mengetauinya," batin Rintik lagi. Ia mendesah kasar, lalu kembali membaca tulisan yang diposting di web. 

"R, Suami dari Rintik Daneschara  Kepala divisi di KnA Advertaising telah menghamili seorang wanita dan tidak mau bertanggung jawab karena istrinya tidak mau diceraikan," batin Rintik membaca kalimat yang ada di postngaan anonim pada sebuah media sosial yang berlogo huruf F berwarna biru itu. Yang lebih parah, orang itu menandai sosial media resmi perusahaannya.

"Rin." Angel yang menanti jawaban Rintik merasa tidak sabar dengan Rintik yang sejak tadi hanya diam. "Apa ini ada hubungannya dengan kejadian tadi siang?"  

"Argh. Kenapa menjadi seperti ini? Bukan seperti ini yang aku harapkan," desah Rintik dalam hati. Ekor matanya melihat ke arah Iren yang tengah bersiap untuk pulang. 

"Apa harus sampai sejauh ini, Ren?" tanya Rintik dalam hati. Lalu ia meraup wajahnya secara kasar.

"Rin, kamu tidak percaya padaku? Kamu bahkan menyembunyikan masalah ini dariku? Kamu bilang hubunganmu baik-baik saja dengan Reka. Kamu yakin kalau kita masih berteman? Apa ada hubungannya dengan kedatangan Tante Margaret kemarin?" Angel memberondong sahabatnya dengan banyak pertanyaan.

"Aku bukan tidak percaya padamu. Juga tidak bermaksud untuk menyembunyikannya dari kamu. Tapi, aku sendiri juga masih syok dengan apa yang menimpaku. Semua terjadi secara tiba-tiba, Ngel. Aku bahkan masih bingung dengan keputusan yang aku ambil." Setelah menjawab pertanyaan Angel, Rintik membuang nafas secara kasar. 

"Kamu tahu? Kalau ibu mertuaku datang ke kantor?" sambung Rintik. Yang dijawab anggukan oleh sahabatnya.

"Aku tidak sengaja melihatnya di tempat parkir. Sebaiknya kita bicarakan di tempat lain. Ayo!" ajak Angel pada Rintik. Meski sebenarnya Rintik enggan, tapi tetap saja ia menyetujui ajakan Angel. Lalu mengemas semua barang-barangnya dan bersiap untuk pulang.

***

Rintik merasa yakin jika yang memposting menggunakan akun anonim adalah Iren. Karena masalah yang menimpa rumah tangganya, hanya mereka yang tahu. Bahkan Rintik tidak menceritakan kepada keluarganya maupun Angel. "Apa tujuannya menulis seperti itu? Apa dengan melakukan hal itu akan membenarkan tindakannya?" batin Rintik. Untuk sekian kalinya Rintik menghembuskan nafas berat. Seberapa pun ia berpikir dengan keras, ia tidak mengerti dengan tindakan Iren. 

Angel mengajak Rintik menuju restoran dekat perusahaan. Ia mengajak Rintik untuk makan sekaligus ingin membahas perihal yang terjadi pada rumah tangga Rintik. 

Suasana restoran yang cukup tenang dan sepi membuat mereka leluasa untuk bercerita. Karena Angel sudah tidak sabar ingin mengetahui masalah yang dihadapi oleh Rintik, ia mendesak Rintik untuk segera menceritakan masalahnya.

"Aku bingung harus cerita dari mana dulu," ucap Rintik pada Angel.

"Apapun itu, dan dari mana pun aku akan mendengarkannya. Aku tidak akan menyela sampai kamu selesai bercerita. Aku janji."

Rintik menatap Angel sejenak sebelum ia mulai bercerita. Ia menyambar gelas yang berisi air putih yang ada di hadapannya. Kemudian meminumnya dengan harapan hatinya menjadi lebih tenang.

"Reka selingkuh dan wanita itu hamil," ucap Rintik dengan mata yang sudah berembun. Angel yang mendengar ucapan sahabatnya sontak menutup mulutnya merasa tidak percaya.

"Jadi, komentar itu benar adanya? Itu tentang Reka? Kamu tahu siapa wanita yang jadi selingkuhannya itu?" tanya Angel dengan nada berapi-api.

Rintik merespon pertanyaan Angel dengan anggukan lemah. Dan jawaban Rintik mampu membuat emosi Angel kembali meningkat. Tangannya reflek memukul meja dan mengeluarkan kata makian yang ditujukan pada wanita yang menjadi selingkuhan Reka.

"Siapa? Siapa wanita itu?" tanya Angel merasa tidak sabar ingin segera mengetahui nama wanita yang telah merusak rumah tangga dari sahabatnya itu.

"Dia salah satu karyawan di perusahaan ini," jawab Rintik. 

"A- apa? Salah satu karyawan di perusahaan? Maksudmu kita saling kenal, begitu?" Rintik mengangguk sebagai jawaban.

"Siapa?" Angel terus saja mendesak Rintik untuk memberitahukan nama dari wanita itu.

"Sepertinya tidak perlu. Aku takut kamu akan ikut memusuhinya jika aku memberitahumu siapa dia," ucap Rintik yang membuat Angel kecewa.

"Ya wajar dong kalau aku ikut memusuhi wanita seperti dia. Jika dia adalah salah satu karyawan di perusahaan kita, itu artinya dia sudah tahu jika Reka adalah suamimu. Lalu kenapa dia-" Angel tidak melanjutkan ucapannya karena merasa kehabisan kata-kata.

"Terus? Bagaimana ceritanya kamu tahu kalau Reka selingkuh dan wanita itu hamil?"

"Dia datang kerumah bersama dengan Ibu. Dan ibu minta agar Reka menikahi wanita itu secepatnya." Mata Angel kembali membola mendengar ucapan Rintik. Dia merasa tidak percaya jika Reka tega menghianati Rintik. Padahal ia tahu bagaimana perjuangan keduanya dalam mendapatkan restu dari Ibunya. Angel pikir, kehidupan Reka dan Rintik sangat harmonis dan sempat membuatnya merasa iri dengan hubungan mereka. 

"Lalu? Apa kata Reka?"

Rintik menggelengkan kepalanya. "Dia bilang itu hanya sebuah kesalahan. Dan dia berkata jika dia  tidak sengaja melakukan hal itu." Rintik menjeda kalimatnya.

"Aku minta cerai. Aku tidak mau dimadu, Ngel. Jika wanita itu hamil, bukan berarti aku mempunyai masalah dengan diriku. Aku sehat, Ngel. Aku subur. Dan aku yakin bisa memberikan keturunan pada Reka suatu hari nanti. Tapi bukan sekarang. Mungkin karena Tuhan belum percaya padaku. Tapi bukan berarti…." Rintik terisak. Dia tidak mampu melanjutkan kata-katanya. Angel mendekat dan duduk disamping Rintik lalu memeluknya. Angel tahu apa yang Rintik rasakan. Karena ia juga pernah berada di posisi Rintik. Dimana ia dituntut untuk segera menjadi seorang ibu di tahun pertama pernikahannya.

Rintik meluapkan perasaannya pada Angel. Rasa yang sejak tiga hari ini ia tahan, kini ia tumpahkan pada sahabatnya. 

Setelah puas menangis, Rintik menyeka jejak air matanya. Ia terdiam sejenak. "Apa keputusan yang aku ambil sudah benar?" tanya Rintik kemudian.

Angel mengangguk. "Iya. Keputusan kamu sudah benar. Kamu juga berhak untuk bahagia, Rin. Untuk apa bertahan jika hanya luka yang didapat. Kamu harus ingat, apapun keputusanmu, aku selalu mendukungmu," ucap Angel seraya menarik Rintik kedalam pelukannya lagi.

***

"Kamu yakin, tidak perlu aku antar?" tanya Angel pada Rintik ketika mereka sampai di tempat parkir perusahaan. 

"Tidak usah repot-repot. Aku bisa pulang sendiri," jawab Rintik dengan senyum yang sedikit dipaksakan. Rintik keluar dari mobil Angel. "Aku antar saja bagaimana?" Angel kembali mengusulkan untuk mengantar Rintik pulang.

"Tidak usah. Kamu pulang saja. Suamimu menunggumu dirumah." Mendengar jawabaan kekeh dari sahabatnya angel hanya bisa pasrah.

Belum sempat Rintik turun dari mobil Angel, Angel menepuk bahu rintik, "Loh, bukankah itu Reka, ya?" Angel menunjuk seorang pria yang tengah berdebat di parkiran mobil. Netra Rintik reflek mengikuti arah yang ditunjuk oleh Angel.

"Apa dia menunggumu?" tanya Angel pada Rintik yang dijawab gelengan dari Rintik. "Perlu aku temani?" tanya Angel.

Rintik kembali menggeleng seraya tersenyum, " Tidak usah."

Rintik perlahan melangkah kan langkahnya. Dia juga memantapkan hatinya agar tidak menangis di hadapan pria yang selama ini dicintainya.

"Rintik," sapa Reka. Tapi Rintik mengabaikan panggilan reka dan terus saja menuju dimana motornya diparkirkan. Meski hatinya berdebar tak karuan, ia mencoba untuk teap tenang.

"Aku sudah menunggumu sejak tadi," ucap Reka lagi. Tangan Reka menahan tangan Rintik karena sejak tadi tidak mendapat respon dari wanita yang masih sah menjadi istrinya itu.

"Lepaskan aku, Reka. Aku tidak mau berbicara dengnmu. Apapun yang kamu katakan aku tidak peduli dan akku sudah bulat dengan keputusanku," ucap Rintik. 

Reka yang kalap menarik Rintik yang sudah duduk diatas motornya.Emosi di dadanya membuatnya tidak sengaja menarik Rintik  dengan sekuat tenaga. Hampir saja Rintik terjatuh ke tanah, jika saja seseorang tidak segera menangkapnya.

Rintik membuka matanya lebar-lbar melihat siapa yang menangkap tubuhnya dari belakang. Dan tiba-tiba saja jantngnya berdebar lebih kencang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status