“Sudah punya? Papah sudah mempunyai buktinya dan masih saja tetap membelanya?!. Apa dia itu lebih penting dari pada keluarga papah sendiri?! Apa dia lebih penting dari mamah yang sudah menemani papah selama ini?!” Mata Leon terlihat berkaca-kaca, giginya saling beradu karna geram dengan laki-laki yang saat ini ada di depannya.“Apa kamu akan percaya kalau semua ini papah lakukan demi keluarga kita?""Demi keluarga? Apa papah tidak salah ucap?" Ujar Leon yang tak percaya. Leon yang sudah tak ingin berlama-lama lagi dengan ayahnya memilih untuk pergi saja. Namun sebelum pergi, Leon berniat untuk mengambil flashdisk-nya terlebih dahulu.Tangan Leon terulur untuk meminta flashdisk yang ada di dalam genggaman tangan ayahnya, tapi ternyata pak Arjuna tak menyerahkannya.Dengan sekuat tenaga pak Arjuna menggenggam erat flashdisk di tangannya hingga terbelah menjadi dua. Tak hanya itu saja, pak Arjuna bahkan memasukkan flashdisk itu ke dalam minumannya dan meminumnya.Kejadian itu terjadi san
Pak Arjuna melangkah menghampiri Leon yang kembali tak sadarkan diri, hatinya terasa sangat sakit ketika melihat putranya harus menghadapi hal yang sangat mengerikan. Ayah mana yang tidak akan merasa terpukul ketika anak-anaknya mengalami hal yang dapat menghancurkan mental, terutama Dion yang kini usianya belum genap sepuluh tahun."Maaf nak, semoga saja ke depannya kalian bisa hidup dengan baik."Pak Arjuna menghela nafas dan mempersilakan dokter Asrof untuk melakukan tugasnya. Pak Arjuna mengira semuanya akan berjalan dengan lancar ketika mengingat kemampuan dokter Asrof yang sangat mahir dalam bidangnya. Namun siapa sangka kejadian yang tidak terduga akan terjadi.Dokter Asrof dan beberapa rekannya harus mengalami beberapa kendala ketika di hadapkan dengan Leon yang sangat sulit untuk di tangani.Leon yang kesadarannya mulai terkumpul menyadari bahwa ikatan yang mengikat dirinya telah kendur dan merenggang, tanpa berpikir panjang lagi Leon bergegas melepaskan diri dan menyerang be
"Dasar anak sialan!!" Bentak Dimas yang merupakan adik angkat ayah Leon. Kaki Dimas terangkat tinggi dan bersiap-siap untuk menendang Leon yang tengah tengkurap di lantai. Untungnya aksi itu terhentikan oleh salah satu anak buah pak Arjuna."Tolong jaga sikap anda tuan Dimas, kami tidak akan segan-segan untuk menyakiti anda jika berani bermacam-macam dengan tuan muda.""Kau berani macam-macam denganku hah?!!. Budak rendahan sepertimu berani-beraninya mencari masalah denganku!!." Bentak Dimas sembari mencekam kerah kemeja laki-laki yang baru saja memberinya peringatan.Tak ingin kalah dari Dimas, laki-laki itu menghempaskan tangan Dimas lalu mencengkeram kemeja Dimas dengan kuat sebagai tanda perlawanan."Ingatlah status anda tuan Dimas. Sebelum menjadi bagian dari Ganada, kau juga termasuk dalam golongan budak rendahan seperti kami. Waspadalah, jika salah sedikit lagi, kau pasti akan kembali lagi ketempat asalmu." Ucapnya pelan dengan penuh penekanan. Karna merasa sudah cukup memberi
Pak Arjuna menatap heran iparnya yang baru saja datang dengan penampilan yang berantakan."Kesalahan apa yang kamu maksud sampai-sampai membuatmu jadi seperti ini?" Tanya pak Arjuna pelan sembari memperhatikan sekitarnya.Dokter Asrof yang baru saja datang berusaha mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum berbicara dan menjelaskan tentang hal yang hampir saja membuatnya menjadi gila.“Ada beberapa kesalahan...” Ucap dokter Asrof dengan nafas yang masih terengah-engah. “Karna kondisi Leon yang berbeda dengan kebanyakan manusia pada umumnya, ada beberapa kesalahan titik waktu proses penghapusan ingatannya.” Lanjut dokter ketika kondisinya sudah mulai membaik.Pak Arjuna melirik kearah beberapa tenaga medis yang masih ada di samping Leon. “Ayo kita keluar dulu.”Pak Arjuna dan dokter Asrof berjalan keluar dan menuju ujung lorong yang tak jauh dari ruang rawat Leon, langkah pak Arjuna terhenti ketika telah sampai di ujung lorong, dan dengan penuh kewaspadaan pak Arjuna melihat ke sekelili
“Kan sekarang aku sudah dewasa."Leon hanya tersenyum tipis ketika mendengar Dion yang sedang mendumal. Untuk saat ini orang lain yang mengetahui kelebihannya hanyalah Dion saja, itu pun Leon harus memberikan peringatan tegas kepada Dion agar tidak menceritakan kelebihannya itu ke orang lain.“Leon~” Perhatian Leon teralihkan ketika mendengar suara seseorang yang memanggilnya.Tanpa permisi atau pun meminta izin kepada Leon, wanita bernama Rena yang sudah resmi menjadi pacar Leon dari dua minggu yang lalu itu terlihat berlari dan langsung memeluk tubuh Leon.Tangan Leon mengepal karna kesal dan tak nyaman ketika ada orang lain yang memeluk dirinya, namun karna sampai saat ini Leon belum menemukan sang pujaan hatinya, jadi mau tak mau Leon harus bersabar terlebih dahulu.‘Astaga, wanita dari mana itu? Apa dia tidak tahu kalau orang yang sedang di peluknya itu anggota keluarga Ganada.’‘Kalau menjadi dia, aku pasti akan segera lari sebelum di musnahkan dari dunia ini.’Leon menghela naf
Leon menatap wajah Dion yang sedang menangis sembari memeluk kakinya, sebenarnya Leon sendiri tidak ingin meninggalkan Dion di tengah-tengah para orang tamak yang selalu mementingkan harta dunia, tapi tuntutan pendidikan yang di lakukan oleh pak Arjuna membuat Leon mau tidak mau harus pergi meninggalkan Dion.Setelah beristirahat selama satu bulan, Leon harus kembali ke Amerika untuk melanjutkan pendidikannya yang sempat tertunda, dan hal itulah yang membuat Dion menangis histeris sembari memeluk kaki Leon.“Dion, kakak janji akan kembali secepatnya, jadi selama itu kamu harus bersabar dan tunggulah kakak di rumah, kakak janji tidak akan lama."“Tidak!! Aku mau ikut kakak! Aku tidak mau tinggal bersama mereka, mereka semua orang jahat!! Aku mau ikut kakak saja!!”Tangisan Dion terdengar semakin kencang, orang-orang yang ada di sekitarnya pun di buat kalang kabut dengan tingkah Dion yang tidak mau melepaskan kepergian Leon.“Ayo Dion, pesawat kakakmu akan segera pergi, kakakmu harus per
“Minggir!!”Suasana yang tadinya ricuh karna khawatir dengan kondisi Dion seketika menjadi sangat hening, bahkan Dion yang sendari tadi masih menangis pun tiba-tiba menjadi diam karna takut terkena amarah dari kakaknya. “Brion!”Suara seseorang yang terdengar berteriak berhasil mencuri perhatian banyak orang. Dan salah satunya adalah Leon.Leon menatap seorang laki-laki yang terlihat seumuran dengannya berlari menghampiri anak kecil yang masih meringkuk kedinginan di tepi kolam.“Kamu kenapa hah?! Apa yang baru saja terjadi?!”Laki-laki yang baru saja datang itu memeluk tubuh bocah kecil yang terlihat sedang mengigil kedinginan.Rasa penasaran dan ingin tahu menyelimuti hati Leon, tapi untuk saat ini Leon lebih mementingkan Dion terlebih dahulu dari pada rasa penasarannya.*****Leon menatap tajam laki-laki yang berada di depan Dion. Di sibukkan dengan dunia pendidikannya membuat Leon melupakan bahwa wanita perusak keluarganya itu memiliki tiga orang anak. Dan barulah setelah melihat
Suasana di ruang keluarga menjadi mencekam, setelah mendengar pernyataan Brion beberapa menit yang lalu, pak Arjuna segera menyuruh kepala pelayan untuk mengumpulkan orang-orang yang ada di sekitar kejadian waktu Brion dan Dion tenggelam. Di depan pak Arjuna kini sudah ada tujuh orang yang terlibat dalam kasus yang menimpa Brion dan Dion. Mata pak Arjuna dengan teliti mengamati gerak gerik dan tingkah laku para pekerja di rumahnya. Pak Arjuna melirik Brion dan Dion yang sedang tertunduk lesu dengan badan yang sudah bergetar.“Jawab pertanyaan papah, Brion. Tadi siang kamu bilang apa ke papah?” Brion yang sudah bergetar ketakutan dari tadi berusaha untuk membuka mulutnya dan mengungkapkan yang sebenarnya. “I-itu. A-aku, aku dan Dion bermain sampai terpeleset dan jatuh ke kolam.” Mendapatkan jawaban yang sesuai dengan tadi siang, pak Arjuna kembali menatap orang-orang yang sedang berdiri di depannya. “Apa benar begitu Arya?” Tanya pak Arjuna dengan tatapan mengintimidasi. Pak Arya y