Story Wa Istriku bag 45.
**
PoV Naya."Guten tag." Mas Syahdan memanggil. Kami menunggu di luar rumah sederhana namun berdesain klasik itu. Udara dingin menusuk tulang ku, masih musim gugur namun dinginnya eropa sudah terasa, mungkin akan lebih dingin lagi bila masuk winter. Suamiku membetulkan jaket yang kupakai. Mas Syahdan sekarang berubah jadi suami perhatian dan terkadang genit. Tetapi aku menyukainya. Sudah lama sekali aku ingin dia perhatian padaku.
Kami menunggu diluar beberapa saat kemudian keluar pria paruh baya dengan jaket dan topi. Dia menatap kami dengan kerutan di dahinya. Tubuhku bergetar melihat wajah papaku, sudah lama sekali aku tidak melihatnya. Terakhir kali aku melihatnya saat usiaku tujuh belas tahun. Mama berpisah dengannya saat aku masih remaja. Bahkan, dia tak datang ke pesta pernikahanku. Alasannya dia sakit dan mendoakan yang terbaik buatku.
Aku adalah anak yang tumbuh tanpa Papa saat aku beranjak dewasa. Kasih sayan
Story Wa Istriku bag 46.**PoV Naya.Mama menghubungi melalui panggilan video, aku tersenyum sekaligus memandang Papa."Mau kah Papa berbicara pada Mama?" tanyaku padanya,"Papa malu, karena meninggalkan mamamu, dia pasti marah sama Papa," lirih Papa menarik napas panjang."Mama gak marah lagi karena Mama merasa ini sudah takdir, Mama menunggu, Pa!" ujarku dengan lembut. Dia akhirnya mengangguk. Ku tekan tombol terhubung."Assalamualaikum," ucap Mama di seberang panggilan."Waalaikum salam,""Naya, sudah ketemu sama Papa, nak?""Alhamdulillah, Ma. Sudah,""Bagaimana kabar Papa, nak?""Mama bicara sendiri ya," kataku, kulihat wajah mamaku pias. Aku tahu, dia sampai detik ini masih mencintai Papa, walau dia bilang tidak cinta lagi namun, Mama gak bisa membohongi aku. Alasan Mama tak mau menikah lagi juga cukup klise, Mama takut dikhianati dan sakit hati lagi sehingga Mama memilih sendiri sampai detik in
Story Wa Istriku bag 47.**PoV Naya."Papa!" seruku saat melihat Papa berjalan dengan langkah cepat menghampiriku."Bagaimana Syahdan, Nay?" tanya Papa dengan raut wajah cemas. Aku memeluknya dengan netra yang basah."Sedang di tangani dokter, Pa!" Papa mengelus lenganku memberikan aku kekuatan dengan sentuhannya."Sabar, dear. Kamu banyakin doanya. Semoga Syahdan lekas sembuh,""Dimana Ahmad, Pa?" tanyaku ke Papa sambil mengurai pelukan kami,"Dia di rumah dan aman walau tadi mengamuk minta ikut. Tetapi sebaiknya dia di rumah saja dulu bersama asisten dan perawatnya," ucap Papa."Terima kasih, Pa." Papa mengangguk kan kepalanya, aku mendesah sambil mengelap kasar mataku. Dari tadi yang kulakukan hanya menangis.Cukup lama kami menunggu. Hingga akhirnya dokter keluar. Secara cepat kami mendatangi dokter itu."Wie ist der Zustand meines Kindes, Doktor?"(Bagaimana kondisi anak saya, Dokter?) Papa berbica
Story Wa Istriku bag 48.**POV Author.Naya keluar dari ruang privat Syahdan. Membiarkan sang suami beristirahat agar kondisi nya lekas pulih. Rasa bahagia terasa nyata, apalagi Naya memegang pipinya yang memerah akibat ucapan cinta barusan yang dikatakannya. Memalukan, padahal sudah suami istri namun bila mengucapkan kata itu rasanya agak aneh juga."Naya!" suara itu membuat Naya berpaling melihat siapa yang memanggilnya."Mama, Ummi dan Ana!" seru Naya melihat kedatangan orang tuanya. Mama langsung menghambur memeluk Naya, bergantian Ummi dan Ana."Maafkan kami karena sudah membuat Mama, Ummi dan Ana jadi repot menyusul kesini," ucap Naya, pasti mereka lelah belum lagi akan mengalami jetleg."Tak apa, Nay. Bagaimana kabar Syahdan. Ummi mau berjumpa!" seru Ummi."Mas Syahdan sedang istirahat supaya kondisinya cepat pulih. Operasi di perut berjalan lancar. Kita sama-sama berdoa semoga Mas Syahdan lekas pulih, Mi." ucap Naya pada
Story Wa Istriku bag 49.**"Ana diterima, Mi." kudengar suara Ana yang bahagia. Bahagia kenapa?"Ustaz Fikri menerima Ana!" Lanjutnya."Assalamualaikum," aku bersuara. Suamiku melirikku dengan senyuman."Abi, Nenek ...." Ahmad berlari ke arah Mas Syahdan yang berbaring sementara kedua asisten dan Baby sitter menunggu di luar."Sini, sayang!" kata Mas Syahdan menyuruhku duduk dekat dengannya. Aku duduk di dekatnya."Maaf ikutan nimbrung. Siapa yang menerima Ana," kataku penasaran."Ustaz Fikri, Kak Naya. Alhamdulillah dia bersedia menjadi suami Ana," lanjut adik iparku dengan wajah sumringah berseri. Aku tersenyum sembari memberi ucapan selamat."Alhamdulillah, Ana. Selamat semoga acara lancar dan disegerakan pernikahannya," ucapku, walau aku tahu Ana baru saja lulus, mungkin tak ada niat melanjutkan pendidikannya."Terima kasih, Kak Naya.""Hmm .... Ana sudah mantap, K
Story Wa Istriku bag 50.**PoV Syahdan."Nay, kita diundang di acara pernikahan boy dan Vika. Kita datang ya?" Ucapku pada Naya, dia hanya tersenyum samar."Aku malas, Mas.""Kenapa? Aku tak bisa datang sendiri dan aku mau datang bersama kamu," ucapku dengan lembut ke istriku seperti sebuah permohonan."Nanti dia melihatku tak senang. Dia itu masih menginginkanmu!""Tidak mungkin. Lihatlah bocah suaminya itu. Sangat mencintai Vika dan orang tuanya juga memaksa menikahkan mereka.""Kenapa kita harus datang kesana!" ucapnya ketus. Aku hanya tersenyum melihat wajah cemberutnya."Kita kan diundang, Nay. Jadi sebaiknya lita datang. Kita tunjukkan juga sama Vika kalau kita itu pasangan yang harmonis,""Ya sudah baiklah. Aku ikut!" ujarnya mengalah."Terima kasih, sayang." ucapku. Naya mengulas senyum. Lama kami saling menatap. Tiba-tiba aura saling menginginkan berubah. Ku dekatkan wajahku ke Naya dan dia sepertinya
PoV Syahdan**[Dia pernah berzina namun ku maafkan, bila diulangi lagi sanggupkah aku bertahan]Mataku membola membaca Story aplikasi hijau dari istriku. Darahku berdesir hebat. Apa maksudnya, bukankah dia berjanji tidak akan mengungkit masalah ini. Pernah aku mengkhianatinya setahun yang lalu tetapi aku berjanji tak akan mengulangi. Namun, mengapa story di Wa nya bertuliskan kata-kata itu.Aku bergegas pulang, di rumah akan kusuruh Naya hapus story ini. Sampai aku di rumah namun tak kutemukan di mana istriku. Di mana dia?"Bik, di mana Naya?" tanyaku pada pembantu."Gak tahu, Pak. Pagi-pagi sudah pergi," katanya dengan hormat."Kemana?" tanyaku dengan raut kesal dan si Bibi sepertinya tahu aku kesal."Katanya mau ketempat teman, Pak," jawab Bik Nah, ku hembuskan napas g
"Mari akhiri ini, Mas!" katanya memandangku dengan kaca mata hitam yang dipakainya."Apa maksudmu, akhiri?!"Aku mencebik padanya. Pasalnya kondisi Abi juga sedang sakit jika ditambah permasalahan ku maka aku takut kesehatannya akan bertambah buruk."Kamu bodoh atau apa, Mas. Akhiri artinya kita berpisah," ucap Naya dengan wajah datarnya."Tutup mulutmu dan hapus story mu. Apa kamu gak malu jadi bahan pembicaraan orang, Naya. Harusnya kamu nutupi perbuatan ku, sebagai istri seharusnya kamu mendukungku!" ucapku lagi dengan suara meninggi merasa marah dengan sikap dingin Naya."Nutupi kata kamu, selama ini apa kurang ku, apa? Kamu lebih senang nongkrong sama teman-teman kamu. Bahkan kamu udah punya pacar baru. Kamu kira aku bodoh. Apa harus aku tutupi terus kesalahan kamu dan kita berpura-pura jadi keluarga bahagia?Aku harus ngikuti s
PoV Syahdan**Sepasang netra Ummi memandang tajam kami berdua yang sedang bertikai. Lebih tepatnya kami saling mempertahankan pendapat masing-masing. Di mana istriku Naya kekeuh minta berpisah sementara aku ingin bertahan.Harusnya Naya paham, mengapa aku bertahan? Aku bertahan untuk sebuah kehormatan. Kehormatan Abi dan Ummi serta masyarakat yang percaya pada kami dimana anak-anak mereka dititipkan disini untuk menimba ilmu.Jiwa muda ini memang sulit dibendung, aku yang dipaksa dewasa dan tidak ada yang memahami diriku. Aku kehilangan masa mudaku, aku kehilangan itu.Aku dituntut dewasa dan mereka semua tak ada yang paham termasuk Naya. Hanya Vika yang mau mendengar keluh kesah ku. Dia tak banyak menuntut ku ini dan itu. Aku menikmati bersamanya hanya untuk bersenang-senang saja.Ummi mendekat membuat degup jantungku semakin berul