"Erik!" teriak Savana sambil menoleh kearah laki - laki yang menariknya itu.
"Hai," sapa Erik dengan wajah tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"Kamu mau ngapain!" seru Savana dengan wajah kecutnya.
"Aku mau ketemu kamu lah," sahut Erik dengan senyuman manis yang menghiasi wajahnya.
Savana merasa sangat kesal dengan mantan kekasihnya tersebut, ia merasa terganggu dengan kehadiran Erik yang selalu mengikuti setiap langkahnya. Ia juga takut Aksa berpikiran buruk mengenai hubungannya dengan Erik, Savana tidak ingin jika Aksa berpikiran yang tidak - tidak.
Ia takut kehadiran Erik yang terus mengganggu dirinya menjadi percikan api dalam rumah tangganya bersama dengan Aksa. "Erik aku udah bilang jangan pernah ikutin dan urusin hidup aku lagi!" teriak Savana dengan muka memerah.
Savana mengerutkan keningnya. "Aku udah nikah sama Mas Aksa! Dan aku enggak mau kamu menjadi peganggu dan perusak rumah
Malam ini Savana sedang membuatkan kopi untuk Aksa, kebetulan hari ini suaminya harus lembur diruang kerja miliknya yang ada di rumahnya. Kopi buatan Savana memang sangat enak tidak terlalu manis dan juga tidak hambar bisa dibilang pas. Kepandaian Savana dalam memasak dan membuat kopi atau Teh hangat itu memang karena Savana telah terbiasa melakukannya sejak ia masih remaja.Ia selalu membuatkan kopi atau teh hangat untuk Papah Rangga, Savana juga sering membatu asisten rumah tangga di rumahnya saat ia belum menikah dengan Aksa sehingga Savana memang sudah terbiasa bahkan sudah ahli dengan hal itu.Setalah selesai membuatkan kopi untuk suaminya itu Savana segera melangkahkan kakinya untuk menuju keruangan kerja suaminya, saat ia masuk kedalam ruangan itu suaminya sedang berkutat dengan laptopnya malam ini ditemani dengan satu kaktus meja dan aquarium kecil dengan banyak ikan - ikan hias kecil yang sangat cantik dan menggemaskan. 
Dua Bulan Kemudian ....KandunganMaura semakin membesar ia tidak tahu lagi harus bagaimana dan harus bercerita kepada siapa. Ia selalu ketar - ketir ketika mengelus perutnya apalagi saat ia teringat kembali dengan malam yang penuh kebodohan itu. Hatinya begitu sakit karena Erik malah terus mengejar Savana daripada memikirkan dan mengurusnya yang tengah hamil.Maura terus menangis terisak disudut kamarnya ia begitu menyesali perbuatannya bersama Erik, sekarang ia harus menanggung semua beban yang dipikulnya sendiri, ia harus rela tidak masuk kerja minggu - minggu ini karena perutnya yang selau saja mual dan kepalanya yang terus terasa pusing.Maura sendiri takut banyak orang yang mengetahui tentang kehamilannya, ia tidak ingin banyak orang mengetahui jika dirinya hamil diluar nikah, ia belum siap menerima bullyan dari setiap orang, Maura terus menangis terisak sambil memegang perutnya
Maura terus menangis di atas tempat tidurnya setelah Mama Maia dan Papah Rangga pergi meninggalkan dirinya di kamar. Maura terus menggerutu, ia begitu iri dengan kehidupan Savana yang sepertinya sangat sempurna dan merupakan kehidupan yang diimpikannya.Maura terus merasa sedih karena merasa dirinya terpojokkan atas semua ini, apalagi ia harus pusing memikirkan Erik yang tidak mau bertanggung jawab atas kehamilan yang dialaminya, padahal Maura sangat yakin jika bayi yang ada didalam perutnya itu adalah hasil dari hubungan gelapnya bersama Erik, dikala itu.Maura juga terus meremas kedua tangannya sambil menitikkan air matanya, ia terus mendengus dan menatap kosong, ia masih tidak rela Aksa, laki - laki yang sangat ia cintai menikah dengan Kakaknya sendiri, Savana.Hati Maura semakin panas saat ia mendengarkan percakapan Papah Rangga dengan Mama Maia tadi yang membicarakan soal Savana yang sudah menjabat sebagai direktur
"Mama," ucap Savana.Pukul 05.30 Savana baru saja keluar dari kamar mandi, namun Mama Devi sudah terlihat berkutat di dapur sedang membantu asisten rumah tangganya memasak untuk sarapan pagi."Kenapa sudah bangun? Sekarang kamu dan Aksa enggak akan kemana - mana kan? Tidur lagi aja," perintah Mama Devi sambil tersenyum manis menatap wajah Savana.Mendengar ucapan Mama Devi. "Aku bantu ya Mah," ucap Savana sambil tersenyum manis mendekati Mama Devi di dapur."Tidur aja lagi sayang, nanti saatnya makan Mama bangunin," ucap Mama Devi dengan raut wajah tersenyum manis menatap menantu kesayangannya.Savana merasa tidak enak, ia segera mengambil alih sayur yang sedang dipotong oleh Mama Devi.Tinggal di rumah mertua membuat Savana lebih berhati - hati dalam melakukan sesuatu bagaimanapun ia tidak ingin membuat orang tua Aksa menyesal memberikan izin kepada putranya untuk m
Sementara itu sekarang Maura sudah mulai bangkit kembali dari keterpurukan yang dialaminya. Ia sudah mulai mau bekerja kembali. Instagram miliknya yang tadinya sudah seperti akun mati kini kembali aktif lagi. Semua penggemarnya sudah banyak yang menunggu konten - konten yang ia upload di Instagram.Sekarang Maura sedang menyetir mobilnya menuju ketempat pemotretan, banyak brand yang mengajak bekerja sama dengan dirinya, mengingat kepopuleran Maura di Instagram.Namun saat ini Maura menghindari memakai baju ketat yang memperlihatkan perutnya, ia tidak ingin ada orang yang mengetahui kehamilannya kecuali Erik.Ia juga sudah mulai bersemangat bekerja. "Gue harus bisa kuat, gue harus menjadi Maura yang dulu kembali! Maura yang berani!" gumam Maura sambil mengemudi mobilnya.Maura juga berjanji ia akan terus berusaha membuat Erik mau menuruti permintaannya, ia mau agar Erik mau bertanggung jawab atas kehamilannya. "Gue a
Hari ini Savana dan Aksa sedang mengobrol hangat sambil makan malam di rumah mewah yang mereka tempati. "Besok aku ada kerjaan keluar kota dan sepertinya harus menginap disana sekitar tiga harian," ucap Aksa sambil menatap istrinya yang sedang memasukan makanan kedalam mulutnya.Savana langsung menatap kearah wajah suaminya. "Yaudah kamu tinggal berangkat aja, hati - hati aja," sahut Savana sambil terus melanjutkan makannya.Aksa tampak mengerutkan keningnya. "Aku enggak tega kalau harus ninggalin kamu sendirian di rumah ini," ucap Aksa sambil menatap haru wajah suaminya."Hmmm, Mas cuma tiga hari kan? Aku berani kok," sahut Savana sambil tersenyum kearah suaminya."Sementara kamu tinggal sama Papah - Mama aja gimana?" tanya Aksa yang mengkhawatirkan sang istri.Savana terlihat berhenti menyantap makanannya. "Aku kan masih canggung sama Mama Devi," batin Savana dalam hatinya.
Hari ini Savana mengantarkan Aksa ke depan rumahnya untuk membantu Aksa memasukkan kopernya kedalam mobil, pelukan dan ciuman dari bibir Aksa mendarat di pipi cantik Savana. "Jaga diri baik - baik ya sayang, aku pergi dulu," ucap Aksa sambil memeluk istrinya.Savana pun mengangguk sambil mencoba melepaskan pelukan dari suaminya, ia tersenyum manis dan menatap wajah suaminya. "Hati - hati ya Mas," ucap Savana.Aksa menganggukkan kepalanya sambil tersenyum lalu masuk kedalam mobilnya.Setalah Aksa pergi Savana menghela nafasnya lalu masuk kembali kedalam rumahnya, ia juga bersiap - siap untuk pergi ke kantor hari ini, namun tiba - tiba handphone miliknya bergetar. Savana terkejut ketika melihat nama orang yang menelpon dirinya, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya."Maura?" batin Savana."Mau ngapain dia nelpon aku?" tanya Savana sambil mengerutkan keningnya.Akhirn
Saat sudah sampai ditempat yang ia tuju, awalnya Savana kebingungan mencari adiknya, Maura. Namun akhirnya ia berpapasan dengan Maura saat akan masuk ke kafe tempat mereka janjian.Savana dan Maura pun duduk ditempat yang ada di kafe tersebut. "Kak ada yang mau gue omongin sama Lo," ucap Maura tanpa basa - basi lagi.Savana memperhatikan gestur tubuh Maura yang sepertinya terpaksa menemuinya. "Apa?" tanya Savana sambil menatap kearah adiknya."Sebelumnya gue mau ucapin selamat dulu sama Lo karena sekarang Lo udah naik jabatan di kantor Lo," ucap Maura sambil menatap wajah Savana padahal didalam hatinya Maura begitu iri dengan Savana karena kariernya terus menanjak."Iya makasih Maura," ucap Savana sambil tersenyum kearah adiknya."Lo masih suka komunikasi sama si Erik Kak?" tanya Maura."Enggak, aku ketemu Erik itu terakhir pas aku nikah sama Mas Aksa, mungkin sekitar tiga bulan yang lalu," ucap Savana sambil menatap wajah sang adik.