Setelah Renggin Ang menyadari bahwa adiknya diculik oleh seseorang, dia segera mengabarkannya kepada Bersa Lin. Namun, ternyata Bersa Lin juga menghilang."Di mana Ayah?!" teriak Li Lin kepada para pengawalnya. Akan tetapi para pengawalnya diam seribu bahasa."Ke mana Paman Lin?" tanya Renggin Ang menghampiri Li Lin."Entahlah ... beliau menghilang sejak tadi malam. Aku tidur terlalu pulas."Kemudian Li Lin tampak mencari sosok gadis kecil yang selalu bersama Renggin Ang."Di mana Ampy Ang? Jangan-jangan ...""Benar, adikku juga menghilang," sahut Renggin Ang. "Seseorang telah menggunakan teknik angin penyejuk untuk membuat tidur kita terlelap pulas.""Tapi, ayahku tidak mungkin dengan mudah terpengaruh oleh teknik itu."Braaak!Tiba-tiba seseorang mendobrak pintu gerbang kediaman. Tampak seorang pria paruh baya yang dicari-cari Li Lin sendari tadi."Ayah ...!""Beberapa pengawal, ikut aku ke Kediaman Ling, sekarang!" seru Bersa Lin dengan raut wajah cemas."Ayah, apa yang terjadi?" ta
Zeng ... zeng ... zeng.Suara monster lalat berdengung memekikan telinga Ampy Ang. Titik lemahnya berada di kedua matanya.Monster lalat itu terbang mengelilingi Ampy Ang dengan mengeluarkan serangan seribu bakteri.Cuap ... cuap ... cuap.Kerumunan bakteri bersatu menyerang Ampy Ang."Tembakan telunjuk halilintar!" Gadis kecil itu berlari dan berguling di tanah sembari menghabisi serbuan gerombolan bakteri.Pyu ... pyu ... bzzzzt ....Setiap tembakan, mengeluarkan sengatan halilintar yang bisa menghabisi seratus bakteri. Sayangnya ribuan bakteri terus bertambah tanpa henti membuat Ampy Ang kesulitan.Di saat genting, tiba-tiba Ampy Ang merasakan kehadiran segerombol orang. Mereka berjumlah sekitar lima orang dengan membawa satu tawanan anak perempuan di dalam sangkar besi. Ternyata mereka adalah para bandit yang sedang menjajah mencari mangsa.Tanpa pikir panjang, Ampy Ang berlari melewati segerombol orang itu, lalu bersembunyi di bawah tumpukan daun pisang yang sudah mengering."Hos
"Lihatlah! Dia terlihat sangat frustasi," tunjuk salah satu anggota Keluarga Ang ke arah Renggin Ang. "Orangtuanya meninggal dan sekarang adiknya menghilang. Mati adalah keputusan yang tepat untuk seorang sampah daripada menjadi beban hidup orang lain. Hahaha.""Hahaha." Renggin Ang mengikuti tawa mereka. "Kalian lihat saja nanti. Aku akan membuat kalian takjub," gumamnya tersenyum bangga."Ckck. Tampaknya anak itu menjadi gila sejak kehilangan adiknya," celoteh Sembar Ang."Kak Renggin, turunlah! Kau tidak boleh mati!" teriak Beru Ang. "Jika suatu saat nanti Ampy Ang kembali, dia akan mengutukmu.Renggin Ang menghampiri Beru Ang dengan melempar tubuhnya dari atap."Wah, gila! Dia benar-benar melompat," ucap Sembar Ang menyaksikannya dengan seksama."Tidaaak! Kak Renggin!" Beru Ang hampir menangis."Perisai peang penjol cangkang keong!"Muncul lapisan berbentuk lonjong seperti cangkang keong menahan benturan dan membuat Renggin Ang mendarat ke tanah dengan mulus.Anak itu mendekati Ber
"Kau harus melakukan serangan balik sebelum batu itu jatuh menghantammu, Renggin Ang. Perisaimu melemah karena adanya formasi pilar batu yang dibuat oleh Bara Ang," terang Meriy Ang tiba-tiba muncul.Renggin Ang teringat dengan adik mungilnya yang pandai membuat taktik. Namun, mulai sekarang dia harus membiasakan diri untuk mengandalkan dirinya sendiri."Fiuuuuuuh!" Hembusan napasnya mengalir panjang. "Pedang angin!" Renggin Ang mengumpulkan energi angin dengan kekuatan spiritualnya. Sebuah pedang angin yang besar berada di atas kepalanya, sebesar batu asteroid yang dihantamkan ke arahnya.PRAAAANK!Perisai milik Renggin Ang hancur."Teknik angin bergoyang! Tebasan pedang angin!"Renggin Ang melenggak lenggokkan tangannya mengontrol sang pedangan angin dengan teknik angin bergoyang."Heaaaaat!"Syuuut ... syut ... syuut.Anak itu melompat, lalu menebas hantaman batu asteroid hingga hancur berkeping-keping. "Apa!" Bara Ang terkejut.Renggin Ang yang masih dalam posisi melayang, mengel
Renggin Ang berlari menghampiri Bara Ang. "Kakak tertua, apa kau baik-baik saja?" Dia membantunya bangun dan memapahnya.Wajah Bara Ang tampak murka. Matanya melotot, bibirnya mengantup, sembari mengepalkan tangan, dia berbalik mendekati pemuda yang memukulnya. Kemudian Bara Ang langsung melesatkan kepalan tangan ke wajah pemuda itu.Namun, pukulan Bara Ang dapat ditangkis dengan mudah. Lalu, pemuda itu memukul mundur Bara Ang dengan auman harimau.ROAR!Bugh!Hempasan yang begitu kuat membuat sebagian organ dalam Bara Ang terluka hingga memuntahkan darah. Renggin Ang melompat untuk menangkapnya agar Bara Ang tidak terbentur."Sial! Ternyata dia sudah mencapai tingkat pembentukan roh hewan spiritual, pantas begitu angkuh," decak Bara Ang memegang dadanya."Pembentukan roh hewan spiritual?" gumam Renggin Ang sembari berpikir. Kemudian dia menoleh menatap pemuda angkuh itu."Aku ingin mencoba melawan mereka," ucap Renggin Ang kepada Bara Ang."Hah? Sudahlah, jangan cari masalah lagi. Kit
"Aura ini ... aku mengenalinya." Roh Meriy Ang keluar dari buku kuno untuk mencari aura yang dia kenali. Betapa terkejut dirinya menjumpai sosok kakek tua yang dulu pernah menjadi saksi atas pernikahannya dengan Seta Hun. "Anda ... Pa-paman Berta Hun!"Tetua Mo menjawab dengan satu kedipan mata. "Dia ... bukankah roh istri Seta Hun? Mungkinkah ..." Kakek tua itu melirik anak kecil di hadapannya."Dia anak sulungku," ungkap Meriy Ang memperkenalkan Renggin Ang.Renggin Ang tampak bingung. "Tetua Mo bisa melihat ibu?""Hahahaha." Tiba-tiba Tetua Mo tertawa terbahak-bahak. Suasana yang tegang, menjadi aneh dengan tawanya."Apakah Tetua Mo menjadi gila?" bisik tetua pertama kepada tetua kedua.Tetua kedua memjawab dengan meninggikan kedua bahu yang berarti tidak peduli."Gun Ting, catat anak ini sebagai anak didik kita," ucap Tetua Mo kepada salah satu guru pelatihan yang dibimbingnya."Siap, Tetua."Setelah pemilihan murid baru selesai, Tetua Mo mendapat delapan anak didik baru. Dia memba
Di halaman Kediaman Tetua Kelima, Renggin Ang bersama tiga temannya berlatih hingga sore hari."Kalian harus fokus pada penyempurnaan pembentukan roh hewan spiritual jika ingin mengendalikannya!" bentak An Ting kepada anak didiknya. "Ingat! Roh hewan spiritual yang tidak sempurna, tidak akan bisa dikendalikan! Paham?""Paham, Guru!" jawab Renggin dan ketiga temannya."Ehem. Mulai sekarang, panggil saja Senior An Ting.""Baik, Senior.""Bagus!" ucap An Ting puas. "Aku mau ke perpustakaan untuk meminjam sebuah buku. Kalian, berlatihlah!" Wanita itu meninggalkan mereka.An Ting sendiri memiliki roh hewan spiritual nyamuk, sedangkan Gunting adalah seekor semut. An Ting dan Gun Ting adalah guru pelatihan terburuk di akademi. Bertahun-tahun, hanya mereka yang sanggup bertahan di bawah naungan Tetua Mo.Dahulu, anak-anak lain yang menjadi murid Tetua Mo, lebih memilih kembali ke kediaman mereka masing-masing daripada terus mendapat tindasan di akademi tanpa ada rasa belas kasih dari Tetua Mo.
Pada pagi hari, Tetua Mo secara khusus datang untuk melihat para murid-muridnya berlatih. Kakek tua itu menggabungkan anak didik Gun Ting dan An Ting menjadi satu kelompok."Di mana Bocah itu?" tanya Tetua Mo mencari-cari seseorang."Apakah yang Anda maksud adalah Renggin Ang, Tetua," ucap An Ting balik bertanya."Iya, di mana dia?"An Ting menoleh ke arah Go Yang. "Hey, Adik Yang, bukankah kau sekamar dengan Renggin Ang? Di mana dia?""Emm ... anu, Renggin Ang ... dia ..." Go Yang sedikit takut, kejujurannya akan membawa Renggin Ang dalam bahaya. Namun, dia hanya bisa pasrah dan berharap Renggin Ang baik-baik saja. "Dia masih tertidur pulas, bahkan hingga saat ini. Aku sudah membangunkannya, tapi dia tak kunjung bangun juga.""Heh, anak itu cukup bernyali rupanya. Padahal, aku sengaja datang ke sini untuk mengujinya," ucap Tetua Mo dengan wajah merah padam. "Gun Ting, ikut aku ke kamarnya!""Siap, Tetua!" Gun Ting berjalan mengekor Tetua Mo.Sementara itu, Renggin Ang yang terlihat ti