KETIKA DIBERI TAHU BAHWA pembahasan kerja sama hanya perlu dilakukan bersama Direktur Sakita alih-alih Presdir Hasegawa, Airi merasa sangat lega. Kelegaan itu hanya bertahan sesaat sampai pertemuan mereka selesai. Rasa terkejut, bingung, dan khawatir kembali menyergapnya begitu dia mendapati Kei datang ke kantor Sakita guna meminta izin untuk meminjam pimpinan Hiraishin Picture selama beberapa saat.
Kei, dengan begitu kasual, mengangguk kepada dua kolega Airi. Dia seolah menunjukkan sopan santunnya sebelum mengutarakan tujuannya kemari.
Dengan jabatan Kei yang jauh lebih tinggi, anak buah Airi tentu saja segan untuk menolak atau bertanya. Mereka berjabat tangan dengan Sakita dan Kei, kemudian berpamitan pergi. Sebelum benar-benar beranjak, Airi mendapati tatapan Okumura, senior sekaligus Kepala Bagian Produksi yang paling sinis padanya. Dia tampak curiga dan sedikit mengecam. Airi membalas dengan mengingatkan tentang rapat sore nanti.
Selepas kepergi
SENYUM PALSU DI bibir Airi terlihat sangat mengganggu. Akan lebih baik jika dia melenyapkannya melalui sebuah ciuman dalam. Dan dia akan langsung menghilang dari hadapanmu, batin Kei menimpali. Masih mengunci pandangan mereka, Kei mencoba mengikuti permainan Airi. Makan siang ini memang tidak tercatat sebagai jadwal hariannya. Dia mengajak Airi makan siang semata-mata karena mereka tak bisa bertemu di kantor untuk membahas masalah kerja. Sehari yang lalu, ayahnya telah mendengar kabar tentang perempuan ini. Dia telah mengetahui profil diri Airi dan latar belakangnya, termasuk statusnya yang merupakan alumnus Kogakuen High School, sekolah yang dulu juga dihadiri oleh Kei. Daiki Hasegawa cukup memperhatikan masa sekolah anaknya. Akan sangat normal jika dia tahu sesuatu tentang Airi, seorang gadis yang dulu dikabarkan dekat dengan sang putra bungsu, gadis yang berpotensi untuk merusak kehidupan sang anak. Mendapatkan kabar yang
SEJAK MEMUTUSKAN UNTUK memperlihatkan kedekatannya dengan Airi secara terang-terangan, Kei sudah memprediksi reaksi dari sang ibu tiri. Mau bagaimanapun juga, ayah dan ibunya berada di posisi yang sama. Mereka selalu berusaha untuk mengatur hidup Kei demi kepentingan keluarga. Salah satunya dengan cara memasangkan Kei dengan putri tunggal keluarga Huang, keluarga konglomerat asal China yang dinilai akan sangat membantu mereka dalam urusan bisnis. Oleh karenanya, tidaklah mengejutkan jika Kei langsung disuruh menemui gadis itu setelah berita tentangnya dan Airi mulai beredar di kalangan mereka. Baru sekitar dua jam sejak dia terlihat berjalan berdua dengan Airi. Akan tetapi, dalam rentang waktu yang amat singkat itu, dia telah mendapati foto mereka berdua dalam berbagai versi. Mulai dari mereka yang berjalan bersisian di lobi kantor, hingga mereka yang sedang menikmati makan siang bersama. Kei memang bukan artis yang dikenal oleh tiap lapisan masyarakat. Namun, di kal
AIRI CUKUP TERKEJUT ketika Hiroki menanyakan hubungannya dengan Kei. Sore tadi, setelah Hiroki menghubunginya melalui telepon, Airi langsung mempersilakannya datang ke apartemen agar mereka bisa sekalian makan malam. Pada awalnya, Hiroki sedikit ragu karena dia takut jika Kazuki keberatan atas kehadirannya. Selama hampir satu bulan ini, dia memang selalu menjaga kontak dengan Airi. Akan tetapi, kedekatan itu tak serta-merta membuatnya ikut dekat dengan Kazuki. Hiroki tak ingin terburu-buru dan membuat putra dari perempuan yang dikasihinya menjadi tidak nyaman. Keraguan Hiroki lenyap setelah Airi meyakinkan bahwa Kazuki takkan keberatan. Fakta yang terjadi memang demikian. Kazuki sama sekali tidak protes ataupun memberi respons negatif ketika mendapati Hiroki bergabung bersama dia dan Airi. Meskipun begitu, Hiroki juga tak bisa menyebut Kazuki antusias. Anak remaja dua belas tahun itu memang bersikap sopan, tapi selain itu tak ada indikasi lain yang memperlihatkan seo
MELIHAT JIA YANG tetap tenang setelah kembali mendengar berita miring tentangnya dan perempuan lain tentu saja menyerukan kata janggal. Mengenal Jia sejak berada di London, Kei cukup tahu kebiasaan buruk perempuan itu, salah satunya tentang sikap kekanakan yang tak dapat dikompromikan—bahkan untuk orang sepertinya yang cenderung tak peduli pada emosi orang lain. Mendapati Jia yang membukakan pintu dengan senyum lebar, tanpa menanyakan apa pun, sangatlah tidak biasa. “Kau datang tepat waktu!” seru Jia dengan riang. Tanpa sedikit pun rasa segan, Jia memeluk lengan atletis sang lelaki, menariknya masuk ke dalam apartemen. “Aku sudah menyiapkan makan malam!” Jia yang tak pernah ragu untuk berkontak fisik dengannya sangatlah mengganggu. Kei tak pernah suka jika orang lain—tanpa izin— melanggar jarak pribadinya. Perempuan yang lebih muda empat tahun darinya ini tampak tak mengetahui aturan tak tertulis itu. “Jia Huang,” tegur Kei, seketika menghentikan langkah kaki
JIKA DITANYA SIAPA orang yang paling ingin dia hindari, maka Kei akan menjawab dengan menyebutkan nama seorang berandal bercat rambut kemerahan, Felix Kusaka. Dentuman musik elektronik menyerang indra pendengar Kei begitu dia melangkah masuk ke sebuah kelab malam bernama Estella. Dia mengamati lautan orang yang tersiram oleh cahaya lampu disko. Tiga orang DJ berada di sebuah panggung tinggi, tengah memutar dan memainkan dentuman musik yang dinikmati oleh lautan orang pada dance floor. Pada sisi kanan dan kiri ruang itu terdapat konter dan stool yang dijaga oleh para bartender. Sofa-sofa santai, yang diduduki oleh para pengunjung lelaki dengan b
SAMBUNGAN TELEPON ITU tak berlangsung lama, tapi cukup membuat membuat Airi bertanya-tanya sampai kantuk menerpa.“Kau, apakah ada yang mengganggumu?” tanya Kei malam itu.Pertanyaannya kontan langsung membuat Airi mengernyit. Dengan bingung, dia menjawab, “Tidak ….” Sekian detik berikutnya dia terpikir sesuatu. “Kecuali jika mendapatkan telepon dari seseorang tepat ketika aku mau ditidur bisa disebut sebagai gangguan,” tambah Airi dengan sarkastis.Terdapat sedikit jeda dari seberang sana. Airi hendak menyela, tetapi didahului oleh ucapan Kei yang menyatakan, “Kau baik-baik saja,” seolah dia baru saja menyimpulkan sesuatu.Rasa penasaran Airi pun semakin besar. Dia sama sekali tidak puas ketika mendengar jawaban lelaki itu.“Para wartawan majalah biasanya suka mengejar-ngejar orang yang kelihatan dekat denganku.”Dari nada bicaranya, Kei memang tak
KABAR PROMOSI JABATAN Hiroki sebagai Presdir Hisaya Inc. disambut dengan senyum lebar oleh Airi. Dia ikut senang dan langsung bersedia ketika ditawari untuk menghadiri pesta keberhasilan itu.Sekitar tiga hari lalu, Hiroki sempat memberi tahu hasil rapat dewan komisaris di perusahaannya. Dewan Komisaris, yang terdiri atas perwakilan para pemegang saham, baru saja mengadakan evaluasi awal tahun. Pada rapat itu, mereka menyoroti kinerja presdir lama mereka, Shou Hisaya, yang terlibat skandal setelah ketahuan menjalin hubungan khusus dengan sekretarisnya sendiri. Perbuatan yang demikian dinilai telah melanggar peraturan tertulis yang melarang adanya hubungan asmara antar kolega kerja dalam perusahaan tersebut.Airi sedikit kasihan pada kakak sepupu Hiroki, tapi peraturan tetaplah peraturan dan dia tak bisa berkomentar negatif ketika dirinya ikut senang atas promosi kerja yang didapatkan Hiroki.Mengerling pada kertas undangan yang tergeletak di atas nakas, Airi ter
KETIKA MELIHAT SOROT gelap itu, Airi sempat terpikir tentang dia yang tak seharusnya mengajak Kei bicara. Mengenal sosok Kei yang baru, membuat Airi sadar betapa mudahnya pria ini mengendalikan orang lain dalam genggamannya. Pemikiran tersebut terdengar menyeramkan. Dia tak tahu intensi asli dari lelaki ini. Dia tak tahu jika Kei memang sengaja bertingkah demikian agar dapat berbicara dengan Airi.Saat Airi mengajaknya kemari, artinya dia sudah berhasil memerangkapnya.Mengerjap pelan, Airi mengalihkan pandangan. Dia segera menimpali ucapannya sendiri sebelum Kei sempat menjawab.“Lupakan saja. Kurasa aku tak perlu tahu. Semua itu tak masalah buatku.”Dia kemudian berbalik, hendak beranjak pergi.Kei tak berusaha untuk mencegahnya. Dia hanya membalas, “Aku ingin dia menyadari posisinya.” Di hadapan Kei, Airi menghentikan langkah. “Dia tak pantas bersanding denganmu.”Kalimat itu cukup unt