Share

Pulang kampung yang terlalu cepat

Kriet!

Pintu setengah reyot itu telah terbuka tanpa kunci yang menghalangi.

Anea masuk melalui lubang perseginya dengan langkah lesu terseok.

Hening.

Mungkin ibunya belum pulang dari sawah. Kedua adiknya mungkin ikut membantu. Maklum, sejak Jan jarang memberi nafkah, kini pengeluaran di rumah kecil ini semakin membengkak. Hal itu membuat ibunya pontang-panting mengerjakan sawah sendiri karena jika harus membayar orang untuk bekerja, ia merasa sayang uangnya. Lebih baik mereka gunakan untuk kebutuhan Albian. Alhasil kedua adiknya juga ikut membantu karena kasihan dengan ibu mereka, meskipun mereka masih sekolah.

Anea mencoba menghela napas. Menetralkan rasa gugupnya yang membayangi.

"Kuatkan mama ya, sayang.." Anea mengelus kepala Albian yang sedang berceloteh.

Satu tangannya meletakan koper di pojokan, menurunkan sang anak dari gendongan, kemudian mendaratkan bobot tubuh pada kursi kayu berwarna coklat yang selalu menemani keluarga kecil ini bercengkerama.

Albian merangkak kesana-kema
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status