Demi biaya pengobatan sang ayah yang sedang sakit, Reina dituntut untuk bekerja keras setiap hari oleh ibu tirinya. Namun nasib malang menimpanya. Ia dijebak sang sahabat hingga melakukan malam panas bersama seorang pria tak dikenal. Siapa sangka lelaki itu adalah Regan Aditya Admaja. Seorang CEO di tempat Reina sedang bekerja. Berbagai cara Reina lakukan agar dapat menghindar darinya, namun Regan justru menjadikannya sebagai sekretaris pribadi. Bahkan lelaki itu juga menawarkan sebuah pernikahan kepadanya. Akankah Reina menerima tawaran itu? Apa tujuan Regan menjadikan Reina sebagai istrinya? Follow IG author yuk @richmama23_ :)
Lihat lebih banyakMalam telah berganti pagi. Reina langsung memberikan sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab oleh Regan. “Semalam Pak Regan ke mana saja?” tanya Reina penuh selidik. Kedua matanya memperhatikan sang suami dari atas sampai bawah. Menyelidiki apakah ada bekas lipstik wanita lain di bajunya. “Em, itu ... aku tidak bisa tidur, Sayang. Karena Tiger ngambek.” “Lalu?” Reina masih tidak percaya. “Aku berkeliling hingga kelelahan. Dan berakhir tertidur di apartemenku. Apakah kamu tidak percaya? Hem?” Regan mencolek hidung sang istri. Entah mengapa perasaan Reina jadi tak enak. Ia memiliki prasangka buruk terhadap suaminya. “Baiklah, Reina percaya. Sebaiknya sejarah Pak Regan segera mandi. Kita siap-siap untuk melakukan perjalanan ke luar kota.” Regan menepuk keningnya. “Astaga! Aku hampir lupa, Sayang. Maaf, ya?” ucapnya manja. Namun hal itu membuat Reina merasa kesal. Ia merasa Regan telah berbeda. “Pak Regan tidak perlu meminta maaf. Reina tunggu di ruang makan.” “Reina, tunggu, S
“Kamu pintar ya, meluluhkan hati Oma. Baiklah Oma mau makan sekarang.” “Nah gitu dong, Oma. Reina 'kan jadi semangat.” Keduanya tersenyum. Oma Regina menepuk pelan pundak Reina. Ia senang diperhatikan seperti itu. Tidak seperti Justin ataupun Claudia yang selalu mengabaikannya. Di dekat pintu Regan menyaksikan pemandangan yang menarik tersebut. Ia ikut terharu atas jerih payah sang istri meluluhkan hati omanya. “Tidak salah aku memilih Reina sebagai istriku. Dia terlihat tulus merawat dam menyayangi Oma. Bagaimana Oma bisa sesayang itu kepada Reina? Apakah ada alasan lain?” Regan terdiam memikirkan rasa penasarannya terhadap sikap Oma. “Lebih baik aku kembali ke kamar. Menanti istriku di sana.” Regan tidak jadi masuk ke kamar Oma Regina. Ia meminta seorang pelayan membuatkan secangkir kopi untuknya. Sambil menunggu Reina kembali, lelaki tampan itu membuka laptopnya. Menyiapkan secara matang untuk meeting esok hari. Ia yakin Reina akan kesulitan dan butuh bantuannya. “Dia sanga
Kedua mata Reina melotot seketika. “Dasar mesum!” Wanita itu memukuli dada Regan. Membuat beberapa penumpang lain menatap ke arah mereka. “Reina, pelankan suaramu! Lihatlah, semua mata tertuju kepada kita.” Bola mata Reina bergerak ke kanan dan ke kiri. Kini ia merasa sangat malu. Lalu wanita itu dengan perlahan berucap, “Sorry.” Regan langsung merangkulnya posesif. “Well, she is my wife.” Para penumpang hanya menatap heran dan kembali pada kesibukan masing-masing. “Maaf, Reina. Aku hanya bercanda.” Regan membela diri. Reina kemudian duduk membelakanginya. “Mungkin sekarang giliranku untuk tidur.” Regan merentangkan kedua tangannya. Sengaja tangannya itu mengenai dada istrinya. “Pak Regan!” Mata Reina kembali melotot tajam. Tetapi Regan sudah tampak tertidur pulas. Entah benar atau hanya pura-pura. “Menyebalkan!” umpat Reina kesal. Sementara Alice justru mendekap tubuh Jeffan. Ia merasa ada yang aneh saat mencium aroma parfum yang berbeda. Kedua mata Alice terbuka. Ia melihat
“Lagi mode marah, diturutin saja Pak Bos,” bisik Jeffan. Lelaki itu terkekeh pelan. Ia senang dan merasa lega karena tidak duduk di dekat Alice. Sementara Regan merasa diremehkan. Bisa-bisanya ia dipermainkan oleh keadaan. Regan menggeram pelan. Ia meremas tangannya sendiri. ‘Kamu kalau lagi ngambek sangat menyebalkan, Reina!’ Meski merasa kesal, Regan tidak punya pilihan lain. Sepertinya ucapan Jeffan memang benar. Ia akan menanti mood istrinya agar membaik seperti sedia kala. Seperti saat itu yang terlihat sangat manis. ‘Apakah hanya di saat keadaan terdesak saja dia mau bermanis-manis denganku? Aku harus menjadi lelaki nomor satu yang dibutuhkan Reina. Tidak boleh ada lelaki lain.’ Reina berjalan terlebih dulu. Ia duduk di dekat jendela pesawat. Di depannya ada Alice yang sudah siap melakukan perjalanan menyenangkan itu. Mungkin lebih tepatnya hanya menyenangkan bagi Alice karena sukses membuat Regan duduk di sampingnya. “Nggak sia-sia deh datang ke tempat yang sama dengan m
“Ampun, Pak. Reina sudah tidak kuat!” Wanita itu terlihat ngos-ngosan. Mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Keringat membasahi wajah dan rambut membuatnya semakin bertambah cantik. Namun Regan menyadari sesuatu. “Astaga. Maafkan aku, Reina. Kamu baru saja masuk rumah sakit. Tidak seharusnya berlari-larian seperti ini.” “Pak Regan juga sama.” Reina tidak mau kalah. Sesungguhnya ia juga memiliki rasa khawatir terhadap suaminya. Hanya saja Regan sangat pandai menutupi rasa sakit pada tubuhnya. “Baiklah, tunggu sebentar. Akan aku ambilkan air putih. Ayo, duduk dulu di dalam.” Regan memapah tubuh Reina. Namun saat memasuki kediamannya itu, mereka melihat Jeffan dan Alice sedang berada di ruang tamu. Gadis itu sedang menikmati sesuatu. “Eh, Kak Regan sudah pulang!” dapat Alice bernada manja seperti biasanya. Regan melirik ke arah Jeffan. “Pantas saja tidak ada yang menjemput kami. Ternyata sedang sibuk pacaran di sini.” “Kak Regan apa-apaan sih?! Siapa yang pacaran!” protes Alice
“Tidak Bos. Saya tidak memberitahukan hal ini kepada Nyonya Regina. Saya hanya bilang akan menjemput Tuan Regan. Itu saja,” terang Jeffan jujur.“Baguslah. Aku tidak mau Oma semakin syok dan kepikiran. Aku akan mencari tahu siapa yang telah melakukan ini semua. Jangan sampai Reina menjadi korban lagi.” Jeffan manggut-manggut. Ia pasti juga akan diberi tugas lebih.“Ehem!” Reina berdehem cukup keras. Ia mengerutkan bibir karena merasa terabaikan. “Astaga!” Regan menepuk keningnya. “Kau membuatku melupakan sesuatu Jeffan. Kasihan istriku. Tadi Reina bilang sedang lapar.” Jeffan tersenyum kikuk. Tentu ia merasa bersalah. Asisten kepercayaan Regan tersebut memilih untuk undur diri dan menjaga di luar. Malangnya di depan ruangan Reina, Jeffan sudah ditunggu oleh Alice.“Jeffan, lama sekali?!” protes Alice. “Sebaiknya kamu menemaniku ambil barang yang ketinggalan. Antarkan aku ke kediaman Kakak Regan.” “Tapi Nona Alice. Bukankah seharusnya izin kepada Pak Regan terlebih dahulu?” Jeffan
Regan terbangun di sebuah ruangan bernuansa warna putih. Hal pertama yang ia khawatirkan adalah istrinya.“Reina?” Regan memegangi kepalanya yang masih terasa berat. Kemudian ia melihat ada orang suster yang berdiri tak jauh darinya.“Suster ... di mana istri saya?” tanya Regan sedikit membesarkan volume suaranya.Suster itu tersenyum sambil berkata, “Ada di sebelah Anda, Pak Regan.” Tangannya menunjuk ruangan sebelah yang tertutup gorden berwarna biru muda.“Boleh saya melihat istri saya, Sus?” pinta Regan merengek.Suster itupun mengangguk. “Hati-hati, Pak Regan.” Suster berusaha menolong Regan. Takut jika lelaki tampan itu akan tumbang.“Tidak apa-apa, Sus. Saya sudah kuat.”Regan sangat antusias untuk menemui istrinya. Ia ingin memberikan semangat kepada Reina.“Jeffan? Kamu di sini?” Kedua alis Regan mengkerut. Ia tidak tahu jika Jeffan yang telah menolong dan membawa mereka ke rumah sakit.Jeffan pun menoleh. “Bos, sudah siuman?” tanyanya mengalihkan pembicaraan.“Kamu belum men
“Kamu tidak perlu tahu, Regan. Anggap saja semua ini balasan atas perbuatan keluarga Admaja di masa lalu.” Regan tidak mengerti apa yang dikatakan oleh lelaki itu. ‘Perbuatan apa yang dia maksudkan? Apakah Papa pelakunya? Atau kakek?' Regan tidak bisa berpikir dengan jernih. Pikirannya tentu saja hanya memikirkan keselamatan Reina. Meski dirinya sendiri butuh dukungan. Lelaki jahat itu merasa geram. Ia memberikan perintah kepada anak buahnya. “Tunggu apalagi. Dorong dia ke jurang. Jangan lupa untuk mendokumentasikannya. Ini akan menjadi berita yang menggemparkan.” “Bagaimana kalau kita tertangkap gara-gara mengambil videonya, Pak?” ungkap anak buah yang tak mengerti apa-apa. “Bodoh?” Lelaki itu mendorong kepala anak buahnya. “Semua perlu strategi.” Sang anak buah hanya menurut saja. Ia menganggukkan kepalanya dan bersiap untuk memasukkan Regan ke jurang. Sementara Reina masih terus berusaha menemukan Regan. Ia melacak telepon sang suami yang tadi sempat melakukan panggilan. Aku
Reina menanti dengan resah. “Kenapa Pak Regan lama sekali. Ke mana dia? Sebaiknya aku mencarinya.” Wanita itupun segera berjalan cepat untuk mencari Regan. Tak lupa ia jugaa mencoba menghubungi ponsel suaminya. “Terhubung ... tapi kok tidak diangkat.” Beberapa menit kemudian Reina mencoba menelepon lagi. “Sekarang malah tidak aktif.” Reina berjalan ke sana kemari. Ia mencoba menanyakan keberadaan Regan kepada orang di sekitarnya. Memperlihatkan foto sang suami dari ponsel. “Maaf, Bu. Apakah Ibu pernah melihat orang yang di foto ini?” tanya Reina sungguh-sungguh. Seorang wanita paruh baya menggeleng pelan. “Saya tidak pernah melihatnya.” “Baiklah, kalau begitu. Saya permisi,” pamit Reina. Wanita itu duduk di tempat tadi Regan melihat gadis kecil. Reina melihat es krim terjatuh yang sudah leleh. “Sayang sekali es krimnya terjatuh. Pasti tadi ada yang nangis karena kehilangan,” lirih Reina seorang diri. Netranya melihat ke kanan dan ke kiri. Menerawang hingga kejauhan. “Tidak ad
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.