Bab 3
Rendi tidak bisa menahan diri lagi. Segala keraguannya hilang saat mendengar jawaban dan melihat tatapan mata Cindy yang terlihat sudah menginginkan hal yang sama dengannya. “Baiklah, kalau begitu, aku tidak akan menahan diri,” kata Rendi langsung mencium bibir Cindy yang ranum.Mira membalas pagutan Peter dan mendesah karena ciuman Peter terlalu begitu nikmat saat menyentuh dan menari di atas bibirnya. “Yah, Tuhan ini luar biasa!” desah Mira di sela ciuman Peter.“Aku senang kalau kau menyukai ciumanku, Cintaku,” balas Rendi sambil memperdalam ciumannya.Mira mengerang dan membalas ciuman Peter sambil menahan diri karena entah kenapa tubuhnya merasa terbakar dan menginginkan lebih. Karena sudah tidak tahan ingin menyentuh tubuh Peter, tanpa ragu Mira langsung membantu Peter membuka jas dan kemejanya tanpa merasa malu sedikitpun. Pipinya memerah tapi tidak ingin menunda lagi!Rendi tersenyum melihat apa yang Cindy lakukan terhadapnya. Tanpa sungkan ia pun melakukan hal yang sama terhadap Cindy. Ia segera membantu Cindy membuka gaun yang melekat sexy di tubuh-nya.Saat gaun Cindy terlepas jatuh, mata Rendi langsung terbuka lebar. Ia mendesah dan merasa semakin bergairah saat memandangi tubuh Cindy yang sangat mulus dan juga sexy. Meski usia Cindy terlihat tidak lagi muda, tapi bentuk tubuhnya sangat molek. Ia sangat yakin kalau Cindy sangat menjaga pola makan dan juga kebugaran tubuhnya dengan sangat baik hingga bisa mendapatkan lekuk tubuh dan kulit seperti gadis belia yang padat dan kencang.Meski saat ini Cindy masih mengenakan bra dan juga celana dalam rendanya tapi Rendi masih enggan membuka kadonya saat ini. Ia masih ingin menatap bentuk tubuh Cindy meski belum sepenuhnya telanjang di hadapannya. Ia, dengan jujur harus mengakui, kalau dia sangat menyukai pemandangan tubuh Cindy di hadapannya saat ini.Dengan penuh percaya diri, Mira mengelus tubuhnya sendiri di depan Peter. “Apa kau suka dengan bentuk tubuhku?” tanya Mira seolah menawarkan dirinya sendiri. Dia malu melakukan hal itu tapi desakan untuk memenuhi gejolak di dalam jiwanya seolah memohon agar Peter segera memberikan apa yang ia inginkan. Belum pernah ia merasakan desakan yang menggebu seperti ini sebelumnya. Mungkin kerinduannya terhadap Mike begitu besar hingga ia menginginkan Peter menyentuhnya saat ini.“Suka, sangat suka sekali!” sahut Rendi dengan jujur. “Tubuhmu sangat indah,” akunya lagi sambil menatap wajah Cindy.Mira tersenyum malu-malu. “Apa kau tidak ingin menyentuhnya?” tanya Mira dengan tatapan dipenuhi dengan hasrat yang mengelora di dalam dirinya.“Demi Tuhan, Cin! Kalau kau tidak membiarkan aku menyentuh tubuhmu saat ini, sebaiknya kau bunuh aku sekarang juga! Aku tidak akan mampu berhenti di titik ini. Tolong kasihani aku,” kata Rendi sambil menelan air ludahnya dengan susah payah menunggu isyarat dari Cindy.“Kalau begitu lakukan, aku sepenuhnya milikmu,” kata Mira pada akhirnya. Ia sangat merindukan almarhum suaminya dan menginginkannya saat ini!Tanpa menunda lagi, Rendi langsung tersenyum sambil meraih tubuh Cindy dalam gendongannya.Mereka berciuman dan saling membalas tanpa merasa ragu sedikitpun. Yang ada dan menguasai diri mereka saat ini hanyalah keinginan yang sama untuk bisa merasakan kenikmatan yang lebih lagi. Yang bisa membawa mereka terbang ke awan-awan kenikmatan!Mereka saling tersenyum di sela napas mereka yang menderu.Mereka saling menatap dengan tatapan yang dipenuhi hasrat dan gairah yang sama. Bibir mereka saling memagut dengan liarnya, seolah mereka tidak bisa hidup tanpa merasakan manis dan hangat ciuman mereka.Mereka mendesah dengan penuh gairah saat bibir mereka kembali tenggelam dan merasakan sensasi manis yang membuat mereka kecanduan untuk terus melakukannya lagi dan lagi.Lidah mereka saling menyelinap ke dalam rongga mulut mereka dan semua itu memberikan sensasi yang tidak bisa membuat mereka berhenti berciuman dan saling memagut. Seolah mereka akan mati kalau menunda atau berhenti saling menyentuh satu sama lain.“Yah, Tuhan! Kenapa semua ini begitu nikmat!” kata Mira tanpa malu-malu mengakuinya.Rendi tersenyum seraya mengangguk. “Aku pasti mati kalau kau menyuruhku berhenti menyentuhmu,” kata Rendi setengah terkekeh.“Aku tidak mau kau berhenti,” sahut Mira mengingatkan dengan tegas.Rendi terkekeh seraya mengangguk. “Aku juga tidak mau berhenti, Sayangku,” bisik Rendi sambil mencumbu leher Cindy yang memabukkan.Mira mengerang sambil meraba tubuh kekar milik Peter dan dengan desahannya memberi dorongan kepada Peter untuk melakukan hal yang lebih lagi.Rendi mencium Cindy lagi dan membiarkan tangan mereka saling bergerilya, meremas dan menyentuh tubuh pasangan mereka masing-masing dalam lautan kenikmatan.“Aku perlu membuka bramu,” bisik Rendi setengah mati menahan hasratnya.Mira mengangguk seraya menatap mata Peter yang terlihat sangat ingin membuka kado kejutannya malam ini. Dia tidak merasa keberatan menuruti permintaan Peter karena jujur, ia juga ingin merasakan hangat sentuhan tangan Peter saat meremas payudaranya.Ia meraih tangan Peter dan duduk agar memudahkan Peter melepas bra dari tubuhnya. Napasnya menderu hebat karena bukan hanya Peter yang ingin menyingkirkan bra-nya dari payudaranya tapi dia juga ingin merasakan sensasi tangan Peter saat menyentuh kedua payudaranya! Teramat menginginkannya!Dengan hasrat yang membara, Rendi membuka pengait bra Cindy dan mendesah tanpa sadar saat melihat keindahan payudara Cindy yang kencang terpampang jelas di hadapannya. Tanpa merasa ragu, Rendi meremas kedua payudara Cindy dengan kedua jemarinya dan mengamati reaksi Mira.Mira menutup kedua matanya dan menikmati remasan jari jemari Peter sambil merapatkan kedua pahanya untuk menahan desakan, merasakan kenikmatan yang bisa Peter berikan lebih kepadanya.Rendi tersenyum senang saat melihat ekspresi Cindy yang sudah tidak sabar untuk merasakan kenikmatan yang lebih yang bisa ia berikan kepadanya.Tanpa ragu, Rendi langsung mengulum puncak payudara Cindy yang terlihat sangat kenyal dan sangat menggoda untuk segera ia cicipinya. Dia melumat puting payudara Cindy, menghisap dan membelai dengan lidahnya.Mira merasa melayang hingga mengerang merasakan kenikmatan yang begitu dasyat melanda ke dalam dirinya saat Peter menyesap puting payudaranya dengan cara yang membuatnya ketagihan dan ia tidak ingin Peter berhenti melakukannya! “Jangan berhenti, kumohon,” pintanya tanpa sadar meremas rambut lebat milik Peter.Rendi tersenyum saat mengamati ekspresi wajah dan mendengar desahan Cindy. “Aku akan terus melakukannya hingga kau merasakan sensasi yang membuatmu terus melambung. Ia merasa sangat puas saat menyesap payudara Cindy, seakan menikmati manisnya buah kurma yang ranum dan masak di mulutnya. Dia tidak mau berhenti menikmatinya!Mira terkekeh dan tidak berhenti menekan dan meremas rambut Peter untuk memberikan dorongan yang lebih lagi agar Peter tidak berhenti mencumbunya seperti itu.Rendi menyadari keinginan Cindy kemudian menurunkan satu tangannya ke arah bawah dan memanjakan inti sari kewanitaan Cindy yang sudah basah dan sudah siap untuk bersatu dengannya tapi Rendi berniat untuk lebih memanjakan Cindy. Ia menggerakkan jari-jarinya dengan tempo semakin cepat dan menghujam, mendorong masuk ke dalam diri Cindy hingga Cindy mengerang dan menikmati sensasi gerakan jari-jarinya.Mira mengerang seraya mendesah tertahan saat merasakan kenikmatan dari kuluman mulut Peter di payudaranya dan juga lewat keahlian jari-jari tangan Peter yang melakukan fungisnya dengan baik pada inti sari kewanitaannya. Dia semakin basah dan mendesak Peter untuk menyatukan diri dengannya! “Please, … please …,” pintanya merasa tidak sanggup menahan lebih lama lagi. Ia ingin segera merasakan penyatuan mereka.Bab 4Rendi menahan Cindy dan menenangkannya seraya tersenyum. Bukan hanya Cindy yang ingin segera menyatukan diri mereka, dia juga merasakan desakan yang sama tapi ia sudah memutuskan, tidak mau melepas Cindy begitu saja. Dia menginginkan Cindy. Bukan hanya untuk malam ini saja, tapi untuk selamanya! Karena itu ia memutuskan, tidak mau terburu-buru menyelesaikan apa yang telah mereka mulai bersama malam ini. Ia ingin Cindy hanya menginginkannya dan ia bertekad untuk memberikan kenikmatan yang bertubi-tubi kepada Cindy agar setelah ini mereka bisa menjalin hubungan yang lebih serius lagi. Dengan cepat, ia menanggalkan celana dalam Cindy dan tersenyum sambil menatap mata Cindy yang saat ini sedang memohon padanya. “Bersabarlah, Cintaku,” kata Rendi sambil menciumi tubuh Cindy dengan lembut dan mulutnya turun tanpa meninggalkan tatapan matanya ke arah Cindy yang tampak sedang menanti kejutan darinya. Dengan lembut ia membuka kedua paha Cindy dan membelai intisari kewanitaan Cindy dengan
Bab 5Mira bangun dengan tubuh yang sakit-sakit, tidak seperti biasanya begini, pikirnya dengan heran. Ia menggeliatkan tubuhnya dan secara insting langsung menarik selimut dan mendekat ke sumber hangat yang berada di dekatnya. “Hmm, … nyaman sekali,” katanya sambil memeluk tubuh hangat di sampingnya.Setelah beberapa saat kemudian, ia baru sadar dengan orang asing yang berada di sebelahnya ini. Yah, Tuhan, itu seorang pria! serunya dengan panik dalam hati. Matanya terbuka lebar kemudian menelan air ludahnya dengan susah payah. Ia mengumpat kesal dan malu kenapa bisa berada di situasi memalukan seperti ini!Dia mencoba mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi semalam tapi sakit kepala membuatnya menyerah lalu dengan cepat mencoba menenangkan diri dan mengambil keputusan apa yang harus ia lakukan sekarang! Jangan panik, jangan panik! katanya lagi dalam hati sambil melirik pria yang tampak tertidur pulas di sebelahnya.Pelan-pelan ia mengangkat tangannya dari tubuh pria itu dan mengu
Bab 6“Begitu saja!” seru Santi merasa sangat menyayangkan kalau sampai Mira mengambil keputusan seperti itu.Mira menelan air ludahnya dengan susah payah. “Aku tidak mungkin menjalin hubungan serius di umurku yang sekarang ini, bukan?” sahut Mira menjadi ragu dengan keputusannya sendiri.“Kata siapa tidak mungkin? Umurmu bahkan belum mencapai 50 tahun!” seru Tari memberi dorongan semangat kepada Mira.“Tiga tahun lagi aku akan mencapainya!” serunya mengingatkan Tari dengan tatapan histeris dan menahan malu.“Kita ini awet muda, keturunan vampire yang tidak akan menua, jadi tidak perlu mengkhawatirkan hal itu!” sahut Santi seraya menenangkan Mira.Mira tertawa mendengar ucapan Santi yang sembarangan. Ia menggeleng pada akhirnya. Dia sadar kalau itu hanya harapan semu belaka. Sebagai pembisnis sukses tidak mungkin dia mau mengorbankan reputasinya dengan kisah cinta di masa setengah tuanya.“Tidak. Bagiku semalam itu sudah cukup. Sekarang aku akan berusaha untuk tetap melupakan pengalam
Bab 7“Mama tutup mata dulu yah?” kata Bastian sambil mengeluarkan dasi panjang berwarna hitam dari saku jasnya.Mira tertawa melihat kelakuan putranya. “Tapi untuk apa?” tanyanya dengan santai, tidak bersedia bekerja sama.“Ma!” seru Bastian dengan wajah merajuk.Mira tertawa lagi kemudian menuruti keinginan Bastian. “Baik, baik, Mama menurut,” sahutnya dengan hati yang meleleh melihat wajah anaknya yang merajuk.Bastian tersenyum dan berjalan ke belakang mamanya. "Nanti Bastian akan menggendong Mama ke dalam," kata Bastian sambil mengikat mata mamanya.Mira terkejut dan mengingatkan Bastian dengan cepat. “Bas! Mama mengenakan rok pendek!” serunya mencoba membuka penutup matanya.Bastian langsung menahan tangan mamanya yang lentik. “Bastian akan menutupinya, Mama tenang saja,” kata Bastian sambil terkekeh melihat kepanikan mamanya yang sangat modis ini. Meski umurnya tidak lagi muda tapi mamanya selalu berpenampilan modis dan fashionable.“Baiklah,” kata Mira seraya menghela napas le
Bab 8“Ke mana pacar yang kau janjikan kepada Mama?” tagih Mira dengan mata yang penasaran.Bastian terkekeh sambil merangkul mamanya dengan manis. “Hari ini dia diajak Mamanya pergi keluar jadi dia tidak bisa datang,” jawab Bastian sambil menatap mamanya. “Apa Mama kecewa?” tanyanya lagi.Mira langsung tersenyum sambil menggeleng menenangkan putranya. “Bila sudah saatnya, kami pasti akan bertemu,” sahut Mira sambil mengelus tangan putranya. Kalau dia sedih pasti Bastian akan merasa lebih kecewa karena kekasihnya tidak bisa menemaninya di hari istimewanya. "Apa kau mencintainya?" tanya Mira lagi berusaha mencari tahu.Bastian menatap ke arah mamanya sebelum menjawab. "Kami baru saja berhubungan, jadi masih dalam proses, Ma," jawab Bastian dengan jujur."Apa kau kecewa padanya karena dia tidak datang saat ini?" tanya Mira merasa bersimpati kepada anaknya."Kami sudah membahas dan mempersiapkan semuanya ini dari jauh hari! Tapi nyatanya?" sahut Bastian mengeluarkan uneg-uneg dalam hatin
Bab 9Mira merasa kesal dan menyesali tindakannya sendiri. Ini terjadi karena ia menuruti rasa penasarannya. Kini semuanya sudah terlambat! erangnya dalam hati. Padahal sebelumnya, jelas-jelas ia sudah memutuskan untuk melupakan apa yang telah terjadi pada malam itu tapi nyatanya? Mira mengerang lagi merasa ingin memukul kepalanya sendiri karena tidak bisa menahan diri dan menuruti rasa penasarannya, sekarang ia telah mengingat semua yang terjadi, dengan jelas, di benaknya!Mira berteriak dengan suara tertahan, memaki kesal sambil menyalahkan dirinya sendiri!“Ini gila!” erangnya lagi dengan keras kembali menyalahkan dirinya sendiri. Dan hal ini bisa terjadi gara-gara dia menuruti rasa penasarannya! erangnya lagi sambil masih merasa kesal pada dirinya sendiri!Meski tadinya dengan penuh keraguan, karena rasa penasarannya itu, ia tetap mendengarkan setiap rekaman yang diambil Santi pada malam itu! Satu persatu, pada akhirnya ia mendengarkan semua rekaman yang terjadi pada malam itu deng
Bab 10Sementara di tempat lain …Mira memilih berlibur bersama teman-temannya di pulau pribadinya. Kalau dia sendirian, ia takut akan menjadi pecandu seks karena terus mengulangi seks tunggalnya.Jenni mengaduk jusnya seraya menatap Mira. “Jadi apa yang terjadi? Kenapa kau tiba-tiba mengajak kami berlibur ke pulau yang tak berpenghuni seperti ini!” serunya dengan histeris. Dia harus meninggalkan mainan barunya di pagi hari buta untuk mengikuti Mira ke sini!Mira memelototi Jenni dan kawan-kawannya. “Ini semua karena kalian!” sahut Mira menunjuk ke arah mereka semua dengan kesal.“Kenapa jadi karena kami?” tanya Reni sambil tertawa geli melihat ekspresi Mira saat ini. Dia masih ingat tadi pagi-pagi sekali, Mira meneleponnya saat dia masih berada di kamar hotel bersama tunangan barunya, Scote! Dia payah sekali di atas ranjang! erang Reni dalam hati merasa sangat kecewa. Dia sudah memikirkan berbagai cara untuk menyingkirkannya dari apartemennya dan telepon dari Mira membantu memberi ala
Bab 11Stevanus menceritakan kejadian yang terjadi pada saat pertemuan digelar kepada Mira saat ia menghubunginya.Meski tidak biasa mendengar Stevanus berkeluh kesah, Mira hanya bisa menahan tawa. “Maaf yah, sudah menyulitkanmu. Coba sekarang kau buat janji temu, siang ini aku tidak ada acara apapun juga jadi kalau memang dia bisa, kita bisa bertemu siang ini," kata Mira sambil mengocok telurnya. "Aku sudah pulang ke villa dan siap bekerja siang ini bila diperlukan,” lanjutnya lagi memastikan.“Baik, nanti akan saya kabari lagi setelah mendapat jawaban dari Pak Damian dan Pak Rendi, Bu,” kata Stevanus dengan nada sopan.“Siap, siap,” sahut Mira sambil menutup ponselnya.Bastian mendekati mamanya dengan perlahan lalu mengagetkannya. “Mom!" serunya sambil tertawa."Bas! Kau mengagetkan Mama, hampir saja telur mama jatuh nih," kata Mira sambil menarik telinga Bastian dengan gemas."Maaf," kata Bastian sambil terkekeh. "Peluk! Bastian kangen!" ucap Bastian dengan manja.Mira tersenyum. I