Dengan gerakan yang gesit Key Fang menghindari serangan Bajulgeni. Pertarungan sengit antara Key Fang dan Bajulgeni sudah tidak terelakkan lagi. Bajulgeni memasang kuda-kuda menyerang dan melakukan serangan tiba-tiba secara bertubi-tubi kepada Key Fang. Di lain sisi, Key Fang yang terkejut seperti hanya punya pilihan untuk menghindari setiap serangan yang dilancarkan Bajulgeni tanpa menyerang balik. Dikarenakan serangan Bajulgeni yang begitu cepat bak kilat menyambar. Serangan Bajulgeni yang terlampau cepatnya tersebut membuat Key Fang dipaksa terus mundur."Apa-apaan dengan serangan Bajulgeni ini, bocah setingkat Xi Zhang saja belum pernah kulihat mampu menyerang secepat ini? Tidak heran, kalau murid terbaik Naga Langit waktu itu, Kin Gen, dapat dijatuhkan olehnya," batin Key Fang. "Ada apa Key Fang? Haa!" teriak Bajulgeni dengan terus menggencarkan serangan. "Sial, jangan lagi untuk menyerang, bahkan aku saja tidak bisa berpikir jernih untuk menghindar," gumam Key Fang smeabri terus
"Maaf Key Fang, ini bukan waktunya untuk bercanda. Aku akan selesaikan ini secepat mungkin," ucap Bajulgeni. "Haaa? Apa? Dalam kondisi tangan buntung seperti itu kau masih sempat untuk menyombongkan diri. Sadari posisi mu bangsat!" teriak Key Fang penuh amarah. "Kau tenang saja, aku sudah sadar posisiku. Kau mungkin berpikir, pedang ku sudah patah dan tangan ku yang sebelah juga sudah hilang. Jadi, kau akan mudah mengalahkan ku, kita lihat saja," ucap Bajulgeni sembari mempersiapkan kuda-kudanya. Key Fang juga mulai memasang kuda-kuda pertahanan yang paling kuat miliknya. Akan tetapi, Key Fang merasa ada yang aneh dengan kuda-kuda Bajulgeni. Ia melihat dengan jelas bahwasanya kuda-kudanya mirip persis dengan kuda-kuda sebelumnya, tetapi ada hal yang aneh baginya. "Kuda-kudanya ini sama persis sebenarnya, tapi mengapa aku merasa ganjal ya. Oh, apakah aku merasa ganjal, karena ia sudah kehilangan sebelah tangannya, sehingga terasa berbeda," batin Key Fang. "Ada apa dengan tatapan mu
Xi Zhang terus memacu keduanya, dia terus berjalan di kala siang, dan istirahat ketika malam. Sudah delapan hari, sejak pertama dia memisahkan diri dari rombongan, Di tengah-tengah perjalanannya, dia mendapati orang-orang dari penduduk desa setempat melakukan kerja bakti. Dilihatnya, tempat tersebut seperti habis dilanda bencana sehingga banyak pohon yang tumbang dan gundukan tanah yang berhamburan tidak beraturan. "Permisi pak, apakah anda pemimpin dari kegiatan kerja bakti ini?" tanya Xi Zhang menghampiri salah seorang penduduk desa tersebut. "Ya, engkau benar saudaraku, aku adalah pemimpin kerja bakti sekaligus kepala desa di sini. Jika boleh tau, apa yang engkau butuhkan wahai saudaraku?" tanya sang kepala desa. "Begini, aku sebenarnya hanya penasaran dengan apa yang telah melanda tempat ini. Apakah ada bencana angin topan atau semacamnya yang telah melanda desa ini. Kulihat, tempat ini begitu porak-poranda, dan jika boleh tau bapak ini berasal dari desa mana, karena kulihat sej
"Tidakkkk!" teriak Wei Fang mengguncang seluruh kancah peperangan. Salah satu petinggi Padepokan Bayangan Singa, General Batakhu pun maju untuk mencoba menenangkan Wei Fang. "Tuan, mohon anda bersabar dengan apa yang menimpa tuan muda. Yang harus kita lakukan adalah membalaskan dendam apa yang telah terjadi dengan tuan muda, bukan malah meratapinya, seakan-akan kematiannya sia-sia. Mata dengan mata, telinga dengan telinga, tangan dibalas tangan, begitu juga dengan nyawa, nyawa harus dibalas dengan nyawa. Sadarlah tuan," tutur Batakhu. "Keyyyy Fangggg! Kenapa harus kau yang pergi duluan! Kenapa!" teriak Wei Fang histeris. Ucapan Batakhu seperti sebuah hembusan angin di hadapan Wei Fang yang sedang berada dalam ruang antara hidup dan mati. Wei Fang tidak mempedulikan apa yang ada di sekitarnya. Wei Fang hanya meratapi penuh pada penggalan kepala Key Fang. Air terus mengalir membasahi wajah Wei Fang sampai menggenang airnya di bawah. "Sekarang apa yang harus kita lakukan jenderal?" t
"Tuan Guru! Tuan Guru! Tuan Guru! dimana engkau berada tuan Guru," teriak Bajulgeni sembari menyingkirkan reruntuhan padepokan utama."uhuuuk! uhuuuk! aku disini bajulgeni," jawab Guru Mada sembari melambaikan tangan diantara reruntuhan padepokan."Syukurlah Tuan Guru selamat. Aku sangat senang sekali," ucap Bajulgeni sambil meneteskan air mata kepiluan.Tuan Guru Mada merupakan guru besar dari Perguruan Bela Diri Raja Malam, sedangkan Bajulgeni merupakan Asisten sekaligus murid terbaik di padepokan. Awalnya keadaan Padepokan masih baik-baik saja, sampai kemarin malam padepokan diserang oleh segerombolan orang yang tidak dikenal. Diperkirakan mereka adalah pasukan musuh yang hendak mengambil alih kekuasaan di Kerajaan Nusa."Apa sebenarnya yang telah terjadi Bajulgeni?" tanya Guru Mada."Kemarin malam ketika latihan rutin dilaksanakan tiba-tiba terdengar suara tembakan di tempat latihan. Saya yang pada waktu itu bersama Tuan Guru yang di padepokan seketika panik, dan langsung pergi ke
Setelah Bajulgeni selesai menggali, satu per satu mayat dimasukkan. Tak henti-hentinya Guru Mada menangisi setiap kali memasukkan para murid dan teman-teman seperjuangannya ke dalam liang lahat. Luka yang begitu dalam tergores di hati Sang Guru begitu pula dengan Bajulgeni, ia merasakan penderitaan hebat yang dialami Guru Mada."Aku masih tidak percaya apa yang kulihat sekarang," seru Guru Mada sembari mengusap air mata diwajahnya."Kita harus bisa mengikhlaskan kepergian mereka semua guru, kita tidak bisa mengembalikan mereka, apa yang telah mati tidak akan pernah kembali." ucap Bajulgeni yang berusaha menghibur gurunya.Sekilas ucapan Bajulgeni tampak menenangkan hati sang guru, namun dibalik itu sang guru juga memendam rasa amarah yang begitu kuat. Sontak ia merasa harus segera bertindak untuk melakukan perlawanan kepada musuh yang menyerang.Setelah selesai menguburkan semuanya, tiba-tiba cuaca berubah. Di saat itu pula Guru Mada bersumpah dengan menghadap ke kuburan besar yang te
Saat Bajulgeni dan Guru Mada menyingkirkan sebuah pondasi rumah yang roboh, dibalik pondasi tersebut ditemukan mayat seseorang. Lalu mereka menyingkirkan pondasi rumah selanjutnya dan ditemukan mayat sebuah keluarga. Begitu seterusnya sampai mereka menyingkirkan reruntuhan sebuah balai pertemuan, mereka terkejut dan seketika senang karena mendapati seorang remaja laki-laki yang masih bernafas.Tanpa banyak pikir Guru Mada dan Bajulgeni segera mendirikan sebuah tenda dan merawat remaja tersebut."Syukurlah masih ada seseorang yang selamat, akibat insiden kemarin malam," Tutur Guru Mada."Ya Guru, ini merupakan suatu keajaiban, seorang pemuda yang tertimpa reruntuhan bangunan masih bisa bernafas," ucap Bajulgeni"Namun kita harus segera memberikan perawatan terbaik untuknya, sekalipun dia masih bisa bernafas, akan tetapi pendarahan yang terjadi di kepalanya tidak dapat disepelekan," Tegas Guru Mada."Saya sudah menyiapkan ramuan obat, perban serta air hangat untuk pemuda ini, semoga saj
"Ah! kepalaku pusing sekali," seru sang pemuda."Minumlah ini, ini adalah ramuan herbal yang baru kubuat, bisa membantu memulihkan tubuhmu dan menyembuhkan rasa nyeri di kepalamu," ucap Bajulgeni kepada sang pemuda."Terimakasih banyak," ucap sang pemuda sembari meminum ramuan yang diberikan Bajulgeni.Setelah minum ramuan itu, pemuda tersebut merasa agak baikan, dan nyeri pusing di kepalanya juga perlahan berkurang. Sang Pemuda masih seperti orang yang baru saja terkena amnesia karena ia benar-benar seperti berada di negeri di antah-berantah. Ia melihat sekeliling dengan tatapan terkejut dan bingung."Apakah kau ingat sesuatu sebelum engkau pingsan?" tanya Guru Mada."Entahlah, kepala ku masih agak pusing, aku akan mencoba mengingat-ingat," jawab sang pemuda sambil mengelus-elus keningnya."Apakah kau diserang atau bagaimana, kau ingat dengan katana, belati, senapan, ataupun bahan peledak?" tanya Guru Mada mengulang."Tunggu dulu, ah... kurasa aku mulai mengingatnya. Kemarin saat sor