Archy dan Jo sudah tiba di kediaman yang hendak ditempati Nathan beserta Archy. Rumah itu indah, aesthetic juga pemilihan perabot serta furniture yang cukup minimalis. Archy membelalakan mata, rumah itu bagus sekali! Apa benar itu akan menjadi rumah tinggalnya bersama Jo?"Gila, kayak rumah Indosiar ya?" Archy bermonolog sambil menarik kopernya. "Wah ada kolam lele.""Alay lu." Jo mencibir. "Lagian ini kolam ikan hias, udah jelas ikannya ikan koi. Dasar aneh."Archy mendelikan mata, lagipula ia juga tahu itu ikan koi. Archy 'kan cuma bercanda, kenapa Jo serius sekali?"Oh iya kah? Di negara aku namanya ikan sapu-sapu, suka dibikin bakso ikan." Archy tersenyum iseng. "Pasti anak orang kaya gak pernah makan bakso ikan.""Sok tahu, gue pas ke Bandung suka jajan Bakso ikan depan Bandung Indah Plaza. Lo pasti belom pernah makan kan? Sok ngatain gue segala." Jo melingkarkan tangannya di leher Archy dan menjitaknya."Gue orang Bandung, jelas tahu lah!" Archy berusaha melepaskan lingkaran len
Archy memalingkan wajah saat Jo berkata demikian. Perasaan macam apa ini? Kenapa jantungnya berdebar keras saat Jo bertanya demikian?"Jalan ke mana? Gak usah bercandain gue, dosa!" omel Archy sambil mendengus.Tubuh Jo yang setengah berbaring itu mendekat ke arah Archy. Ia mengulas senyum dan hal itu membuat Archy semakin tak karuan. Dasar iguana! Bisa-bisanya seberani itu ia menatap Archy dengan kedua bola matanya yang tajam tapi menenangkan. Archy mendengus, ia memalingkan wajah kembali."Lo kalau ngomong tuh tatap lawan bicaranya, lihat muka gue sini, hmm?" Jo menarik wajah Archy agar menatapnya."Gak mau." Archy bersikeras menolak."Aih, kenapa? Takut jatuh cinta ya?"Pertanyaan Jo membuat Archy sebal, kenapa sih dia sangat percaya diri bila Archy akan menyukainya? Archy akhirnya menatap Jo dan melihat kedua bola mata itu memandangnya dengan lembut. Archy tahu Jo mirip sekali dengan Nathan, tapi ada yang berbeda dari Jo.Tatapan Jo adalah tatapan paling menenangkan yang selama in
Penjual bakso itu memilih tidak bicara dan langsung membuatkan bakso. Jo meringis kemudian merangkul Archy, mengajak gadis itu untuk duduk di meja yang disediakan. Archy menautkan alis, menatap Jo lekat-lekat."Chy, lo gak lagi kerasukan arwah embek kan? Ngapa lo mau diakuin istri, katanya gak mau?" Jo menatap Archy tak mengerti. "Lo stres?""Heh sembarangan ngatain gue stres! Gini ya Pak Jo, semua orang kan tahu kita menikah. Jadi jangan licik sendiri pengen disebut bujangan sementara semua orang tahu gue istri orang, paham ya?" Archy menegaskan kalimatnya sambil merutukkan jemarinya di atas meja.Jo mengangkat kedua alisnya kemudian mengangguk-anggukan kepalanya."Oke Bu Archy,kalau gitu gue bakal ngakuin lo istri gue mulai sekarang."Jo perlahan membuka jaket kulitnya, entah mengapa Archy malah memandangi tubuh Jo yang terbalut kaus putih tersebut dengan takjub. Sumpah, perawakan Jo itu cocok sekali jadi model. Teringat saat hari pernikahan, Jo dengan balutan tuxedo panjang buatann
Akhirnya Archy dan Jo fokus pada makanan masing-masing. Archy mengambil sambal sedikit dan mencicipnya. Jo melihat itu dengan terheran-heran."Ahelah Chy, pedes dong dimakan gitu?" Jo kelihatan bingung."Ini salah satu cara test sekuat apa gue makan pedesnya. Entar gue kasih banyak-banyak kan jadi gak enak kalau kepedesan. Gue juga ngikutin Ria SW di Youtube." Archy menuang sambal sebanyak tiga sendok di kuah baksonya."Lo ini tahu banyak hal ya, kayak gak kehabisan topik kalau ngobrol sama lo." Jo mengaduk baksonya yang sudah dibubuhi dengan sambal, saus dan juga kecap. "Nggak pake saos?""Enggak takut bau ketek." jawab Archy sambil menyuap kuah bakso tersebut."Gue pake saos kagak bau ketek ah." Jo tiba-tiba mencium ketiaknya.Melihat Jo yang otomatis mencium ketiak membuat Archy jadi tertawa. Ia tersedak kuah sambal hingga mukanya memerah. Jo buru-buru mengambil teh botol dingin dan memberikannya pada Archy."Makannya kalau makan itu baca doa, kamu liatin mulu aku sih." Jo mendengu
Archy merasakan jantungnya berdegup kencang saat tubuhnya itu berada di atas tubuh Jo. Lelaki itu memeluknya, memejamkan mata dengan desah napas yang hangat. Apa-apaan ini? Dengan Archy mau diajak jajan bakso bukan berarti mereka bisa bersentuhan fisik bukan?"Jangan kemana-mana, gue kekenyangan jadi butuh penekanan di perut biar kempes." Jo menaikan satu tangannya di atas kepalanya sambil memejamkan mata. "Lo berat juga.""Diem ah Jo, kalau orang lihat posisi kita pasti kita bakal disangka orang mesum!" Archy hendak turun.Jo membuka kedua kelopak matanya, kedua tatapan itu saling bertaut. Archy merasa aneh, kenapa ia malah memandangi Jo sih? Walau wajahnya sama dengan Nathan, akan tetapi menatap Jo ada perasaan aneh dalam hatinya."Kalau mesum juga kenapa? Kan kita udah nikah, siapa juga yang mau larang." Jo tersenyum."Diem ya Jo, gue gak ada niatan mes-"Cup!Jo mengecup pelan bibir Archy yang berisik. Pipi Archy memerah, darahnya terasa naik ke kepala. Apa-apaan tadi?"Bawel, ber
Mobil Jo sudah tiba di Suryakancana Group. Perusahaan yang dimiliki mama tersebut kini diurus sepenuhnya oleh Nathan serta sang ayah, Diraya Suryakancana. Loh, aneh bukan? Tentu tidak, sebagai cucu penerus Suryakancana Group mama jauh memiliki kuasa dibandingkan dengan suaminya sendiri. Jadi, tentu saja pekerjaan dan lain sebagainya merupakan perintah mama.Nathan menjabat CEO, di bawah Ayahnya sendiri. Kini posisi itu diisi oleh Jo semenjak Nathan menghilang, tentu saja ini membuat karyawan sedikit terkejut. Nathan yang terkenal ramah sekarang digantikan oleh sosok Jo yang terkesan dingin dan juga menakutkan. Baru saja ia turun dari mobil, tampak para karyawan sekaligus petugas keamanan membungkukkan badannya.Archy dulu hanyalah Designer yang mengatur seluruh design penjualan di industri pakaian Suryakancana Group. Kini posisinya naik menjadi istri CEO, tentu saja ia ikut dihormati orang-orang saat datang ke kantor."Selamat pagi Tuan Joseph," sapa para karyawan sambil membungkukkan
Archy menghempaskan tubuhnya di jok mobil Jo yang empuk dan nyaman. Aroma parfum mobil yang nyaman menyergap hidung seolah-olah tengah berada di tempat yang menyenangkan. Jika boleh berkata jujur, Jo punya selera yang sangat bagus untuk memilih sesuatu.Jo tampak masuk ke dalam mobil sambil menaruh tasnya sembarangan. Archy mendengus dan membantu merapikan tas yang dilemparnya ke jok belakang tersebut. Jo membuka botol minum kemudian meneguknya dengan rakus, Archy bisa melihat jakun suaminya itu naik turun."Capek banget si Bapak, minumnya udah kayak onta." Archy berkomentar."Capek Chy, si Nathan sialan nyuruh gue gantiin kerjaan yang berantakan dan bukan main bikin otak ngebul. Pantes kabur tu orang." Jo mengeluh sambil menahan sendawa agar tidak mengeluarkan suara yang keras. "Lo gimana? Seneng bisa masuk kantor lagi?"Archy tertegun sebentar kemudian mengangguk. Sebenarnya tadi ia merasa sedih karena tiba-tiba semua orang tidak ada yang mengajaknya bicara. Memang sejak awal orang-
Archy tidak tahu mengapa saat menatap Jo hatinya terasa amat sesak. Namun, saat lelaki itu menggenggamnya juga ada perasaan bahagia yang tidak bisa diungkapkan lewat kata-kata. Saat lelaki itu mengajaknya duduk bersama dengan senyum yang sangat manis, Archy ingin sekali mengatakan bila hatinya di sesaki beragam pertanyaan.Mengapa ia ditinggalkan begitu saja saat tengah berharap pada orang yang paling ia cintai? Kenapa Archy harus terjebak pada pernikahan yang tidak pernah ia inginkan? Akan tetapi pertanyaan itu sirna saat melihat Jo, lantas apakah Archy harus memutuskan hidup bersama lelaki itu?"Duduk Neng, berdiri melulu kayak SPG susu kurma." Jo menunjuk kursi yang sudah ditarik oleh Pelayan.Archy duduk tanpa bicara apa-apa. Pelayan kemudian memberikan buku menu pada keduanya dan pergi meninggalkan meja. Archy meraih buku menu yang sebenarnya sudah khatam dibacanya karena sering makan di sana. Terlihat Jo serius menatap menu makanan kemudian ia memutar bola mata dan menatap Archy