(Adegan 21+, silakan di skip jika tidak berkenan!)Bibir dua anak manusia itu bertautan dengan mesra. Archy menelan setiap bulir saliva yang saling bertukar dengan hangat. Tubuh mereka rapat, setiap inci kulit mereka bersentuhan tanpa penghalang sehelai pun. Archy melingkarkan lengannya di atas bahu Jo yang lebar dengan kedua telapak tangan menakup belakang kepala Jo."Jo," bisik Archy dengan nada memohon."Sayangku." jawab Jo dengan mata sayu.Archy menyaksikan hidung serta bibir Jo mendarat di bahunya, menyusuri setiap inci tengkuk cantik itu dengan rambut tersibak. Jemari Jo yang besar menakup kedua dada indah Archy dan memberikan kehangatan yang Archy dambakan. Tak ada amarah atau perasaan emosional, hanya ada perasaan menggebu-gebu diantara sepasang suami istri itu. Napas mereka tersengal-sengal, setiap sentuhan satu sama lain membuat keduanya mabuk kepayang."Kamu hangat, Jo." bisik Archy dengan leher mendongak.Jo tidak menjawab apa-apa. Lelaki itu menyelinap di balik lengan Ar
"Archy cantik sekali! Duh, wajah secantik ini ditangani oleh perias pengantin yang profesional tentu kamu jadi terlihat lebih cantik lagi. Nathan pasti lemas melihat calon istrinya yang sangat cantik!" Bu Fatma, pengasuh Archy sejak kecil itu tersenyum ke arah Archy sambil merapikan gaun yang dikenakan gadis itu.Archy mengulas senyum sambil memandang pantulan dirinya di depan cermin. Ia tidak menyangka bila hari itu adalah hari teralisasinya pernikahan antara ia dengan Jonathan sang kekasih. Archy adalah seorang Designer pakaian yang cukup terkenal, lewat profesi itulah ia kenal dengan salah satu owner Perusahaan fashion kelas atas bernama Jonathan.Pertemuan mereka singkat hingga akhirnya saling jatuh cinta dan langsung memutuskan menikah di anniversary mereka yang ke dua tahun. Semuanya berjalan lancar, kedua pihak keluarga juga mendukung semua keinginan mereka hingga tiba di hari bahagia tersebut.Archy tidak bisa menggambarkan bagaimana bahagianya ia pada hari itu. Jonathan adala
Jo benar-benar memangkas rambut Doranya itu hingga sedikit cepak, hanya menyisakan helaian rambut panjang yang jatuh di area poni hingga hair stylish menatanya menjadi lebih basah dan rapi. Tubuh tinggi tegap itu memakai tuxedo rancangan Archy sendiri khusus untuk Nathan. Namun, entah mengapa Archy merasa Jo jauh lebih gagah dalam balutan pakaian yang ia rancang tersebut."Tuan Jo gagah sekali, apa anda seorang model profesional?" tanya salah satu penata rias yang membantu memasangkan pakaian Jo.Jo menaikan satu alis sambil menatap dirinya sendiri dalam cermin besar. Ia nampak menaikan sudut bibirnya sambil mendesah pelan."Tidak, aku bukan yang seperti anda katakan." tutur Jo sambil mematut dirinya."Memang kalian berdua ini kembar dan sama-sama tampan. Sungguh beruntung wanita yang mendapatkan kalian berdua."Archy mendengar itu semua dengan sebal. Beruntung apanya? Ini seperti sebuah drama di mana ia harus menikahi lelaki yang tidak ia inginkan! Tentu semuanya bukan drama, melaink
"Jo ... tunggu napa? Aku pake gaun panjang nih, susah jalannya!" Archy mengeluh sambil mengikuti langkah kaki Jo yang terasa sangat cepat meninggalkannya. "Mana pake high heels, susah banget buat jalan tahu!"Jo berbalik dan memandang Archy dengan tatapan datar. Ia bisa melihat pengantinnya itu berjalan pelan sekali sambil menarik-narik gaun panjangnya. Jo mendesah pelan, perlahan ia berjalan mendekati Archy dan membantu gadis itu mengangkat gaun."Lagian kenapa cewek ribet-ribet sih? Udah tahu susah masih aja dipake baju megar kayak gini." Jo mengomel sambil mengangkat gaun tersebut. "Lain kali suruh orang, jangan nyuruh gue.""Ih jahat banget sih? Lagian cuma bantu ngangkatin gaun kok kayak dimintai tolong bikin candi?" Archy mendengus kesal. "Ya udah gue jalan sendiri!""Oh ya udah."Jo langsung melepaskan gaun itu dan berjalan duluan tanpa tedeng aling-aling. Dasar manusia kardus! Archy ingin sekali menendang Jo hingga lelaki itu minta ampun kepadanya. Enteng sekali ia berbuat sep
"Jo kamu ngapain Archy sampe pingsan gini sih?! Mana enggak pake baju, pasti kamu paksa ngapa-ngapain ya?!" Mama yang membantu menyadarkan Archy langsung mengomeli putranya saat melihat kondisi Archy."Dih Mama, aku gak nafsu kali sama dia. Tuh lihat, gara-gara cicak nempel di gaunnya dia langsung kerasukan reog!" Jo membela diri sambil menunjukan plastik bening berisi cicak. "Lagian rumah sebagus ini kok bisa ada cicak?""Ya emangnya rumah bagus gak boleh ada cicak? Makannya diam di rumah lebih lama, kamu keluyuran terus travelling jadi gak tahu keadaan rumah."Jo hanya diam mendengar perkataan sang Mama. Bukan tanpa alasan mengapa ia memilih berkeliling dunia daripada mengurus perusahaan yang menjadi privillage dari sang Ayah. Namun, ada sakit yang tidak bisa ia jelaskan, ada perasaan pribadi yang juga tidak bisa ia ungkapkan karena takut menyinggung banyak pihak. Karena itu Jo memilih diam selama ini daripada banyak bicara."Archy, kamu enggak apa-apa nak?" Mama langsung memegang p
Archy mendapati Jo menghilang pagi itu. Ah, pasti lelaki itu sudah mandi dan meninggalkannya lebih dulu. Archy menggosok matanya dan merasakan kepala yang masih terasa pusing. Seharusnya ia bangun lebih pagi supaya tidak ditinggalkan.Akan tetapi saat Archy bangun dari tempat tidur, ia terkejut melihat Jo di dekat televisi tengah push up dengan mengenakan celana boxer dan bertelanjang dada. Otomatis Archy langsung berteriak seperti meneriaki maling."Chy? Berisik anjir lo malah teriak-teriak." Jo mulai kesal dengan Archy yang selalu membuat keributan.Jo mendekat ke arah Archy dan membungkam bibir Archy. Diperlakukan begitu Archy malah makin menjadi, ia kemudian menendang tepat di arah kemaluan Jo hingga lelaki itu mengaduh kesakitan."Chy, lo jahat banget jadi orang! Aduh." Jo mengaduh sambil memegangi masa depannya itu dalam keadaan membungkuk."Suruh siapa gak pake baju?! Mau pamer body atau gimana sih? Situ bukan idol." Archy mendengus kemudian menyambar handuk. "Keluar, aku mau m
Keluarga besar Jo ternyata banyak sekali. Archy lumayan pusing mengingat nama-nama yang berada di sekitarnya tersebut, apalagi ia canggumg dan sendirian. Tidak ada Nathan di sana sehingga Archy harus mandiri menghadapi beragam sanak saudara dari Jo."Duh ayune Archy ini, Nathan itu jago sekali mencari istri." Komentar salah satu Bibi Nathan di kediaman tersebut. "Sama Jo juga cocok kok."Jo mendengar itu semua sambil makan pudding, ia tiba-tiba batuk mendengarkan komentar Bibinya tersebut."Jangan mentang-mentang kita kembar jadi dianggap cocok ama ni mahluk." Jo mendengus jijik, seolah melihat sosok yang sangat mengerikan.Archy mendelikan matanya, kurang ajar sekali preman ini! Memang Archy apa sehingga ia dikatai mahluk? Ya memang benar dirinya adalah mahluk bumi, tapi kenapa harus disebut mahluk segala sih?"Diem ya Jo, gue juga enggak mau sama lo. Gak usah sok paling ganteng deh, lo juga bukan selera gue." Archy mendesis."Oh ya? Masa? Kan lo sukanya ama Nathan, berarti selera lo
Sepanjang perjalanan pulang Archy dan Jo tidak saling bicara. Malas sekali rasanya bicara pada manusia menyebalkan macam Joseph! Archy lebih baik bungkam daripada harus bicara pada Jo.Archy meraih botol thai tea kesukaannya. Ia hendak membuka tutup botol minum itu dengan sekuat tenaga, akan tetapi nihil, entah mengapa botol thai tea itu tidak mau terbuka di tangannya. Archy melirik Jo yang tengah menyetir, masa ia harus minta tolong? Gengsi!"Ah tar lagi." Archy menaruh kembali botol thai teanya.Jo melirik ke arah Archy, ia berdeham kemudian fokus ke arah jalanan."Kenapa? Mau minta dibukain?" tanya Jo."Enggak usah, ngerepotin. Entar lo ngomel." Archy melipat tangan di atas perut."Dih, mau dikasih bantuan malah ketus. Ya udah gak akan gue tolongin, biar lo haus aja sampe rumah. Mana masih jauh, rasain." Jo menyeringai sambil terus menyetir.Archy jadi kesal pada dirinya sendiri. Kenapa minta tolong seperti itu saja dirinya harus gengsi segala sih? Lagipula Archy tidak minta uang at