Mereka sedang berada di kamar Mentari sekarang. Selesai makan malam tadi mereka memutus kan untuk menonton drama korea secara meraton malam ini. Karena besok libur kuliah jadi mereka bisa bangun siang.
" wah... lee min ho gateng banget, gue mencium bau-bau calon suami gue" ucap Mila heboh.
Mentari menggelengkan kepalanya.
"Mimpi" ucapnya dengan melempar kulit kacang ke Mila."Ye.. namanya juga jodoh siapa yang tau"
"Iya in aja lah.." ucap Mentari.
"Hhehhe gitu dong. sebagai teman, lo itu harus nya mendo'a kan" ujar Mila dengan menampilkan deretan giginya.
"Ya ya ya ya" ujar Mentari malas.
Akhirnya mereka fokus menonton setelah perdebatan kecil tadi. Tapi sesekali juga mengomentari adegan yang ada di drama tersebut.
Baru menonton separuh episode, mereka di kejutkan dengan kehadiran seseorang yang membuka pintu kamar Mentari.
Mentari melebarkan matanya terkejut. Sementara Mila sama terkejutnya dengan Mentari.
Pria itu melihat ke arah mereka sekilas, lalu dia berjalan masuk dengan santai nya.
Kemudian duduk di sebelah Mentari dengan wajah datarnya.
Mila menyenggol lengan Mentari dengan sikutnya.
"Siapa?" Tanyanya dengan berbisik.Mentari menggaruk kupingnya bingung mau jawab apa. Lagian kenapa Benji kerumahnya, bukanya kemarin udah dia bilang jangan kesini lagi.
Sementara Benji duduk dengan santai tanpa merasa bersalah.
"Mm bentar ya Mil.." ujar Mentari ke pada Mila.
Dia menarik tangan Benji keluar dari kamarnya. Dia menariknya hingga ke bawah.
"Kakak ngapain sih kesini?" Tanyanya setelah melepaskan tangan Benji.
Benji tidak menjawab pertanyaan Mentari, dia melah pergi berjalan ke dapur.
Mentari menghembuskan napas kesal. Apa sebenarnya mau seniornya ini.
Dengan kesal dia mengikuti Benji ke dapur. Dan melihat pria itu yang sudah duduk di meja makan.
"Kak dengar nggak sih, di sini itu ada teman aku" ujar Mentari.
"Terus kenapa kalau ada dia?"
"Ya kan udah aku bilang nggak boleh masuk ke sini sembarangan"
Brak..
Benji memukul meja dengan keras. Membuat Mentari terlonjat kaget.
Kemudian dia berdiri dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Mentari. Mentari memundurkan langkahnya saat Benji semakin mendekat.
Mentari sudah tidak bisa mundur lagi karena terhalang oleh meja yang ada di belakangnya.
Benji mengurung tubuh Mentari dengan kedua tangannya, yang bertumpu pada meja di belakang gadis itu.
Jarak mereka sangat dekat sekarang. Mentari memalingkan wajahnya tidak mau menatap ke arah Benji.
"Gue udah bilang gue nggak suka di atur-atur" Benji menggeram kesal.
"Lihat gue kalau gue lagi ngomong" Benji meninggi kan suaranya.
Mentari melihat ke arah Benji dengan takut-takut. Matanya sudah bekaca-kaca.
Entah mengapa Benji menjadi tidak tega melihatnya.
"Gue juga masih marah sama lo, jadi jangan pura-pura bego" ucapnya sedikit menurunkan suaranya, walau masih menatap Mentari dengan tajam."M.. maaf" ucap Mentari lirih.
"Gue nggak perlu maaf lo ,sekarang usir temen lo. gue mau tidur di sini." perintah nya tak menerima bantahan.
Menatri menggelengkan kepalanya
"Nggak ini udah malam, aku nggak akan biarin Mila pulang malam -malam begini""Yang harusnya pulang itu kamu" Mentari ingin sekali meneriakan kata-kata itu. Namun sayang dia tidak berani, dan hanya bisa mengucapkan dalam hati saja.
"Gue bakal suruh supir ngantar dia, kalau lo takut dia kenapa-napa" putus Benji, dan kemudian berjalan ke atas menuju ke kamar Mentari untuk menghampiri Mila.
Mentari segera mengejar Benji
"Kak jangan aku mohon.." dia mencekal pergelangan tangan Benji."Terus sekarang mau lo apa?" Tanya Benji.
"Aku mau kamu yang pergi" lagi-lagi batin Mentari mengatakan itu.
"Ck lama" ucap Benji kesal saat melihat Mentari malah diam saja.
"Oke oke, gini aja gimana kalau malam ini biar aja Mila tidur sini dan kakak yang pulang" ujar Mentari.
"Udah gue bi..."
"Nggak tunggu dulu, tapi malam berikutnya kakak boleh ke sini kapan pun kakak mau" ucap Mentari.
Benji menganggukan kepalanya
"Oke gue pengang omongan lo" ujar Benji setuju.Mentari menganggukan kepalanya pelan.
"Yaudah gue pergi " ucap Benji.
Mentari mengacak rambutnya prustasi.
"Bodoh bodoh bodoh.." ucapnya.Itu sama saja dia mengizin kan Benji ke rumahnya setiap hari.
Udahlah itu di pikir nanti saja, yang penting sekarang pria itu sudah pergi dari rumahnya.
"Bagus bagus.." ucap Mila dengan menyilangkan kedua tanganya di depan dada.
Gadis itu menatap Mentari penuh curiga.
"Jadi ini Tar kelakuan lo, ngajak cowok kerumah malam-malam" omelnya seperti ibu-ibu yang memarahi anak gadisnya karena ke tahuan pacaran.Mentari menghembuskan napas lelah. Dia bingung harus bilang apa ke Mila tentang Benji.
"Siapa tu cowok?,
pacar baru lo?,mana dia sekarang pulang karena ada gue?" Mila menghujani Mentari banyak pertanyaan."Dan oh astaga... lo ngasih kunci rumah lo kedia makanya dia bisa masuk, padahal rumah udah di kunci" Mila terus saja nyerocos.
Mentari semakin pusing di buatnya. Dia berjalan masuk ke kamar melewati Mila begitu saja.
Mila menyusul mentari masuk. Lalu dia memegang kening mentari.
"Astagfirulloh tar sadar lo sadar" ujar Mila heboh dengan menekan kening Mentari, seperti Mentari kesurupan karena memasukan pria ke rumah.Mentari menepis tangan Mila
"Apa sih Mil nggak gitu..""Lah terus apa makanya cerita, dia pasti udah biasa kesini kan?"
Mentari menggaruk kupingnya bingung.
"Apa ih lo buat gue makin curiga"
Akhirnya Mentari menceritakan semuanya. Jujur dia tidak bisa bohong ke Mila.
"Tuh cowok ganteng-ganteng serem banget njir..." ujar Mila setelah mendengar cerita dari Mentari."Ya udah pokoknya gue bakal tidur disini sampai nyokap lo pulang" putus Mila.Mentari menganggukan kepalanya setuju. Kalau Mila disini Benji pasti tidak akan kesini."Tapi nanti lo juga harus cerita sama nyokap lo""Mmm nggak deh kayak nya Mil, aku nggak mau masalah nya tambah panjang nanti." Ujar Mentari, Dia juga nggak mau membuat ibunya kawatir." gimana sih lo harus cerita biar ibu lo tau.." ujar Mila tak terima."Percuma Benji itu orangnya nekat, lagian aku juga nggak mau buat ibu kepikiran" ujarnya, bahkan selama ini ibunya tidak tau kalau dia sering di bully."Lagian juga Benji nggak pernah nyelakaain aku paling bentak-bentak doang" lanjutnya.Mila memicingkan matanya menatap Mentari curiga."Apa?" Tanya Mentari."Jangan bilang lo suka sama dia iya kan, Makanya lo belain dia" Mila menunjuk-nunjuk wajah Me
Mentari terjaga dari tidurnya saat merasakan tangan seseorang mengelus wajahnya.Saat membuka mata dia melihat wajah Benji tepat berada di atasnya."Astaga" kagetnya dengan mendorong dada Benji agar menjauh.Dia segera mengubah posisinya menjadi duduk. Dia lupa kalau semalam Benji tidur di sini.Dan bodohnya dia malah ketiduran jadi lupa buat pindah tidur di sopa." ck biasa aja, kayak liat hantu" ucap Benji sinis.Pria itu segera memakai kaosnya dan mengambil jaket nya.Lah sejak kapan Benji tidak memakai bajunya, Mentari meihat kebawah ah untung ternyata dia masih memakai bajunya."Gue nggak sebejat itu kali" ujar Benji yang mengetahui isi pikiran Mentari.Mentari melihat keluar jendela hari masih gelap. Lalu dia melihat jam di meja, pantes aja gelap masih jam tiga pagi bantinya."Gue pulang" ujar Benji dengan melangkah ke jendela."Kenapa nggak dari semalam" batin Mentari.Dia mengikuti benji, pen
Mentari terus tersenyum senang karena sudah seminggu Benji tidak lagi kerumahnya.Mana katanya punya seribu tangga, baru di buang satu aja udah nggak datang lagi.Tapi bagus itu artinya rencananya berhasil, bukan cuma tak kerumahnya di kampus pun dia tidak pernah melihat Benji. Ah udah lah itu juga bukan urusan dia."Hello sepada, Mila cantik datang ni..." triak Mila dari luar.Mentari menggelengkan kepalanya saat gadis itu masuk dengan cengiran khasnya.tuhan itu maha adil orang cantik pasti ada kurangnya."Tar lo lihat nih apa yang gue bawa" ujarnya dengan berjalan menuju ranjang.Mila membuka kantong belanjaan yang dia bawa."Taraa..." ucapnya heboh dengan menujukan gaun cantik berwarna biru muda.Gaun selutut dengan rok yang mengembang, terus bagian bahu yang sedikit terbuka."Bagus nggak? "Tanya Mila.Mentari menganggukan kepalanya setuju."Nah tu kan, udah gue duga lo pasti suka.."&nb
Mentari masuk kedalam salah satu bilik toilet dia menumpah kan tangisnya di sana.Dia memukul-mukul dadanya kenapa masih sangat sakit saat melihat pria itu, kenapa juga dia menangis.Semua kenangan pahit yang dulu pernah dia rasakan kembali terulang di dalam pikiranya.Seharusnya dia memang tidak datang kesini tadi, karena pasti pria itu akan datang juga.Tangis Mentari semakin pecah mungkin saja orang di luar sana bisa mendengar suara tangsinya."Nggak.., nggak" ucapnya dengan menggelengkan kepalanya."Aku nggak boleh kayak gini" ujarnya dengan menghapus air mata yang ada di pipinya.Dia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskanya. Berusaha menenangkan dirinya sendiri."Pria itu sudah tidak penting lagi, cukup pura-pura tidak tau itu saja" ujarnya masih sesegukan.Dia menghapus air matanya yang masih saja keluar.
Mentari menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang, dia menatap langit-langit kamarnya.Kenapa mereka harus bertemu lagi. Dia tersenyum kecut, saat mengingat kata-kata pria itu. maaf katanya, bukanya sudah sangat terlambat untuk di ucapkan.Dia memejam kan matanya rasanya sangat lelah, tidak mau mengingatnya lagi.***Mentari baru saja menyelesaikan kuliahnya, hari ini badanya sangat lesu bahkan pagi tadi dia malasuntuk pergi kuliah.Sudah berkali-kali dia menghembukan napas lelah."Ikut gue" ucap seseorang dan langsung menarik tangan Mentari."Lah mau kemana kak" ujar Mentari kaget. Saat Benji tiba-tiba menarik tanganya.Mentari berusaha melepaskan tanganya."Ih lepasin.." ucapnya,Namun percuma tenaga Benji jauh lebih kuat darinya. Yang ada tanganya jadi tambah sakit.Benji tak peduli dia terus menarik tangan
Hari sudah beranjak malam Mentari masih berada di apartemen Benji, pria itu tidak memperbolehkanya pulang. Pintu di kunci olehnya sehingga Mentari tidak bisa keluar.Dia di biar kan duduk sendirian di sofa, sementara Benji sibuk di ruang kerjanya sedari siang tadi.Terus ngapain dia di sini, perutnya sudah sangat lapar dia hanya makan mie tadi siang. Dan belum makan lagi sampai sekarang.Ting... tong...Suara bel membuyarkan pikiran Mentari. Dan tak lama Benji keluar dari ruang kerjanya."Mandi sana di kamar tamu, di sana juga ada baju ganti" suruh Benji dengan melewati Mentari."Nggak aku mau pulang" ucap Mentari dengan berdiri, ini kesempatanya untuk bisa keluar. saat Benji membuka pintu dia akan langsung berlari keluar."Mandi gue bilang" Benji menaikan nada bicaranya dan menatap Mentari tajam."Gue patahin kaki lo kalau sampai berani k
Benji meraih tubuh Mentari ke dalam pelukanya, walau gadis itu terus menolak. "Hiks.. hiks... aku mohon jangan giniin aku" ujar Mentari dengan terus menangis. Dia sangat kesal ketika Benji membentak dan memarahinya. "Maaf gue nggak tau mau ngomong apa, tapi yang jelas gue serius sama lo gue harap lo bisa buang semua pikiran buruk tentang gue. Karena gue sedikit pun nggak ada niat buat nyakitin lo, dan jangan suruh gue buat jauhin lo" ujar Benji tulus. Bagaimana cara nya dia bisa menjauhi orang yang dia sukai. Mentari terdiam di pelukan Benji dia, masih tak percaya dengan ucapan Benji. Dia menggelengkan kepalanya"Nggak nggak mungkin" ujarnya dengan berusaha mendorong dada Benji. Mentari nggak percaya kalau Benji menyukainya, nggak mungkin lelaki seperti Benji bisa menyukai perempuan seperti dia. Bukan bermaksud untuk merendahkan dirinya sendiri,
Sampai kapan lo mau diem, nanti bisu beneran baru tau rasa"ujar Benji karena sedari di rumahnya sampai sekarang udah di mobil, Mentari masih diam saja.Mentari tak peduli dia tetap mengacuh kan Benji. Dia terus memandang ke luar jendela. Tapi syukur Benji mau mengantarnya pulang tanpa harus dia guling-gulingan dulu."Jangan buat gue marah" ucap Benji serius, wajahnya kembali datar.Mentari menelan ludahnya susah payah. Dia sangat takut kalau Benji sudah begini."Lihat gue sekarang" perintah Benji.Mentari menoleh kan wajah nya perlahan ke arah Benji. Benji menatapnya tajam."Gue udah bilang cukup jadi pacar yang penurut itu aja yang gue minta sama lo, apa itu susah?" Tanya Benji geram."Tapi aku juga nggak mau..""GUE NGGAK MINTA JAWABAN LO" bentak Benji dengan memotong ucapan Mentari.Mentari terperanjat kaget matanya sud