"Tuh cowok ganteng-ganteng serem banget njir..." ujar Mila setelah mendengar cerita dari Mentari.
"Ya udah pokoknya gue bakal tidur disini sampai nyokap lo pulang" putus Mila.
Mentari menganggukan kepalanya setuju. Kalau Mila disini Benji pasti tidak akan kesini.
"Tapi nanti lo juga harus cerita sama nyokap lo"
"Mmm nggak deh kayak nya Mil, aku nggak mau masalah nya tambah panjang nanti." Ujar Mentari, Dia juga nggak mau membuat ibunya kawatir.
" gimana sih lo harus cerita biar ibu lo tau.." ujar Mila tak terima.
"Percuma Benji itu orangnya nekat, lagian aku juga nggak mau buat ibu kepikiran" ujarnya, bahkan selama ini ibunya tidak tau kalau dia sering di bully.
"Lagian juga Benji nggak pernah nyelakaain aku paling bentak-bentak doang" lanjutnya.
Mila memicingkan matanya menatap Mentari curiga.
"Apa?" Tanya Mentari.
"Jangan bilang lo suka sama dia iya kan, Makanya lo belain dia" Mila menunjuk-nunjuk wajah Mentari.
"Bukan gitu aku nggak mau kalau ibu aku kepikiran oke, jadi aku mohon jangan bilang ke ibu?"ujar Mentari dengan memegang tangan Mila.
Mila menghembuskan npasnya.
"Oke, tapi nanti kalau ada apa-apa lo langsung hubungi gue" ucap Mila."Oke aku janji.." ujar Mentari dengan mengangkat jarinya membentuk hurup v.
"Ya udah sekarang kita tidur aja gue udah nggak mood nonton" ujar Mila dengan merebahkan tubuhnya.
Mentari menganguk dan ikut berbaring di sebelah Mila.
"Gila tu cowok tengah malam dong dia kesini" ucap Mila masih tak terima. Jujur dia takut kalau sampai Mentari kenapa-kenapa.
Mentari tersenyum dia senang Mila sangat peduli panda nya.
****
Hari ini ibu nya sudah pulang dan Mila juga memutus kan untuk pulang ke rumahnya tadi pagi.
Dia sekarang sedang menonton tv bersama ibunya. Jarang-jarang mereka bisa begini.
"Gimana kuliah kamu?" Tanya ibunya.
"Baik-baik aja bu..."
Ibunya menganggukan kepala
"Kamu tu sekarang udah dewasa, nggak ada salahnya kalau pakai make up, dan itu juga skin care yang ibu beliin kenapa nggak pernah kamu pake?""Aduh ibu... Tari kan udah bilang kalau Tari nggak suka" ujar Mentari, karena ibunya selalu saja membelikan banyak make up, padahal dia nggak suka.
"Kamu ini gimana sih ibu kan udah bilang kalau perempuan itu harus merawat diri. dan juga nggak usah pakek kaca mata, kan mata kamu baik-baik aja nggak sakit"
"Mentari nyaman begini bu.."
"Ya... ibu tau, tapi kan nggak ada salahnya merubah sedikit. Kamu mau di tinggal lagi kayak dulu karena kurang cantik" ucap Mira bukan bermasuk jahat pada putrinya. Tapi dia hanya ingin Mentari berubah jadi lebih baik saja.
Mentari terdiam mendengar ucapan ibunya.
"Kalau dia suka pasti bisa menerima apa adanya" ujar Mentari kemudia beranjak pergi meninggal kan ibunya."Yah kan ngambek kamu.." ucap Mira dan mengikuti putrinya itu.
"Tari kamu tau kan ibu mau yang terbaik buat kamu.." ujar Mira dengan mengelus bahu Mentari.
"Iya ibu Tari tau.. tapi Tari nyaman nya begini"jelas nya.
"Ya udah ibu nggak akan maksa lagi, sekarang mendigan bantuin ibu buat makan malam aja yuk" ujar Mira tak mau terlalu menekan putrinya.
Mentari menganggukan kepalanya. Mereka pun segera pergi kedapur.
Setelah selesai makan malam dan mengobrol dengan ibunya. Mentari segera masuk ke kamarnya dia merasa sangat ngatuk.
"Astaga.."kagetnya saat melihat Benji sudah berada di kamarnya.
Benji tiduran di ranjangnya dengan memain kan handphonenya.
"Lah kakak ngapain di sini.." ujarnya dengan panik.
"Pergi nggak ada ibu aku di rumah" dia menarik tangan Benji untuk turun dari ranjangnya. Namun sia-sia pria itu bahkan tidak bergerak.
"Lo lupa sama janji lo kemarin" ucap Benji.
"Ya tapi kan ada ibu jadi.."
"Pokoknya gue pegang omongan lo yang kemaren, lo tau kan kalau janji itu adalah hutang" potong Benji.
Tok..tokk
"Tari ada siapa itu kok ada suara cowok?" Ujar ibu Mentari dari luar.
Mentari gelagapan gawat kalau ibunya tau.
"Ah.. bukan apa-apa bu tari lagi nonton drama" teriaknya dari dalam."Oh iya udah nontonya jangan malam-malam besok kan kamu kuliah pagi.."
"Iya bu.." Mentari bernapas lega untung ibunya percaya.
Dia melihat ke arah Benji dengan kesal. lelaki itu terlihat santai seolah tak terjadi apa-apa.
"Sini.." ujar Benji dengan menarik tangan Mentari agar gadis itu ikut berbaring di sebelahnya.
Mentari limbung dan jatuh di sebelah Benji. Dia berusaha melepaskan pelukan Benji di tubuhnya.
"Ih lepasin.." ujarnya namun gagal pelukan Benji sangat erat.
"Sssttt bisa diam nggak lo, lo mau ibu lo dengar. Kalau gue sih seneng-seneng aja biar kita di grebek terus di nikahin" ucap Benji dengan tersenyum miring.
"Gila.."
"Emang itu julukan gue cowok gila yang tampan dan kaya" ujar Benji dengan pd nya.
"Ih kepedean." Ujar mentari aneh kenapa malam ini Benji terlihat berbeda jadi banyak bicara.
"Gue males lihat orang yang begitu, hanya menilai orang dari fisik dan materi" ujar Benji mulai tidak nyambung. Walaupun Mentari setuju akan hal itu .
"Itu katanya kaya, emang nggak punya rumah sampai harus tidur di rumah orang" sindir Mentari.
"Punya, lo mau ke rumah gue?" Tanya Benji dengan menatap mentari serius.
"Ih enggak ngapain" tolak Mentari.
"Ya ngapain kek ngepel, nyapu, apa masak gitu"
"Enak aja emang aku pembantu."
Benji tertawa mendengar ucapan Mentari.
Mentari termenung melihatnya baru kali ini dia melihat benji tertawa. Sangat tampan batinya.
"Jangan lihatin gue gitu ntar lo suka lagi" goda Benji.
Mentari segera memaling kan wajahnya. Berusaha menutupi rasa malu.
Cup
Mentari melebarkan matanya saat merasaka benji menyium keningnya.
"Udah mendingan tidur besok lo kesiangan lagi, nanti ibu lo marah."
"Ya tapi lepasin dulu aku mau tidur di sofa aja" ujar Mentari jujur dia tidak nyaman di posisi seperti ini.
"Tidur gue bilang" Benji menatap mentari tajam. Wajahnya berubah sudah tidak seramah tadi.
Membuat Mentari merasa takut. Akhirnya mentari memilih memejamkan matanya dari pada harus mendapat amarah Benji.
Nanti saja ketika pria itu sudah tidur dia akan pindah.
Mentari terjaga dari tidurnya saat merasakan tangan seseorang mengelus wajahnya.Saat membuka mata dia melihat wajah Benji tepat berada di atasnya."Astaga" kagetnya dengan mendorong dada Benji agar menjauh.Dia segera mengubah posisinya menjadi duduk. Dia lupa kalau semalam Benji tidur di sini.Dan bodohnya dia malah ketiduran jadi lupa buat pindah tidur di sopa." ck biasa aja, kayak liat hantu" ucap Benji sinis.Pria itu segera memakai kaosnya dan mengambil jaket nya.Lah sejak kapan Benji tidak memakai bajunya, Mentari meihat kebawah ah untung ternyata dia masih memakai bajunya."Gue nggak sebejat itu kali" ujar Benji yang mengetahui isi pikiran Mentari.Mentari melihat keluar jendela hari masih gelap. Lalu dia melihat jam di meja, pantes aja gelap masih jam tiga pagi bantinya."Gue pulang" ujar Benji dengan melangkah ke jendela."Kenapa nggak dari semalam" batin Mentari.Dia mengikuti benji, pen
Mentari terus tersenyum senang karena sudah seminggu Benji tidak lagi kerumahnya.Mana katanya punya seribu tangga, baru di buang satu aja udah nggak datang lagi.Tapi bagus itu artinya rencananya berhasil, bukan cuma tak kerumahnya di kampus pun dia tidak pernah melihat Benji. Ah udah lah itu juga bukan urusan dia."Hello sepada, Mila cantik datang ni..." triak Mila dari luar.Mentari menggelengkan kepalanya saat gadis itu masuk dengan cengiran khasnya.tuhan itu maha adil orang cantik pasti ada kurangnya."Tar lo lihat nih apa yang gue bawa" ujarnya dengan berjalan menuju ranjang.Mila membuka kantong belanjaan yang dia bawa."Taraa..." ucapnya heboh dengan menujukan gaun cantik berwarna biru muda.Gaun selutut dengan rok yang mengembang, terus bagian bahu yang sedikit terbuka."Bagus nggak? "Tanya Mila.Mentari menganggukan kepalanya setuju."Nah tu kan, udah gue duga lo pasti suka.."&nb
Mentari masuk kedalam salah satu bilik toilet dia menumpah kan tangisnya di sana.Dia memukul-mukul dadanya kenapa masih sangat sakit saat melihat pria itu, kenapa juga dia menangis.Semua kenangan pahit yang dulu pernah dia rasakan kembali terulang di dalam pikiranya.Seharusnya dia memang tidak datang kesini tadi, karena pasti pria itu akan datang juga.Tangis Mentari semakin pecah mungkin saja orang di luar sana bisa mendengar suara tangsinya."Nggak.., nggak" ucapnya dengan menggelengkan kepalanya."Aku nggak boleh kayak gini" ujarnya dengan menghapus air mata yang ada di pipinya.Dia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskanya. Berusaha menenangkan dirinya sendiri."Pria itu sudah tidak penting lagi, cukup pura-pura tidak tau itu saja" ujarnya masih sesegukan.Dia menghapus air matanya yang masih saja keluar.
Mentari menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang, dia menatap langit-langit kamarnya.Kenapa mereka harus bertemu lagi. Dia tersenyum kecut, saat mengingat kata-kata pria itu. maaf katanya, bukanya sudah sangat terlambat untuk di ucapkan.Dia memejam kan matanya rasanya sangat lelah, tidak mau mengingatnya lagi.***Mentari baru saja menyelesaikan kuliahnya, hari ini badanya sangat lesu bahkan pagi tadi dia malasuntuk pergi kuliah.Sudah berkali-kali dia menghembukan napas lelah."Ikut gue" ucap seseorang dan langsung menarik tangan Mentari."Lah mau kemana kak" ujar Mentari kaget. Saat Benji tiba-tiba menarik tanganya.Mentari berusaha melepaskan tanganya."Ih lepasin.." ucapnya,Namun percuma tenaga Benji jauh lebih kuat darinya. Yang ada tanganya jadi tambah sakit.Benji tak peduli dia terus menarik tangan
Hari sudah beranjak malam Mentari masih berada di apartemen Benji, pria itu tidak memperbolehkanya pulang. Pintu di kunci olehnya sehingga Mentari tidak bisa keluar.Dia di biar kan duduk sendirian di sofa, sementara Benji sibuk di ruang kerjanya sedari siang tadi.Terus ngapain dia di sini, perutnya sudah sangat lapar dia hanya makan mie tadi siang. Dan belum makan lagi sampai sekarang.Ting... tong...Suara bel membuyarkan pikiran Mentari. Dan tak lama Benji keluar dari ruang kerjanya."Mandi sana di kamar tamu, di sana juga ada baju ganti" suruh Benji dengan melewati Mentari."Nggak aku mau pulang" ucap Mentari dengan berdiri, ini kesempatanya untuk bisa keluar. saat Benji membuka pintu dia akan langsung berlari keluar."Mandi gue bilang" Benji menaikan nada bicaranya dan menatap Mentari tajam."Gue patahin kaki lo kalau sampai berani k
Benji meraih tubuh Mentari ke dalam pelukanya, walau gadis itu terus menolak. "Hiks.. hiks... aku mohon jangan giniin aku" ujar Mentari dengan terus menangis. Dia sangat kesal ketika Benji membentak dan memarahinya. "Maaf gue nggak tau mau ngomong apa, tapi yang jelas gue serius sama lo gue harap lo bisa buang semua pikiran buruk tentang gue. Karena gue sedikit pun nggak ada niat buat nyakitin lo, dan jangan suruh gue buat jauhin lo" ujar Benji tulus. Bagaimana cara nya dia bisa menjauhi orang yang dia sukai. Mentari terdiam di pelukan Benji dia, masih tak percaya dengan ucapan Benji. Dia menggelengkan kepalanya"Nggak nggak mungkin" ujarnya dengan berusaha mendorong dada Benji. Mentari nggak percaya kalau Benji menyukainya, nggak mungkin lelaki seperti Benji bisa menyukai perempuan seperti dia. Bukan bermaksud untuk merendahkan dirinya sendiri,
Sampai kapan lo mau diem, nanti bisu beneran baru tau rasa"ujar Benji karena sedari di rumahnya sampai sekarang udah di mobil, Mentari masih diam saja.Mentari tak peduli dia tetap mengacuh kan Benji. Dia terus memandang ke luar jendela. Tapi syukur Benji mau mengantarnya pulang tanpa harus dia guling-gulingan dulu."Jangan buat gue marah" ucap Benji serius, wajahnya kembali datar.Mentari menelan ludahnya susah payah. Dia sangat takut kalau Benji sudah begini."Lihat gue sekarang" perintah Benji.Mentari menoleh kan wajah nya perlahan ke arah Benji. Benji menatapnya tajam."Gue udah bilang cukup jadi pacar yang penurut itu aja yang gue minta sama lo, apa itu susah?" Tanya Benji geram."Tapi aku juga nggak mau..""GUE NGGAK MINTA JAWABAN LO" bentak Benji dengan memotong ucapan Mentari.Mentari terperanjat kaget matanya sud
Mentari menelungkup kan wajahnya di meja, sambil menunggu mata kuliah pertamanya di mulai. matanya bengkak akibat kemarin dia terus menangis.Tak...Seseorang menendang meja Mentari.Mentari tak peduli dia tetap menelungkup kan wajahnya. Itu paling teman kelasnya yang sering menganggunya.Lebih baik dia tidak usah menghiraukan nya.Tak...Orang itu terus menendang meja Mentari."Eh cupu bangun lo jangan pura-pura tidur" ucap orang itu.Mentari tetap tak menggubris dia sangat hafal suara siapa ini. Itu suara Danu salah satu teman cowok di kelas nya yang sering menganggunya.Danu menarik kerah baju belakang Mentari. "Budeklo ya,gue bilang bangun" ujar Danu kesal.Mentari memegang lehernya yang sedikit tercekek karena ulah Danu, dia memperbaiki kaca matanya