"cium dong..." Ujar Benji dengan memajukan wajahnya ke depan muka Mentari.
Dari acara kejutan tadi, sampai sekarang Mentari masih terus mendiaminya. Bachtiar juga gitu.
Tadi Benji menitipkan Bachtiar dulu ke rumah mertuanya, dia harus membujuk Mentari dulu sekarang. Kalau masalah anaknya gampang, tinggal di beliin mainan aja nanti juga baik lagi.
"Tari..." Seru Benji, saat Mentari diam saja.
"Suaminya lagi ngomong juga, malah sibuk main handphone.." ujar Benji lagi.
Benji mengambil hp yang ada di tangan Mentari, lalu mengantongi nya.
Mentari menatap Benji dengan kesal.
"Makanya ngomong dulu..." Ucap Benji.
Mentari membuang mukanya, dia masih kesal sama Benji. Mentari mengambil laptopnya, biarin aja hp nya di ambil sama Benji. Dia masih bisa main game dan nonton di laptop.
Benji menghembuskan napasnya sabar. Dia ikut naik k
"aku takut banget rasanya hiks..." Ujar Mentari di sela tangisnya.Benji menjauhkan wajah Mentari dari lehernya. Wajah Mentari terlihat sembab, dan matanya juga bengkak.Jujur Benji tidak suka kalau melihat Mentari menangis, apalagi itu karena dirinya."Udah.." ucapnya dengan menghapus air mata Mentari."Aku terus berpikir buruk, aku bingung kenapa kakak begitu? Apa aku ada salah?" Ujar Mentari mengungkapkan semua unek-unek nya.Benji terus menghapus air mata Mentari yang keluar, dia diam saja membiarkan Mentari mengeluarkan semua isi hatinya."Aku takut kalau kakak ninggalin aku sama Bachtiar, terus aku harus gimana?" Ujar Mentari sedih."Nggak akan..." Jawab Benji tegas.Cup.Benji mengecup bibir Mentari."Udah ya.." ujarnya sekali lagi, dengan mengelus pipi Mentari."Ta
"turun dulu kaki gue kesemutan.." ucap Benji ke Mentari, akibat terlalu lama memangku Mentari."Lemah." Ucap Mentari pelan, dengan turun dari pangkuan Benji."Apa?" Ujar Benji, dia masih bisa mendengar ucapan Mentari."Nggak.." ujar Mentari dengan tersenyum semanis mungkin takut di amuk Benji. Karena sudah mengatainya.Sementara Benji nggak mau ambil pusing, dia meluruskan kakinya. Supaya kesemutan nya hilang."Kak gimana kalau kita ceritanya dengan duduk di sana aja" ajak Mentari dengan menunjuk sofa besar yang ada di dekat jendela kamar mereka.Mereka berdua biasanya duduk di sana kalau malam, terus lihat bintang-bintang.Mentari langsung berjalan ke sofa itu tanpa menunggu jawaban dari Benji."Wah... Banyak banget bintang nya..." Ujar Mentari dengan duduk di sofa itu.Tak lama Benji pun menyusul duduk di sana, saat kakinya sudah mendingan.Mau cerita aja, banyak Drama nya."Terus gimana?" Tanya Mentari t
"semakin gue perhatiin semakin gue tertarik sama lo.." ujar Benji melanjutkan ceritanya, nggak mau Mentari berlarut-larut dalam kesedihan nya.Mentari pun kembali mendengarkan cerita Benji."Walaupun lo sering di Jahatin, lo tetap semangat pergi kuliah, itu yang bikin gue salut. Lo tetap senyum setiap masuk ke kampus, dan walaupun sendirian gue ngelihat lo tetap bahagia, lo kayak punya dunia sendiri.." ujar Benji.Waktu itu tanpa sadar saat melihat Mentari tersenyum, Benji juga ikut tersenyum, seakan tertular."Akhirnya gue sadar, kalau ternyata kita sama, sama-sama sendirian dan kesepian. Lo sendirian karena di jauhi teman-teman lo, gue sendirian karena nggak mau dekat sama siapa pun.."Kala melihat Mentari dia seperti melihat dirinya sendiri, kesepian nggak punya teman. Tapi sebenarnya hidup mereka, nggak semenyedihkan itu. Mentari dan Benji sama-sama menikmati kesepian mereka. Karena itu membuat mereka tenang."Dari situ pula, gue m
Benji meraih tangan Mentari, lalu menggenggam nya erat. "Untuk orang yang pertama kali jatuh cinta, gue bingung sebenarnya mau bertindak bagaimana. Makanya akhirnya yang bisa gue lakuin cuma maksa lo buat jadi pacar gue.." ujar Benji melanjutkan ceritanya. Dia ingat banget waktu itu, dia memacari Mentari tanpa persetujuan Mentari, alias maksa. "Dan lo selalu nangis setiap gue deketin.." ujar Benji dengan tertawa lucu. Mentari pun ikut tertawa, dia takut banget sama Benji waktu itu. "Gue sempat mikir waktu itu, apa muka gue serem banget.." ujar Benji lagi. " Bukan serem, kakak tu ganteng. Cuma galak.." sanggah Mentari. "Kalau gue ganteng, kenapa lo nggak mau sama gue waktu itu?" Tanya Benji heran. "Ya... Karena aku nggak yakin kakak suka sama aku. Aku tu mikir kok bisa, orang kayak kakak, suka sama aku yang biasa aja.." ucap Mentari
Menghirup udara pagi yang sangat segar, Mentari sedang duduk di kursi yang ada di taman kampus sambil menunggu kelasnya di mulai.Dia tersenyum saat melihat sekelilingnya, sudah banyak mahasiswa yang sudah datang juga. Mereka asik bersenda gurau dengan teman mereka.Sementara dia hanya sendiri tidak punya satu orang pun di sisinya, kalau kalian tanya apakah dia kesepian?Jawabanya tidak karena dia memang sangat suka menyendiri, sunyi itu membuat nya merasa tenang, menikmati hidup tanpa harus terlibat masalah dengan orang lain.Tapi bukan berarti dia tidak punya teman sama sakali, dia punya teman dari kecil namanya Mila. Tapi mereka beda kampus jadi jarang bertemu.Mentari beranjak dari duduk nya karena sebentar lagi kelasnya akan di mulai.Buk..Seseorang melempar sampah tepat di hadapan Mentari."Eh lo buangin tu sampah" ucap orang itu seenaknya.Mentari menunduk dan mengambil sampah yang ada di dekat kakinya. Lalu dia
Kepala Mentari terus di penuhi kejadian di kantin tadi. Dia terus berpikir apa salahnya, Kenapa Benji bersikap begitu kepadanya. Setelah selesai makan Benji meninggal kan nya begitu saja tanpa sepatah kata pun."Mentari apa kamu mendengarkan saya?" tegur dosen yang sedang mengajar di kelasnya.Mentari terlonjat kaget"Ma.. maaf pak" ucapnya. Semua orang menatap ke arahnya sekarang."Lebih baik kamu keluar""Ta.. tapi pak""Keluar saya bilang""Iya pak.. maaf saya permisi" ujarnya setelah selesai membereskan barang-barang nya.Mentari merutuki kebodohanya sendiri, kenapa bisa-bisanya dia melamun di kelas.Dia berjalan keluar kampus, untuk menunggu angkot. Lebih baik dia pulang saja dulu.Mentari masuk kedalam rumahnya yang sepi tak ada satu orang pun di sana. Bukan cuma di kampus tapi di rumah pun dia selalu sendirian.Ibunya selalu sibuk bekerja dan jarang pulang, sedang kan ayah
Mantari meletakan nasi goreng di hadapan Benji. Yang sudah duduk di meja makan untuk menunggunya.Benji langsung menyatap makanan itu, mereka pun sibuk dengan makanan masing-masing."Kakak ngapain kesini?" Tanya Mentari lagi setelah menyelesaikan makan nya."Ngapelin cewek gue" ucap Benji santai dengan menaruh gelas yang dia pegang.Mentari mengerutkan keningnya."Siapa?" Tanyanya bingung."Nenek lo" jawab Benji kesal."Tapi nenek aku udah meninggal" jawab Mentari polos.TakBenji memukul kepala Mentari dengan sendok."Aw.." ringis Mentari dengan memegang dahinya."Gue pulang " ujar Benji dan berlalu pergi.Mentari menyipit kan matanya melihat Benji pergi begitu saja."Dasar aneh" gumanya.Tak lama terdengar suara mobil yang meninggal kan halaman rumahnya."Dari mana dia tau rumah aku ya?"Menolognya."Terus ngapain ke sini aneh" sambungnya lagi.Mentari mengelen
Mentari sudah berada di kampusnya pagi ini, dia berjalan menuju kelasnya.Namun langkahnya terhenti saat melihat keramaian di tengah lapangan."Ada apa ya?" Ucapnya penasaran.Karena penasaran dia pun berjalan mendekat ke sana, dia menyelinap masuk ke tengah ke rumunan dengan mudah berkat tubuhnya yang kecil.Mentari melebar kan matanya melihat Benji sedang memukuli seorang pria dengan brutal.Mentari memejam kan matanya saat satu pukulan keras mengenai pria itu.Kalau di biar kan pria itu bisa mati di tangan Benji, dan orang-orang di sini hanya melihat saja tidak ada yang mau menolong."BERHENTI BENJI" teriak salah satu dosen.Mentari bernapas lega untung ada pak Prass, karena di kampus ini hanya dia yang berani memarahi Benji.Dia menarik kerah belakang baju Benji, sehingga membuat pria itu menjauh dari orang yang di pukulinya."KAMU MAU JADI PEMBUNUH HAH?"Teriak Pak Prass.Benji tetap d