Share

Bab 5

POV RIZKA

Aku menutup mulutku ketika ibu dan Bang Zaki datang. Apalagi Ibu langsung meng-gam-par Bang Hans. Aku tidak percaya dengan apa yang dilakukan Ibu. Dia meng-gam-par anaknya begitu saja di tempat umum. Pasti perbuatan Bang Hans sudah menyakiti hati ibu dan mencoreng nama besar keluarga.

"Hans, kamu sangat keterlaluan! Kamu sudah menginjak-nginjak harga diri keluarga kita. Apa kata orang dan kata keluarga besar kalau kamu dicam-buk di depan semua orang. Perbuatan kamu sungguh sangat miris. Kenapa kamu ber-zi-na dengan orang lain, Nak. Apalagi di mobil pasti perbuatan kamu akan viral."

Ibu Nining, Ibunya Bang Hans menggebu-gebu mengatakan itu kepada suamiku. Namun, perlahan dia menangis di ujung perkataannya karena tidak menyangka perbuatan Bang Hans yang sudah tak pantas seperti ini kepada keluarganya.

Bayangkan saja dalam beberapa jam berita itu sudah menyebar kemana-mana. Bahkan ada media lokal yang memang siaga di Kantor untuk mendapatkan informasi langsung membuat berita sebagai pekerjaan mereka.

Kami diberi izin satu keluarga untuk berbicara satu sama lain sebelum akhirnya Bang Hans dimintai lagi keterangannya. Polisi syariat sengaja memberikan izin sebagai privasi agar kami menyelesaikan masalah kami ini dulu.

Dalam ruangan itu sudah ada aku, Bang Hans, ibu dan juga Bang Zaki mereka sengaja memberi kami privasi. Namun, mereka tetap melakukan penjagaan ketika kami berbicara.

"Maaf kan Hans, Bu. Ini semua cuma fitnah. Hans sama Delia sama sekali nggak ada hubungan apa-apa. Hubungan kami itu cuman rekan kerja dan teman biasa saja."

Aku merasa heran dengan Bang Hans sudah jelas ketahuan ada video dia di mobil yang bergoyang serta ada bukti-bukti alat pengaman dan lain-lain ketika dia berhubungan terlarang dengan Delia. Namun masih saja tidak mengaku memiliki hubungan spesial.

"Gak mungkin kamu nggak punya hubungan apa-apa sampai bisa tertangkap kayak gini. Apalagi Ibu dengar dari petugas kalau ada barang bukti yang menguatkan kamu. Kamu tahu nggak kalau kamu terancam dihukum. Reputasi kamu hancur. Kamu akan malu sebagai pejabat publik serta kamu akan dicambuk 100 kali di depan semua orang. Sebagai orang tua, Ibu sangat malu karena tidak bisa mendidik kamu dengan baik."

Bu Nining menangis lalu dia memeluk anaknya Zaki karena tidak menyangka perbuatan Bang Hans Yang keterlaluan seperti ini.

"Bu, semua Ini hanya salah paham dan pasti ada andil Rizka dalam hal ini. Semuanya nggak mungkin jadi seperti ini kalau Rizka nggak melapor. Jadi aku minta sama kamu, Rizka. Kamu katakan kepada mereka agar kasus ini tidak perlu diperpanjang dan kamu tidak masalah dengan semua ini. Agar reputasiku tidak hancur. Orang-orang tidak akan menghina ku serta aku tidak dicambuk di depan semua orang!"

Bang Hans berkata seperti itu kepadaku dengan tegas. Menatapku dengan sengit dan gak terima dia menjadi pesakitan. Aku nggak ngerti dengan dirinya. Dia meminta tolong kepadaku. Namun, perkataannya justru menyakiti hatiku. Dengan kata lain dia menyuruhku untuk berbohong di depan semua orang agar reputasinya tidak jatuh.

Ibu mertua kemudian menatapku dengan tatapan memohon. Selama ini ibu mertua itu baik kepadaku. Dia bukan mertua yang mau ikut campur urusan keluarga. Hanya saja mungkin ada rasa kecewa karena aku sampai sekarang belum hamil. Tetapi dia memaklumi karena kami baru menikah selama setahun. Jadi masalah wajar kalau setahun belum memiliki anak. Dia juga terus menyuruhku untuk berusaha agar kami mendapatkan keturunan.

Sekalipun memang ibu mertua jarang sekali untuk ikut campur urusanku dan Bang Hans. Mereka menyerahkan sepenuhnya kepadaku dan suamiku. Hanya saja ibu mertua ini sifatnya terlalu mencintai anaknya. Dia sangat sayang kepada Bang Hans dan juga Bang Zaki. Teramat sayang pada kedua anaknya itu.

"Rizka, ibu mohon sama kamu kabulkanlah permintaan Hans. Bilang kepada petugas itu agar tidak mencambuk Hans. Jangan biarkan Hans dipermalukan di depan semua orang. Ibu sangat mencintai Hans dan begitupun kamu."

Ibu mertua mulai memohon padaku agar aku memberitahu kepada petugas untuk tidak memperpanjang masalah ini dan legowo saja kalau suamiku itu selingkuh. Tetapi yang menyakiti hatiku adalah mereka sudah berbuat zina dan melakukan hubungan terlarang di belakangku.

Jika saja Bang Hans masih berkirim pesan secara biasa maka mungkin saja aku masih bisa memaafkannya. Karena dia belum melakukan hubungan badan dengan Delia. Namun kenyataannya. Entah sudah berapa kali mereka melakukan hubungan itu di mobil bahkan entah di mana mereka melakukan hubungan itu.

Dalam hukum Islam saja perbuatan mereka memang harus dimintai pertanggungjawaban dengan cara dirajam jika sudah menikah bahkan dirajam sampai mati. Sesuai syariat di daerah ini mereka hanya dirajam 100 kali. Lebih ringan kurasa hukumannya daripada hukum Islam.

"Maaf, Bu. Maafkan aku kalau tidak sependapat dengan ibu. Ibu tahu nggak perasaan aku bagaimana. Ibu tahu rasanya Bang Hans itu sangat kasar kepadaku. Dia beberapa kali melontarkan perkataan kasar ketika sudah selingkuh dengan Delia dan mencari-cari kesalahanku terus. Hingga aku memang tak sengaja melihat story' WA nya dan merasa penasaran. Ternyata Bang Hans sudah menduakan aku dengan selingkuh. Dia menyelingkuhi Delia rekan kerjanya. Hatiku sakit, Bu."

"Ibu sangat paham perasaan kamu tapi kamu juga harus memahami perasaan Hans. Mungkin saja dia khilaf melakukan itu jadi kamu harus memaafkan suami kamu, Nak. Kalian bisa kembali lagi rujuk dan membangun pernikahan. Jadi Ibu minta sama kamu. Kamu yang tabah dan sabar. Hans tidak akan dicambuk di depan semua orang kalau kamu bisa dengan lapang dada memberitahukan petugas jika kamu tidak ingin hal itu terjadi pada dia."

Ibu mertua terus membujuk. Rasa cinta kepada anaknya mengalahkan logikanya. Dia nggak tahu betapa sakitnya hatiku karena dia memang tidak pernah dikhianati oleh ayah mertua yang setia selalu kepadanya. Berbeda dengan diriku ketika diselingkuhi oleh Bang Hans yang setelah mengenal Delia berubah sikapnya kepadaku menjadi kasar dan selalu mencari-cari kesalahanku.

"Maafkan aku, Bu tapi aku tetap pada keputusanku. Ini adalah hukuman untuk Bang Hans dan juga Delia. Hukuman di dunia ini mungkin akan meringankan hukuman mereka di akhirat nanti jadi seharusnya Bang Hans harus berterima kasih kepadaku."

Ibu mertua menangis ketika aku mengatakan itu. Sementara Bang Hans nggak terima dia menatap aku nyalang. Padahal apa yang aku katakan benar. Aku justru meringankan hukuman dia akhirat nanti. Karena dia sudah berbuat zina kepada istri orang.

"Lancang kamu, Rizka!"

"Hans, kamu harus menghormati keputusan Rizka. Apa yang dia bilang itu benar. Kamu harus legowo menerima hukuman cambuk yang akan kamu rasakan karena ini memang perbuatan kamu sendiri dan ibu. Ibu nggak boleh membela dia seperti ini, Bu. Hans salah dan memang selayaknya dia dihukum!"

Bang Zaki yang dari tadi diam justru membelaku. Aku sangat speechless karena dia berlainan arah dengan Ibu dan Bang Hans.

"Diam kamu, Bang. Kenapa kamu bela Rizka. Kamu suka, 'kan sama istriku? Gak usah munafik kamu!" kata Bang Hans marah

Aku tersentak kaget. Bang Zaki suka padaku?

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status