Anna sangat kesal. Karena Orion suka sekali memaksa kehendaknya, dia akan bangkit dari tempatnya tetapi tangannya sudah dicekal kuat oleh Orion membuat Rianne meringis karena kuatnya cekalan yang Orion berikan.“Lepaskan tangan kotormu darinya,”Pria yang baru saja datang itu mendekat dan melepaskan cekalan tangannya dari pergelangan Anna yang sudah tampak merah karena ulahnya.“Kau!?”Alexander tidak memperdulikan tatapan tajam Anna padanya, karena pemandagan sebelumnya membuatnya sangat marah. Pria di depannya dengan berani menyakiti Rianne nya, dan dia tidak akan mebiarkan itu.Tanpa aba-aba Xander mengarahan tangannya ke leher Orion membuat pria itu terkejut karena kuatnya cengkraman pria yang tidak dia tahu namanya siapa, tangan nya memukul tangan Xander agar terlepas tetapi tidak juga membuat cengkaraman itu melemah tetapi semakin menguat.“Kau berani menyentuhnya lagi ku pastikan kau tidak akan melihat matahari besoknya,” ancamnya dengan mata memerah.Orion semakin terdesak,
Rianne hanya tersenyum dan tidak menjawab. “Selamat pagi Paman, mau memesan seperti biasa?” sapa Rianne mengalihkan pembicaraan.“Tolong buatkan seperti yang biasa,” jawab si Paman yang berbadan gempal tersebut.Anna mulai membuat kopi pesanan si Paman dengan telaten. Para pengunjung juga sudah mulai berdatangan, sebagian besar meraka adalah para pemuda dan beberapa pria paruh baya seperti paman Jos.“Silahkan Paman,” Rianne meletakkan kopi pesanan paman Jos serta beberpa potong roti yang sudah diolesi dengan coklat.“Terima kasih. Kau tahu Nona, kekasihmu itu sangat mencintaimu, aku bisa melihat dari tatapan matanya yang begitu sangat khawatir,” ucap paman Jos sekali lagi membahas tentang Xander.“Paman salah. Dia hanya orang asing yang kebetulan saja mampir.” Anna ingin pembahasan ini segera berakhir.Gadis itu meninggalkan meja Paman Jos dan mulai membuatkan pesanan pengunjung yang lain. Rianne memang sendiri karena belum mampu jika harus membayar bawahan. Hasil dari penjualannya
Lyora mengerutkan kening karena masih belum percaya dengan apa yang di dengarnya, “kau salah lihat, kakakku tidak mungkin ada di Indonesia,” Lyora tertawa karena memang tahu bagaimana kakaknya.“Kau tidak percaya padaku?” tanya Orion tidak suka.“Tidak, tidak, maksudku aku sangat mengenal kakakku, mana mungkin dia datang ke Indonesia, kau benar saja,” Lyora meminta pelayan menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.Alexander yang sejak tadi melihat intarksi mereka merasa sia-sia menguping karena tidak mendapatkan apapun, tetapi dia cukup kesal karena melihat pria yang mengaku kekasih wanita nya memang memiliki kekasih.Tetapi wajah wanita yang itu seperti mirip dengan seseorang yang dia kenal. Alexander mencoba mengabaikan dan akan meninggalkan tempat persembunyiannya karena merasa sangat percuma menguping pembicaraan mereka.Sampai langkahnya berhenti saat mendengar nama Anna kembali di sebut, Alexander kembali mendekat ketempat persembunyiannya tadi.Sementara itu di jalan Alexand
Plak!Satu tamparan mendarat sempurna di wajah lebam Orion. Baru saja semalam dia mendapatkan luka-luka dari orang tidak dikenal sekarang wajahnya yang masih terasa sakit harus merasakan kembali panasnya tangan lembut Rianne.Lyora mundur menutup mulutnya dengan kedua tangannya karena tidak pernah menyangka Anna bisa melakukan itu pada Orion.“Kau brengsek!!” pekik Anna diwajah Orion yang sudah terlihat tidak berbentuk sejak semalam.Karena sudah terlalu emosi dan tidak siap karena Anna mengetahui kebenaran terlalu cepat, refleks Orion mengarahkan tangannya ke leher Rianne membuat Lyora melotot tidak percaya.Sementara Anna terus memukul tangan Orion agar melepaskannya, semakin kuat Anna memukulnya semakin kuat juga cengkraman Orion di lehernya, “le- le- pas, lepas- lepaskan a-aku,” Rianne terbata-bata.Cih!Orion meludah kesamping. “Kau kira aku akan melepaskanmu setelah kau menamparku!!” katanya tajam menatap Anna benci.Lyora yang melihat wajah Anna sudah memucat segera menghampir
Melihat tidak ada pergerakan dari musuh Tuannya, anak buah yang lain menghajar Orion sampai pria itu kembali mengerang kesakitan karena tidak diberi celah untuk membela diri.Alexander yang melihat Anna meringkuk menutupi dirinya semakin menjauh karena langkah pelan Alexander. “Jangan mendekat!” Rianne masih tetap waspada. Dia takut apa yang dialaminya tadi kembali terulang.Namun dengan cepat Alexander menutup tubuh Rianne dengan jas yang tadi di lepasnya. Mengangkat tubuh kecil itu ala bridal style mengabaikan teriakan kesakitan Orion dan jeritan permohonan Lyora memohon agar Orion di bebaskan.“Anna … tolong minta dia jangan memukul Orion lagi. Aku hamil,” Orion yang tengah di pukul mendegar dengan samar apa yang Lyora katakan tetapi selebihnya dia lebih tidak terima melihat Anna dibawa pergi oleh orang lain.“Anna … jangan pergi dengannya ….” Lirih Orion sebelum menutup mata karena lelahnya mendapatkan pukulan.Sementara itu di dalam mobil Anna hanya diam dengan air mata yang teru
Pagi harinya di kediaman Alexander. Rianne sudah terbangun pagi-pagi sekali, tubuhnya masih terasa sakit karena perlakuan Orion padanya. Bahkan wajahnya pun masih terasa sedikit nyeri.Pintu dibuka menampakkan seorang pria tampan berbadan tinggi dengan kulit cerah dan terdapat lesung pipi di sana. Sangat manis bahkan Rianne baru menyadari itu pagi ini.“Selamat pagi Nona, bagaimana yang anda rasakan pagi ini?" sapa Richard dengan senyum manisnya yang menular juga pada Rianne.“Saya baik Dokter,” jawabnya lembut. Richard merasa ada sesuatu di hatinya saat mendengar jelas suara pasiennya. Semalam karena terlalu lirih Richard tidak terlalu memperhatikan suara indah ini.“Kalau begitu biar saya periksa sekali lagi. Saya harus yakin kalau Nona memang sudah jauh lebih baik dari sebelumnya,” Rianne mengangguk. Dia mempersilahkan sang Dokter memeriksanya.“Syukurlah, Nona memang sudah baik-baik saja,” Richard berdiri dan akan meninggalkan kamar Anna karena Alexander sudah berpesan dengan tega
Rianne membuka mata. Dia lihat sekelilingnya. Tatapannya tertuju pada satu orang di sampingnya. Wajah yang tersenyum saat melihatnya membuka mata. Rianne ingin bangun tetapi Alexander menghentikannya karena merasa Rianne belumlah terlalu kuat.Setelahnya dokter datang dengan beberapa perawat dibelakangnya. Alexander mundur dan memberikan ruang “Nona sudah jauh lebih baik, Tuan,” ucap sang dokter yang sudah siap akan keluar dar ruangan Rianne.Sang dokter menjelaskan bahwa jika kondisi Rianne terus meningkat dalam beberapa hari maka sudah bisa dibawa pulang dan itu membuat binar bahagia di hati Alexander.“Baiklah, saya permisi Tuan,” sang dokter pamit undur diri dan meninggalkan Alexander yang sekarang tengah tersenyum lembut pada Rianne yang memalingkan wajah padanya.“Kau butuh sesuatu?” tanya Alexander.“Kenapa Tuan menyelamatkan saya?” suara lemah Rianne tetapi Alexander masih bisa mendengarnya dengan jelas. Kulit putih itu sudah tidak sepucat biasanya. Namun tubuh Rianne masih t
Kedua nya menoleh kearah suara yang jelas Rianne kenal. Lyora yang melihat pria itu mundur sambil menjaga perutnya. Bayangan bagaimana pria itu melukai Orion semakin membuatnya takut.“Tu-tuan maafkan saya,” Lyora belutut melindungi perutnya. Alexander mundur karena Lyora melakukan hal yang tidak penting“Berdirilah!”“Tidak Tuan. Maafkan saya lebih dulu,” katanya masih menunduk. Bagaimana jika pria tampan ini melukai satu-satunya kenangannya bersama Orion kekasihnya.“Berdiri dan pergilah dari sini,” Lyora yang merasa takut langsung berdiri dan meninggalkan rumah Rianne. Sekilas tangannya terlihat mengepal setelahnya dia berlalu membawa kekesalan pada Rianne.“Anna aku berjanji akan menghancurkan kehidupanmu setelah ini,” janji Lyora.“Anita. Tolong kau buatkan Tuan Xander minuman,” ucap Rianne melenggang meninggalkan Alexander yang kembali entah karena apa.Alexander hanya diam saja, jika terus memaksa takut nya Rianne akan semakin menjaga jarak padanya.Tengah malam. Setelah kedata