Pagi harinya di kediaman Alexander. Rianne sudah terbangun pagi-pagi sekali, tubuhnya masih terasa sakit karena perlakuan Orion padanya. Bahkan wajahnya pun masih terasa sedikit nyeri.Pintu dibuka menampakkan seorang pria tampan berbadan tinggi dengan kulit cerah dan terdapat lesung pipi di sana. Sangat manis bahkan Rianne baru menyadari itu pagi ini.“Selamat pagi Nona, bagaimana yang anda rasakan pagi ini?" sapa Richard dengan senyum manisnya yang menular juga pada Rianne.“Saya baik Dokter,” jawabnya lembut. Richard merasa ada sesuatu di hatinya saat mendengar jelas suara pasiennya. Semalam karena terlalu lirih Richard tidak terlalu memperhatikan suara indah ini.“Kalau begitu biar saya periksa sekali lagi. Saya harus yakin kalau Nona memang sudah jauh lebih baik dari sebelumnya,” Rianne mengangguk. Dia mempersilahkan sang Dokter memeriksanya.“Syukurlah, Nona memang sudah baik-baik saja,” Richard berdiri dan akan meninggalkan kamar Anna karena Alexander sudah berpesan dengan tega
Rianne membuka mata. Dia lihat sekelilingnya. Tatapannya tertuju pada satu orang di sampingnya. Wajah yang tersenyum saat melihatnya membuka mata. Rianne ingin bangun tetapi Alexander menghentikannya karena merasa Rianne belumlah terlalu kuat.Setelahnya dokter datang dengan beberapa perawat dibelakangnya. Alexander mundur dan memberikan ruang “Nona sudah jauh lebih baik, Tuan,” ucap sang dokter yang sudah siap akan keluar dar ruangan Rianne.Sang dokter menjelaskan bahwa jika kondisi Rianne terus meningkat dalam beberapa hari maka sudah bisa dibawa pulang dan itu membuat binar bahagia di hati Alexander.“Baiklah, saya permisi Tuan,” sang dokter pamit undur diri dan meninggalkan Alexander yang sekarang tengah tersenyum lembut pada Rianne yang memalingkan wajah padanya.“Kau butuh sesuatu?” tanya Alexander.“Kenapa Tuan menyelamatkan saya?” suara lemah Rianne tetapi Alexander masih bisa mendengarnya dengan jelas. Kulit putih itu sudah tidak sepucat biasanya. Namun tubuh Rianne masih t
Kedua nya menoleh kearah suara yang jelas Rianne kenal. Lyora yang melihat pria itu mundur sambil menjaga perutnya. Bayangan bagaimana pria itu melukai Orion semakin membuatnya takut.“Tu-tuan maafkan saya,” Lyora belutut melindungi perutnya. Alexander mundur karena Lyora melakukan hal yang tidak penting“Berdirilah!”“Tidak Tuan. Maafkan saya lebih dulu,” katanya masih menunduk. Bagaimana jika pria tampan ini melukai satu-satunya kenangannya bersama Orion kekasihnya.“Berdiri dan pergilah dari sini,” Lyora yang merasa takut langsung berdiri dan meninggalkan rumah Rianne. Sekilas tangannya terlihat mengepal setelahnya dia berlalu membawa kekesalan pada Rianne.“Anna aku berjanji akan menghancurkan kehidupanmu setelah ini,” janji Lyora.“Anita. Tolong kau buatkan Tuan Xander minuman,” ucap Rianne melenggang meninggalkan Alexander yang kembali entah karena apa.Alexander hanya diam saja, jika terus memaksa takut nya Rianne akan semakin menjaga jarak padanya.Tengah malam. Setelah kedata
Richard hanya diam dan memperhatikan wajah Rianne yang memang terlihat sangat cantik, lebih dari itu dia penasaran bantuan seperti apa yang ingin Rianne minta..“Begini. Heum saya memiliki mobil tua, menurut dokter jika dijual apakah akan laku?” Richard hanya diam dengan dahi mengekrut.“Maafkan aku, aku sudah menawari kepada beberapa orang yang ku kenal tetapi mereka tidak membutuhkannya.“Kau mau menjualnya berapa?” tanya Richard akhirnya. Pria berwajah tampan itu tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya tetapi melihat kesungguhan Rianne dengan pertanyaannya, Richard tahu bahwa wanita dihadapannya ini memang membutuhkan sesuatu.Richard hanya mengangguk. Setelah mendengar nominal yang Rianne butuhkan. Richard tidak tahu masalah seperti apa yang Rianne alami sampai harus melakukan ini. “Tapi berjanjilah jangan menjual mobil itu,” lirihnya.Melihat wajah bingung sang dokter Rianne menjelaskan, “Itu mobil mendiang kakak saya dokter. Tetapi karena sangat mendesak saya terpaksa menjualnya,
“Kembalilah Tuan!” Rianne melangkah masuk ke dalam ruangannya, terlalu lama betatap muka dengan pria yang masih duduk disana membuatnya semakin muak.Alexander berdiri dan meninggalkan kedai kopi Rianne, percuma juga menunggu wanita itu keluar karena selama setengah jam Alexander disana Rianne tidak juga datang memunculkan dirinya.Setelah dari kedai Rianne pria dengan wajah tampan itu melanjutkan perjalannya, besok hari dia akan kembali melakukan perjalanan dalam beberapa hari ke depan, tetapi sebelum itu dia harus menemui Caroline terebih dahulu, wanita manja itu harus diberi peringatan agar tidak melakukan hal buruk ke depannya.“Dimana Caroline?” tanya Alexander pada para pelayan yang menyambutnya.“Nona berada dikamarnya Tuan,” ucap salah satunya.Langkah kakinya semakin lebar menaiki tangga, dan setelah sampai didalam kamar, Alexander jelas melihat bagaimana Caroline yang sudah menunggunya dengan penampilan yang sangat menggoda keimanannya.“Sayang kau sudah kembali?” Caroline b
Renata sudah membayangkan apa yang akan terjadi saat tangan kekar itu sudah menyusup ke dalam dress tipisnya. Tubuhnya meremang saat merasakan tangan kekar itu sudah sampai di area yang paling sensit*f dari tubuhnya.Bibir bawahnya di gigit karena tidak bisa berpikir dengan waras. Matanya juga sudah tertutup, Alexander sudah menyunggingkan senyumnya, dengan gerakan sens*al dia membuat Renata semakin mengigil dengan hanya belaian diatas kain berendanya.“Tu-tuan ….” Lirihnya.Alexander bangkit dari atas tubuh Renata dan mengucapkan kata maaf karena hampir saja kelepasan, dia membantu Renata untuk bangun, didalam hati Renata merutuki dirinya karena berbicara.“Bodoh kau Nata!!” umpatnya.Renata menunduk, dia menginginkan hal lebih tetapi kenapa bibirnya harus bersuara tadi, dia ingin sekali menyumpahi kebodohannya. Sampai dia mendengar suara Alexander yang membuat gendang telinganya berdengung.“Kau mengingikan lebih?” tanya pria yang sekarang itu sudah minum dan memperlihatkan jakunny
Anita sedikit goyah, dia ingin bekerja lebih lama bersama Rianne tetapi mengatakan kebenaran apakah itu pilihan yang tepat? Rianne menyadari kegelisan wanita di depannya.“Bagaimana?” Rianne masih memaksa, semakin di lihatnya Anita tertekan semakin dia mencoba mempengaruhi, “Aku hanya ingin tahu bagaimana dia, aku hanya ingin kau jujur, aku janji setelah kau katakan kau bisa disini,”“Nona, saya hanya bisa mengatakan kalau Tuan Xander orang yang baik, dia memang sering meminjam kan uang kepada yang membutuhkan tanpa syarat apapun, asal bisa mengembalikan sebelum jatuh tempo,” Anita menjelaskan dengan meremas jari-jarinya.“Lalu jika tidak bisa mengembalikan diwaktu yang mereka sepakati bagaimana?” Rianne sedikit ngeri sekarang, pasalnya dia juga memiliki hutang pada pria berwajah malaikat itu.“Maka kami wanita nya juga mendapatkan hukuman, ah mungkin bukan hukuman bagi yang menyukai dan menikmati banyaknya uang yang didapat,” jawab Anita ambigu.“Bisa kau jelaskan dengan jelas?” Rian
“Kau setuju?” tanya wanita dengan rambut sedikit curly itu, dia berharap apa yant dia usahakan kali ini berhasil. “Terserah kau saja kalau ragu, apa kau tahu wanita yang bekerja di rumahmu sekarang?” Rianne masih diam, apakah dia harus percaya pada wanita di depannya sedangkan dia tahu bahwa wanita itu tidak menyukainya.“Apa tujuanmu membantuku? Apakah karena kau takut aku akan merebutnya darimu?” sindir Rianne membuat Caroline mengepalkan tangan.“Nona … jangan khawatirkan itu, saya bahkan tidak pernah tertarik dengannya lalu kenapa nona terlihat sangat bersemangat membantu saya?”“Rianne … aku mencintai Alexander, kau mungkin tidak tertarik padanya tetapi bagaimana dengannya?”Rianne menghela napas, dia juga jengah dengan hidup ini, dia juga ingin pergi jauh, meninggalkan semua kenangan pahit yang di alaminya, “Baiklah, aku akan pergi, Nona jangan khawatir,” Setelah mengatakan itu Rianne bangkit dari duduknya dan meninggalkan Caroline yang tersenyum dengan lebar.“Gadis bodoh!”H