Share

BAB 4A

"Apa, Ros? Istri idamanmu seperti Hanin? Nggak salah? Jangan gi la kamu!"

Mas Eris terdengar gugup dan tak percaya dengan jawaban saudara kembarnya. Dia masih geleng-geleng sembari tersenyum sinis. 

 

"Memangnya kenapa? Selera orang nggak bisa dipaksa sama, Ris," sambung Mas Eros lagi. Dia tampak santai menanggapi keheranan kembarannya.

 

"Masih belum kenyang tidur kali kamu, Ros. Makanya nggak bisa bedakan Hanin sama Fika. Perhatikan dulu mereka, baru kamu akan menemukan perbedaan diantara keduanya yang sangat drastis. Aku saja sekarang nyesel kenapa dulu gegabah menceraikan Fika," ucap Mas Eris sembari menghela napas kasar.

 

Ucapan Mas Eris itu benar-benar membuatku terluka. Teganya dia berkata seperti itu. Kalau memang dia nggak mencintaiku, kenapa dulu dia berusaha mendekatiku dan meminta pada ibu agar mau membujukku untuk menyetujui perjodohan itu?

 

Berulang kali dia datang membawa beragam oleh-oleh agar keluargaku luluh. Dia tunjukkan perhatian dan cinta untukku agar aku luluh, sampai akhirnya ibu benar-benar menjodohkanku dengannya. 

 

Ibu bilang Mas Eris adalah laki-laki yang tepat untukku. Laki-laki idaman mertua yang mau menerima dan menyayangi keluarga istrinya. Meski statusnya sudah duda beranak satu, tak jadi soal karena yang penting tanggungjawab, cinta dan setia.

 

Aku masih ingat betul apa saja nasehat ibu saat itu. Aku yang awalnya menolak akhirnya mengiyakan keputusannya. Bo dohnya aku dulu asal mengiyakan, tanpa istikharah terlebih dahulu.

 

Aku tak pernah menyangka jika akhirnya akan seperti ini. Cinta dan perhatian yang saat itu dia tunjukkan ternyata hanya semu semata. Perhatian yang dia perlihatkan pada keluargaku pun hanya omong kosong belaka. Nyatanya saat bapak sakit keras hingga tiada tak secuil pun tabungannya keluar.  

 

Aku benar-benar tak mengira jika dia belum move on dengan mantan istrinya bahkan menyesal sudah menjatuhkan talak padanya. Aku nggak mungkin terus bertahan dengan pernikahan seumur jagung ini kan? Yang ada hanya akan menyesakkan dada dan menyakiti diri sendiri.

 

"Kenapa kamu menikahi Hanin kalau memang masih mencintai Fika? Harusnya kalian balikan saja dan nggak perlu menjadikan Hanin sebagai tumbal perjalanan cinta kalian yang rumit itu!" ucap Mas Eros sedikit meninggi. 

 

"Kamu tahu dong alasan aku menceraikan Fika saat itu. Fika itu selingkuh. Aku masih sakit hati sama dia. Lagipula aku sengaja lebih cepet nikah biar dia cemburu. Biar saja menyesal sudah mengkhinati cinta tulusku. Mumpung ada kesempatan membuatnya cemburu sebab aku tahu dia sudah pisah dengan selingkuhannya itu," ucap Mas Eris sedikit lirih. Meski suaranya melemah, tapi aku masih begitu jelas mendengar jawabannya. 

 

"Gila kamu, Ris. Tega banget sama Hanin!" teriak Mas Eros begitu kaget mendengar ucapan saudara kembarnya. Dia saja kaget, apalagi aku.

 

Badanku tiba-tiba lemas dan luruh begitu saja ke lantai mendengar pengakuan suamiku detik ini. Kubekap mulutku sendiri agar isak ini tak terdengar dari luar kamar. Aku benar-benar tak menyangka jika hadirku hanya dijadikan pelampiasan dan tumbal agar Mbak Fika cemburu. Teganya!

Masih teringat jelas dalam ingatanku saat Mas Eris menjanjikan hal-hal manis pada kedua orang tuaku. Setidaknya, janji-janji manis itulah yang membuat ibuku luluh dan percaya jika calon menantunya itu akan benar-benar membuatku bahagia. 

Dia bilang akan menjagaku dengan baik, tak hanya menjaga fisik tapi juga hati. Dia pun berjanji akan membuatku bahagia. Bahkan dia ingin segera memiliki keturunan dariku mengingat usiaku sudah cukup matang untuk menggendong bayi, katanya. 

Ibu yang memang begitu mendambakan cucu, langsung mengiyakan begitu saja. Apalagi umurku memang sudah menginjak seperempat abad. Umur yang cukup matang untuk menikah, tapi belum ada lagi laki-laki yang mendekat. Ibu terlalu mengkhawatirkan soal jodoh dan masa depanku setelah penolakanku pada tiga lelaki yang melamarku saat itu. 

Aku memang menolak mereka karena tak sesuai dengan isi hati. Bukan karena sok cantik atau apa. Penolakan demi penolakan itulah yang membuat ibu semakin takut jika anaknya tak laku dan menjadi gosip para tetangga sebagai perawan tua. Ibu malu. 

***

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Ana Khana
umur baru 25 kok udah takut dibilang perawan tua
goodnovel comment avatar
Adriana Epa Hoy
Allah su atur jodoh
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
salah sendiri main terima aja dijodohkan dg duda. kentara banget g lakunya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status