Apakah mereka tidak tahu bahwa kenyataan yang disembunyikan setengah-setengah selalu mampu memicu ketertarikan manusia untuk menguliknya hingga tuntas?
—William Molchior
______________________________________________
“Dom, boleh aku bicara dengan Mia?”
Sepeninggalan Scarlett, William yang dilingkupi suasana tak nyaman pada hati serta pikirannya dan masih bertahan di mobil pun akhirnya memutuskan menelepon kakak laki-lakinya untuk bertanya tentang Scarlett pada Mia. Beruntung, Dominic cepat mengangkat telepon.
“Apa yang ingin kau bahas dengan istriku malam-malam seperti ini, Will?” Dominic balik bertanya dengan nada rendah. Menimbulkan decak sebal dari indra pengecap William. Rupanya, ini bukan hanya sekadar keberuntungan. Melainkan permulaan pertarungan sebelum memenangkan dan mendapatkan apa yang ia inginkan. Yakni, informasi akurat perihal Scarlett.
“Ayolah, Dom.
Semuanya demi Scarlett—Regis Mondru______________________________________________“Bae ....”“Jangan sentuh aku, Reg!”Regis menarik tangannya kembali ketika hendak menyentuh bahu Scarlett dan gadis itu menepisnya. Kemudian kembali meringkuk dalam buntalan selimut tebal tanpa memedulikan hawa gerah musim panas yang menerangkap kamar apartemen Regis. Scarlett hanya ingin melindungi tubuh polosnya yang dipenuh warna merah keunguan maha karya laki-laki itu. Nyeri di antara kedua kakinya masih terasa menyiksa dan Scarlett masih menangis karenanya.Regis pun beralih meraih boxer hitam yang tadi teronggok di lantai lalu mengenakan itu dengan gerakan cepat sebelum mengambil duduk kembali di tepi ranjang. Lengan-lengan laki-laki itu bertumpu pada lutut dengan pikiran kalut. Sedangkan kepalanya menoleh pada punggung Scarelett yang bergerak naik turun.Bagaimana ini? Scar
Setiap orang pasti akan merasa tertekan dengan trauma masa lalu dan suatu hari ingin bebas menceritakan trauma itu tanpa beban apa pun—Scarlett Delillah_____________________________________________Sudah tiga jam lalu semenjak jam makan siang berakhir, tetapi keramaian masih belum meninggalan restoran Clinton St Baking Company. Orang-orang yang datang memenuhi setiap sudut di kala senja mulai menyapa terlihat makan makanan penutup dan duduk bersantai bersama kawan sambil memesan minuman untuk melepas kepenatan seusai bergumul dengan pekerjaan kantor. Tampak pula kaula muda bersama teman atau kekasih yang tengah mengobrol.Menggendong Jenna, Scarlett bersama Hillary dan George memasuki kawasan restoran itu. Beberapa waktu lalu, sang pemilik mengundangnya untuk mengajar kelas membuat kue. Begitu langkah mereka mencapai pintu ganda, pramusaji yang bertugas di sana membukakan pintu dan mempersilakan mereka masuk. Scarlett m
Sungguh takdir yang manis—William Molchior______________________________________________Pukul setengah sepuluh malam, para pegawai Bake Me Up masih sibuk sebelum tutup. Sibuk mengerjakan pembukuan, menghitung jumlah bahan yang masih atau kurang, membersihkan dapur, menyapu, mengepel lantai, menata meja serta kursi, membuang sampah, dan mengelap kaca.Sambil menggendong Jenna yang tidur, Scarlett berjalan keluar dari ruangannya. Secara hati-hati memilih lantai yang belum dipel menuju bagian depan untuk menemui Hillary yang sedang mengelap dinding kaca.“Kurasa, aku akan mengambil libur akhir pekan. Jadi, tolong gantikan aku besok, Hill,” cetus Scarlett. Menggunakan nada agak pelan sambil membelai rambut keriting gantung Jenna.Gerakan Hillary pun berhenti untuk menghadap bosnya. “Oke, Boss. Ngomong-ngomong apa yang akan kaurencanakan di akhir pekan?”
Seandainya bisa hidup dalam romansa novel—Scarlett Delillah______________________________________________“Hm ... this is so tasty ....” Di sela-sela senyuman dan mata setengah terpejam, William bergumam sambil mengangguk-angguk samar. Tak jemu-jemu memuji roti lapis Prancis buatan Scarlett. Oh, tentu ia tidak boleh melewatkan kesempatan langka ini.Setelah menelan utuh harga dirinya untuk meminta makanan akibat lapar, akhirnya pria itu berhasil mendapatkannya. Dan tentunya cara ini tepat untuk mendekati Scarlett. Suasananya pun mendukung ; siraman cahaya mahari pagi yang memenuhi Central Park, suara kicauan burung, sulur-sulur ranting daun-daun maple cokelat menari karena angin semilir yang sejuk, dan ramainya orang bercakap-cakap tetapi dalam volume yang tidak mengganggu.Jenna yang makan bersama William dan mengamati pria itu ikut tersenyun riang.
Berkali-kali dihantam dilema itu—Regis Mondru______________________________________________Dua puluh menit kemudian, William dan Bellen sudah berada di basement The Black Casino and Pub. Sejenis kelab malam milik Jayden Wilder yang pernah menjadi partner bisnis Cozyvart Company sewaktu Dominic membutuhkan ‘bantuan’ pembebasan lahan untuk pembukaan lini di Texas dua tahun lalu.Bangunan kelab malam itu sendiri berlantai empat dan tiap lantai memiliki fungsinya masing-masing. Lantai pertama adalah casino yang merupakan lahan judi dengan berbagai jenis permainan dan juga penjaga-penjaga wanita cantik nan seksi, serta beberapa pegawai pria yang membantu mereka sekaligus menjaga lantai itu supaya tidak terjadi keributan.Banyak pebisnis yang mampir ke sini untuk membuang uang mereka, tetapi banyak juga para pegawai kantor atau orang-orang de
Sudah berapa lama dan aku masih nyaris memikirkannya?—Scarlett Delillah__________________________________________“Here they are. Penekuk, frosting vanila, dan ....” Setelah mengabsen sambil meletakkan dua tumpuk penekuk panas yang asapnya masih mengepul plus frosting vanila, Scarlett menimbang-nimbang semangkok butiran-butiran blueberry di tangan kanannya dan semangkok potongan-potongan strawberry di tangan kirinya di depan wajah William. Lalu melirik sebotol sirop maple kecil di meja.Sengaja membiarkan pria itu berpikir untuk memilih salah satu di antara ketiga topping tersebut tanpa perlu menyampaikannya lewat verbal.“How about morning kiss as topping?” usul pria beriris hijau berlagak lugu yang s
Tatap aku, ScarlettDan jangan pikirkan apa pun selain aku—William Molchior______________________________________________Matahari siang yang terik mengiringi perjalanan William, Scarlett dan Jenna menuju bandara John F. Kennedy. Sesuai dengan rencana yang sudah disusun kemarin, mereka akan terbang ke Los Angeles, California.Sambil memainkan boneka Barbie di carseat, Jenna mulai merasa bosan dan mata abu-abu terangnya berpindah melihat ke luar jendela mobil. Sewaktu melewati gedung-gedung di New York, mata bulat balita itu pun melebar. Ia terpukau dan menunjuk-nujuk timeline di salah satu gedungnya.“Mommy ... Mommy .... Ada William di sana, Mommy.”Scarlett melihat ke bel
Bagaimana bisa hal sederhana dalam balutan kata-kata formal seperti ini bisa berdampak sangat dasyat pada diri seseorang?—William Molchior_____________________________________________Pukul delapan pagi, Scarlett sudah duduk di meja kerjanya di Bake Me Up sambil bertopang dagu menghadap jendela yang terbuka lebar. Sinar mentari yang mengangkat keremangan ruangan menerpa wajahnya. Kehangatannya menjalar, menembus dadanya yang dipenuhi kembang api meledak-ledak.Scarlett menyadari pipinya naik sedari tadi. Pun, jantungnya yang berdebar kencang manakala benaknnya terus menampikan kepingan adegan apa yang telah ia lakukan dengan William di ruang tamunya.“Sepertinya aku sudah gila karena melakukannya,” gumam Scarlett sambil menggeleng dan menepuk-nepuk kepalanya pelan.Ia menggigit bibir bawahnya dengan jari mengetuk-ngetuk meja. Menghitung sebanyak kurang lebih sepuluh kali sebelum memutuskan mengeruk tas jinjingnya untuk me