Sebuah papan nama besar yang mencantumkan nama.
"Happy wedding Richardo Hernandos dan Kirana Lestari Putri"
"Selamat pak, semoga jadi keluarga yang bahagia." Sambutan demi sambutan mulai menggilir di tangan pengantin.
Richard menatap Kirana yang tengah asik berbicara dengan beberapa tamu undangan, dari kalangan atas maupun bawah.
"Dapat dari mana? Aku pikir kamu itu gak suka cewek," ucap Arnold teman bisnis sekaligus teman masa kecil Richard.
"Gini-gini aku masih normal Ar," jawab Richard sembari meminum wine yang ia pegang.
Arnold terkekeh. "Aku pikir kamu gay Richard, soalnya kamu gak pernah memikirkan cewek manapun bahkan jarang melirik cewek."
"Diam! Jangan buat suasana yang tentram ini jadi buruk Arnold."
"Hahaha ... kau kaku sekali Richard."
Richard berdecih, dia langsung berjalan pergi meninggalkan Arnold yang tengah menertawakannya. Namun langkahnya terhenti ketika melihat beberapa orang masuk.
Keluarga Hernandos. Keluarga yang paling ia benci, terutama Justin Hernandos ayahnya itu.
"Baru bertemu, kamu sudah menatap ayah seperti itu, bukankah tidak baik membuat suasana ini menjadi buruk?" Justin berjalan menuju Richard dengan istri baru serta dua anak kembarnya. Mereka ibu dan adik tiri Richard.
"Kak Richard selalu saja menatap kami dengan tatapan benci, apa kak Richard tak menyukai kami?" tanya Kenneth adik tiri keduanya.
Richard berdecih kasar. "Mentang-mentang kita satu ayah, jangan sembarangan memanggil namaku dengan mulut kotormu."
"Sudah hampir setahun, apa kamu tidak bisa akrab dengan kedua adikmu?" tanya Sandra ibu tiri Richard.
"Adik? Sejak kapan kalian menjadi keluargaku?"
"Richard!?" teriakan Justin langsung menarik perhatian pengunjung, bahkan ada yang ikut bergosip saat melihat pertengkaran itu.
Justin berjalan menuju Richard, serta mencengkram tangannya dengan kuat, lalu membawanya ke belakang.
"Lepas tanganku!" Richard menepis tangan Justin.
PLAKK!!
Bunyi tamparan menggema di ruang gudang, bahkan pipi Richard meninggalkan bekas lembam merah di situ.
"Sudah susah payah aku membesarkanmu, kamu bahkan tak berterima kasih sedikit pun!"
Richard tersenyum sinis. "Membesarkan? Sejak kapan kamu yang membesarkanku?"
Justin mengangkat tangannya dan bersiap menampar Richard. "Dasar anak tidak tahu balas bud--"
Richard berhasil menahan tamparannya.
"Tidak tahu balas budi? Setelah semua yang kau lakukan dengan Sandra untuk menjebak dan membunuh ibu kandungku!"
Mata Justin langsung kaget, tapi dia bersikap normal supaya Richard tak membaca bahasa tubuhnya.
"Kenapa? Kaget karna aku tahu masalah ini?"
"Apa maksudmu ... Sejak kapan aku membunuh istri tercintaku?"
"Baiklah, aku akan cari tahu dan membuktikan bahwa kau dan istri brengsekmu yang telah membunuh ibuku." Richard langsung melepaskan tangan Justin dan pergi meninggalkannya yang sudah kaku di tempat.
Richard pun kembali ke pesta, kini dia berjalan menuju Kirana yang masih asik dengan pengunjung.
"Waktu selesai. Sebagai penutupan mari kita dengarkan pengumuman dari para pengantin."
Semua mata tertuju kepada kedua pengantin yang tengah naik mimbar, bahkan mereka takjub dengan Kirana yang berhasil meluluhkan hati Ceo itu.
"Terimakasih kepada MC yang telah memberikan kami kesempatan untuk berbicara, di hari yang spesial ini, saya cuman ingin ini menjadi moment yang paling tak terlupakan bagi kami, dan juga terimakasih kepada para tamu undangan yang telah memberikan ucapan selamat kepada kami. Saya Kirana Lestari Putri dan Richardo Hernandos akan membangun keluarga yang bahagia. Terimakasih atas hari ini."
Tepukan menggelegar di seisi penjuru ruangan, mereka sangat takjub dengan gaya bicara Kirana yang sudah Public speaking. Dan sangat bangga karena Richard tak salah memilih pasangan.
"Saya Richard, ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada para pengunjung yang sudah datang, dan Saya serta Kirana akan membangun keluarga yang harmonis."
"Oh satu lagi, dengan ini saya menyatakan bahwa hari ini nama saya resmi di ubah menjadi Richardo Elios." Sambungnya.
Semua pengunjung langsung kaget dengan pernyataan Richard, ini benar-benar di luar dugaan. Bahkan ia dengan hebatnya mengganti marga tepat di depan keluarga besarnya.
Richard tersenyum manis dan pupil matanya tertuju kepada Justin yang sudah mengepalkan tangannya karena emosi yang ia pendam.
Justin menghembuskan nafas dan mengatur emosinya, ia tak ingin menimbulkan masalah lebih besar lagi, terutama ia adalah Direktur di perusahaan media ternama di asia.
"Tenang saja, Richard telah mengambil keputusan besar, karena tak ingin menyulitkanku, dia langsung mengganti marganya itu. Walau agak sakit karena sudah susah payah membesarkannya, dia malah tidak mau di atur." Justin mulai memainkan permainan katanya ketika media mulai menyorotinya.
"Si tua bangka itu, pintar juga membalikkan situasi, dia benar-benar ular beracun!" batin Richard geram.
Justin langsung tersenyum sinis dan menatap Richard. Mereka berdua benar-benar bersaing sengit.
Setelah satu jam berlalu, akhirnya semua pengunjung dan tamu undangan pulang dari pesta tersebut, dan kini tinggal para petugas hotel yang tengah sibuk membersihkan ruangan pernikahan itu.
"Apa kamu benar-benar mengganti margamu?" tanya Kirana yang tengah sibuk membuka gaunnya di balik tirai.
"Aku bukan orang yang ngelawak di depan publik dan media," jawabnya.
"Kamu tahukan kalau konsekuensinya besar, di tambah dengan ayahmu yang makin membencimu karena kejadian ini." Kirana keluar dari tirai saat sudah berganti pakaian.
"Jangan pernah ikut campur urusanku, kamu tahukan kalau pernikahan ini cuma pernikahan kontrak."
"Baiklah aku gak akan ikut campur, jangan lupa janjimu Richard," ucap Kirana.
"Aku bukan orang yang suka ingkar janji."
Richard pun berdiri dari kursinya, dia berjalan lalu menggandengan tangan Kirana.
"Apa ini?" tanya Kirana kaget dengan tingkah Richard.
"Diluar masih ada media, aku gak ingin ada rumor aneh yang merusak reputasiku," jawabnya dingin.
Mereka berdua pun berjalan keluar, tapi langkah kaki mereka terhenti saat melihat keluarga Hernandos di depan mereka.
"Kita sudah tak ada lagi hubungan keluarga, jadi jangan lagi muncul di hadapanku." Richard menatap tajam kearah Justin.
"Walau gak ada hubungan keluarga, tapi saham perusahaanmu di bagi kepada Kenneth dan Keynest, paham?"
Richard tersenyum mengejek. "Tenang saja, aku bukan tipe orang yang rakus dengan HARTA."
"Baguslah kalau kau sadar, aku cuman mengingatkan."
"Aku sadar karena tau diri, dari pada kalian yang sudah sadar tapi gak tau diri." Sindirnya sambil menunjuk keluarga itu satu persatu.
"Kak Richard, ini sudah kelewat batas! Kalau tidak suka jangan menghina kita." Keynest mengepalkan tangannya, ia benar-benar marah karena Richard selalu menganggap remeh mereka.
"Kenapa, gak suka? Aku juga gak suka berhubungan dengan kalian, ayo Kirana." Richard langsung menarik tangan Kirana meninggalkan keluarga itu.
"Kami permisi dulu," ucap Kirana saat di tarik menjauh dari keluarga Hernandos.
Justin menatap mereka berdua sambil tersenyum bahkan ia memikirkan ide konyol untuk menghancurkan Richard.
Sedangkan Keynest mengepalkan kedua tangannya, walau di bilang ia masih SMA, ia benci dengan orang yang seperti Richard. Dia benci ada orang yang meremehkan keluarganya.
Bersambung...
Sebuah Apartemen besar yang dihiasi dengan beberapa fasilitas terlengkap, terlihat cukup mewah dengan kolam renang. Bisa di perkirakan bahwa Apartemen itu kira-kira mencapai dua lantai. Terlihat sebuah mobil warna hitam pekat yang mendarat di depan apartemen itu, bahkan pengawal yang melihatnya langsung bergegas turun menuju mobil itu. Tak lama, mata para pengawal melihat Richard dan Kirana menuruni mobil yang mereka bawa tadi. "Selamat datang tuan dan nyonya besar!!" teriak mereka semua serempak, bahkan hal itu membuat Kirana kaget dengan teriakan mereka. "Bawa barang-barang yang ada di mobil itu ke kamarku," ucap Richard dan berjalan ke atas. Kirana agak mematung, dia belum pernah melihat Apartemen sebesar ini, bahkan di kotanya pun tak ada yang tinggal di Apartemen sebesar ini. "Kamu ngapain? Gak masuk?" tanya Richard saat tahu bahwa Kirana tak mengikutinya dari b
"Sial! Kejar wanita itu!" teriak seseorang dari balik tirai. Para penjaga bahkan pengawal pun langsung mengejar seorang wanita paruh baya dengan mengenakan gaun putih. Wanita paruh baya itu berlari sampai ia berada di taman mawar merah, dia benar-benar tak tahu lagi harus bagaimana. "Itu dia!" teriak pengawal ketika melihat wanita yang mereka cari. Mendengar teriakan pengawal, wanita itu langsung panik dan ia berlari masuk kedalam taman bunga mawar merah. Richard yang mendengar suara teriakan dari taman, dia berlari sampai akhirnya ia tiba di taman. Mata Richard langsung membulat ketika melihat ibunya yang sedang duduk tak berdaya sambil menatap kosong kedepan. Richard pun mengalihkan pandangannya kearah ruang gelap yang di tatap ibunya. "Richard, lari!" teriak Amanda dan dengan cepat orang yang di ba
Hari mulai beranjak malam, burung-burung pun mulai kembali ke sarang mereka, bahkan sisa-sisa sunset sore sudah menghilang. Terlihat Kirana sedang memasak di rumah sambil mengenakan pakaian maidnya. Entah ada apa dengannya, sehungga memakai pakaian maid yang begitu pendek dan terlihat sexy. Jam menunjukan pukul 19:30, terdengar dari luar mobil Richard sudah sampai di depan Apartemen. "Bagaimana? Apa ada yang mencurigakan?" tanya Richard kepada Bodyguard. "Tidak ada tuan, cuman ada seseorang yang bertabrakan dengan nyonya Kirana," jawabnya. "Siapa?" "Hanya orang biasa, katanya dia cuman lari dari orang yang mengejarnya." "Baiklah, terus awasi Kirana." Richard menepuk pelan pundak Bodyguardnya lalu berjalan masuk kedalam Apartemen. Ketika sampai di dalam, langkah Richard terhenti ketika melihat Kirana yang tengah memakai pakaia
Richard membuka matanya dengan cepat, nafasnya sudah tidak teratur, bahkan detak jantungnya berdegup sangat kencang. Mimpi itu lagi. Mimpi yang bersarang di dalam ingatan Richard, karena itulah dia selalu ingin menghilangkan semua mimpi buruk dan teka-teki yang ada di kepalanya. Richard menatap kearah jendela ruang kerjanya, dia tertidur karena terlalu kelelahan. Setelah ia mengetahui bahwa orang yang menabrak Kirana hanyalah orang biasa, dan tidak ada hubungannya dengan semua ini. Richard pun berdiri, lalu melangkah keluar dari ruang kerjanya, tapi matanya menangkap seorang gadis yang tengah memasak makanan untuk sarapan. "Kirana?" Richard berjalan menuju meja makan yang sudah ada beberapa masakan Kirana. "Maafkan aku Kirana, tadi malam aku benar-benar gak bisa mengendalikan diriku," ucap Richard menyesal, dia tahu bahwa Kiran
Kirana menatap langit-langit kamarnya, dia menelusuri setiap jejak seni yang tergambar di atasnya itu.Richard hari ini lembur hingga di tak bisa pulang kerumah. Kirana sebenarnya marah dan emosi atas tindakan Richard waktu itu.Dia takut trauma masa kecilnya muncul kembali. Kirana masih ingat, bagaimana dia waktu kecil di paksa dan di telanjangi seluruh tubuhnya di depan pamannya.Kirana menggelengkan kepalanya, dia tak ingin memikirkan masa lalu yang ia lewati dengan susah payah.KRINGG!!Sebuah panggilan telfon berhasil mengalihkan pikiran Kirana yang random, dia pun mengambil ponselnya yang ia taruh di nakas."Halo," ucapnya dengan suara agak serak."Halo sayang, gimana kabar kamu? Bunda rindu sama kamu Kirana," ucap seorang wanita dari balik ponsel."Kirana juga rindu sama Bunda, Bunda tunggu sebentar yah, Kirana janji bakal buat Bunda operasi dan hidup normal lagi." Kirana menggigit bibir bawahnya, dia tak ing
PLAKK PLAKKMr Monkey baru saja menampar Thomas. Wajah pria itu bahkan sudah penuh darah segar."SIAPA YANG NYURUH KAU ANGKAT TELFON INI BRENGSEK! AKU KIRA TADI KIRANA YANG ANGKAT!" Teriakan Mr Monkey menggelegar memenuhi ruangan.Bukannya menjawab, Thomas malah terkekeh.PLAKK!!Tamparan pun di layangkan di wajah Thomas, pria itu sudah tak bisa bergumam lagi."Brengsek! Bikin susah saja, lagian siapa yang nelfon tadi," ucap Mr Monkey setelah membanting tubuh Thomas di bawah lantai."Cari wan--" Perkataan Mr Monkey terhenti saat mereka semua mendengar beberapa buah suara mobil yang baru saja datang."Sial!"Mereka semua langsung berhamburan keluar dari pintu belakang."TANGKAP MEREKA!" Teriak Richard saat melihat mereka yang berhamburan keluar.Dengan secepat kilat, seluruh penjaga Richard berlarian untuk mengejar para penyusup itu.Richard tak ingin tertinggal dari para pengawalnya, dia dengan
Di rumah sakit Mutiara Alkasih, beberapa orang lalu lalang masuk kedalam, ada juga yang keluar.Banyak pasien serta dokter dan suster yang kesana kemari untuk memberi pelayanan.Di sebuah kamar dengan nomor 025, terdapat seorang gadis baru saja sadar dari tidurnya.Dia memejamkan matanya berulang kali untuk menyesuaikan pencahayan dalam rumah sakit itu.Dimana ini? Sebuah pertanyaan yang lolos di pikirannya, dia menatap langit-langit ruangan yang bernuansa putih itu, sesekali juga menoleh kekiri dan kekanan.Matanya menangkap seorang pria yang tertidur pulas dengan posisi duduk."Ri ... chard," ucapnya dengan nadah lemah.Walau waktu istirahat yang cukup lama, Kirana masih saja merasakan lemas pada bagian tubuhnya. Dia merasakan kejadian begitu sangat lama sekali.Entah dapat insting dari mana, Richard tiba-tiba terbangun dari tidurnya."Kirana, kamu baru bangun? Mau aku ambilin teh hangat? Apa ada yang terluka?"&n
Jam menunjukan pukul 09:00, menandakan bahwa pertumpahan akan terjadi.Richard telah mengumpulkan semua pasukannya. Pasukan yang ia ambil dari pembunuh tingkat atas, serta mantan komandan militer terkuat di indonesia dan negara luar."Kalian harus membunuh siapapun yang kalian temui di gedung itu! Jangan biarkan seekor nyamuk lolos dari gedung itu!" Richard berbicara dengan lantang, dia baru saja menjelaskan struktur bangunan markas Black Tiger."SIAP!" teriak mereka semua serempak.Richard menatap pengawalnya yang sibuk mengetes beberapa perlengkapan yang akan mereka bawah di pertarungan ini.Dari jauh Arnold berjalan mendekat lalu merangkul pundak Richard. "Kita harus kalahkan mereka malam ini.""Tentu saja, dengan ini aku bisa tahu siapa dalang di balik semua ini, dan aku akan menghancurkanmu Justin Hernandos," ucap Richard menggebu-gebu.Emosinya benar-benar memuncak, yang ada di pikirannya hanya niat untuk membunuh. Walau s