Mimpi itu lagi.
Mimpi yang bersarang di dalam ingatan Richard, karena itulah dia selalu ingin menghilangkan semua mimpi buruk dan teka-teki yang ada di kepalanya.
Richard menatap kearah jendela ruang kerjanya, dia tertidur karena terlalu kelelahan.
Setelah ia mengetahui bahwa orang yang menabrak Kirana hanyalah orang biasa, dan tidak ada hubungannya dengan semua ini.
Richard pun berdiri, lalu melangkah keluar dari ruang kerjanya, tapi matanya menangkap seorang gadis yang tengah memasak makanan untuk sarapan.
"Kirana?"
Richard berjalan menuju meja makan yang sudah ada beberapa masakan Kirana.
"Maafkan aku Kirana, tadi malam aku benar-benar gak bisa mengendalikan diriku," ucap Richard menyesal, dia tahu bahwa Kirana sedang berpura-pura tegar.
Kirana tak menjawab apapun, dia masih fokus memasak dan selalu menghindar kontak mata dengan Richard.
"Aku tahu kamu butuh waktu." Richard perlahan berdiri dan mau meninggalkan meja makan.
"Mandilah, aku sudah menyiapkan air panas, kamu bekerja keras tadi malam," ucap Kirana yang membelakangi Richard.
Richard pun tersenyum tipis, walau agak bersalah karena menyakiti Kirana, tapi Kirana masih baik hati kepadanya.
Dia pun melangkahkan kaki menjauhi Kirana, tapi langkahnya terhenti ketika mendengar suara dering telfon di sakunya.
"Nomor baru?" batinnya ketika menatap ponsel yang ia genggam.
Tak menunggu waktu lama, Richard pun mengangkat telfonnya. Namun dia tak mendengar suara apa-apa.
"Halo."
Hening, tak ada suara sedikit pun di balik ponselnya.
"Jangan mengganggu waktu saya."
"Richardo Elios."
Gerakan Richard terhenti saat dia hendak mematikan telfonnya, dia kaget suara yang ia benci memanggil namanya.
"Brengsek." Richard mengepal kedua tangannya, dia benar-benar sudah sangat emosi.
"Tenang dulu, aku cuman ingin menanyakan kabarmu, aku rindu padamu Richard."
"Jangan sebut namaku, dengan mulut kotormu."
"Ah sorry, bagaimana kalau Richo."
Richard langsung diam mematung, dia kaget dengan orang yang menelfonnya itu. Bagaimana dia tahu nama kecil Richard, padahal hanya Amanda ibunya yang tahu nama panggilnya.
"Brengsek! Siapa kau?"
"Eh? Emang namamu Richo?"
"Bacot anjing, Kau siapa brengsek!"
"Maaf kak, telfonnya salah sambung."
Panggilan pun di matikan, Richard mengacak rambutnya frustasi, dia ingin membanting ponselnya, tapi dia ingin melacak nomor yang baru saja menelfonnya.
"Aku akan menemukanmu pembunuh sialan!"
Di kediaman Hernandos, mereka kedatangan tamu yang tak di undang, tentu saja hal itu membuat wajah Justin menjadi emosi, karena bertemu dengan orang yang tak ia suka.
"Mau apa kau datang kemari?" tanya Justin kepada pria berjas hitam yang tengah meminum winenya.
"Apakah aku tidak punya hak untuk datang kesini?" tanya Pria itu membalikkan situasi.
"Bukankah urusan kita sudah selesai, kenapa kau datang lagi kesini, Jakson Wijaya."
"Tenang saja, aku gak akan lama, aku cuman ingin melihat pria kecilku." Jakson berdiri dan menatap bingkai keluarga Hernandos.
"Dia tidak lagi keluarga denganku."
Jakson tertawa renyah. "Aku tau kok, karena itulah situasi akan menjadi sangat indah untuk di nikmati."
"Penyakitmu kambuh lagi," ucap Justin yang pria yang di depannya, seperti psikopath.
"Hahahaha ... aku selalu bersemangat dengan anak itu, Richardo Elios." Jakson tertawa dengan keras sampai mengelilingi ruang kerja Justin.
"Kalau kau sudah tidak ada waktu, kembalilah ke tempatmu." Justin tak mau panjang lebar, karena dia sudah tau psikopath di depannya ini sangat berbahaya.
Mata Jakson menatap sebuah kamera kecil di samping pojok kas, dia pun berjalan dan mengambilnya.
"Licik sekali," gumamnya dan langsung menghancurkan kamera itu dengan sekali genggam.
Keynest langsung terjatuh dari kursi, dia tidak menyangka bahwa pria itu mampu mendapati kameranya yang sangat tersembunyi.
"Apa hubungan ayah dengan pria itu?" batin Keynest ketika mengingat percakapan dua teman lama yang baru berjumpa itu.
Dari pertemuan dua orang itu, membuat Keynest makin penasaran dengan kejadian yang sebenarnya. Selain ingin balas dendam kepada Richard, dia juga ingin memecahkan siapa di balik pembunuhan ibunya Richard.
Sedangkan dalam perjalanan, terlihat Richard mengendarai mobil dalam kecepatan yang sangat tinggi.
Richard turun dari mobilnya, lalu berjalan cepat menuju kantor, dia masuk tanpa membalas salaman dari para pekerja kantor.
Langkah kaki Richard membawanya sampai di depan ruangannya, tak menunggu lama, dia pun masuk kedalam.
"Arnold, apa kau sudah berhasil memecahkan kodenya?" tanya Richard yang baru saja masuk.
"Nomor yang baru saja kau kirim kodenya makin di perumit, bahkan temanku yang di china kewalahan dengan kode peretasnya," jawab Arnold yang masih menatap layar komputer dengan serius.
"Sial!" Richard menendang meja kantornya, dia makin emosi dengan orang yang selalu menerornya itu.
"Apa yang dia bicarakan tadi?" tanya Arnold.
"Dia tahu namaku waktu kecil, padahal hanya ibuku saja yang tahu namaku, bahkan si kakek Justin pun tak tahu nama panggilku."
"Sepertinya dia berbahaya Richard, kita harus hati-hati."
Richard dan Arnold langsung menyibukkan diri mereka dengan beberapa berkas dokumen dan beberapa link peretas kode.
"Mau sembunyi di manapun, aku akan menemukanmu brengsek." batin Richard.
.
.Di sebuah bangunan kosong, terlihat beberapa tiga orang berjubah yang tengah duduk mengintari meja kotak panjang di depan mereka.
"Apa kau baru saja menelfon Richard?" tanya pria yang memakai topeng monyet.
Pria yang memakai penutup jubah, serta topeng hitam di kepalanya itu, mengangguk dengan pelan.
"Kau masih saja mengisengi anak itu, Master Black." Seorang wanita ikut menimpali percakapan dua orang itu, wanita yang memakai topeng dengan gambar monster merah.
"Apa kini kau merasa kasihan pada anak itu? Monster Momy."
"Diam kau Monkey."
Mereka bertiga asik berbincang-bincang. Dari arah tangga terlihat seseorang datang dan mengalihkan tatapan mereka.
"Halo Jakson," ucap Monkey sembari berdiri lalu memberikan salam.
Jakson tersenyum, lalu membalas jabat tangan Monkey, dia lalu berjalan dan duduk di samping Master Black.
"Apa kalian sudah memikirkan rencana itu?" tanya Jakson.
Master Black tersenyum manis. "Tenang saja, aku sudah menyiapkan banyak hal untuk, Richardo Elios."
Bersambung...
Kirana menatap langit-langit kamarnya, dia menelusuri setiap jejak seni yang tergambar di atasnya itu.Richard hari ini lembur hingga di tak bisa pulang kerumah. Kirana sebenarnya marah dan emosi atas tindakan Richard waktu itu.Dia takut trauma masa kecilnya muncul kembali. Kirana masih ingat, bagaimana dia waktu kecil di paksa dan di telanjangi seluruh tubuhnya di depan pamannya.Kirana menggelengkan kepalanya, dia tak ingin memikirkan masa lalu yang ia lewati dengan susah payah.KRINGG!!Sebuah panggilan telfon berhasil mengalihkan pikiran Kirana yang random, dia pun mengambil ponselnya yang ia taruh di nakas."Halo," ucapnya dengan suara agak serak."Halo sayang, gimana kabar kamu? Bunda rindu sama kamu Kirana," ucap seorang wanita dari balik ponsel."Kirana juga rindu sama Bunda, Bunda tunggu sebentar yah, Kirana janji bakal buat Bunda operasi dan hidup normal lagi." Kirana menggigit bibir bawahnya, dia tak ing
PLAKK PLAKKMr Monkey baru saja menampar Thomas. Wajah pria itu bahkan sudah penuh darah segar."SIAPA YANG NYURUH KAU ANGKAT TELFON INI BRENGSEK! AKU KIRA TADI KIRANA YANG ANGKAT!" Teriakan Mr Monkey menggelegar memenuhi ruangan.Bukannya menjawab, Thomas malah terkekeh.PLAKK!!Tamparan pun di layangkan di wajah Thomas, pria itu sudah tak bisa bergumam lagi."Brengsek! Bikin susah saja, lagian siapa yang nelfon tadi," ucap Mr Monkey setelah membanting tubuh Thomas di bawah lantai."Cari wan--" Perkataan Mr Monkey terhenti saat mereka semua mendengar beberapa buah suara mobil yang baru saja datang."Sial!"Mereka semua langsung berhamburan keluar dari pintu belakang."TANGKAP MEREKA!" Teriak Richard saat melihat mereka yang berhamburan keluar.Dengan secepat kilat, seluruh penjaga Richard berlarian untuk mengejar para penyusup itu.Richard tak ingin tertinggal dari para pengawalnya, dia dengan
Di rumah sakit Mutiara Alkasih, beberapa orang lalu lalang masuk kedalam, ada juga yang keluar.Banyak pasien serta dokter dan suster yang kesana kemari untuk memberi pelayanan.Di sebuah kamar dengan nomor 025, terdapat seorang gadis baru saja sadar dari tidurnya.Dia memejamkan matanya berulang kali untuk menyesuaikan pencahayan dalam rumah sakit itu.Dimana ini? Sebuah pertanyaan yang lolos di pikirannya, dia menatap langit-langit ruangan yang bernuansa putih itu, sesekali juga menoleh kekiri dan kekanan.Matanya menangkap seorang pria yang tertidur pulas dengan posisi duduk."Ri ... chard," ucapnya dengan nadah lemah.Walau waktu istirahat yang cukup lama, Kirana masih saja merasakan lemas pada bagian tubuhnya. Dia merasakan kejadian begitu sangat lama sekali.Entah dapat insting dari mana, Richard tiba-tiba terbangun dari tidurnya."Kirana, kamu baru bangun? Mau aku ambilin teh hangat? Apa ada yang terluka?"&n
Jam menunjukan pukul 09:00, menandakan bahwa pertumpahan akan terjadi.Richard telah mengumpulkan semua pasukannya. Pasukan yang ia ambil dari pembunuh tingkat atas, serta mantan komandan militer terkuat di indonesia dan negara luar."Kalian harus membunuh siapapun yang kalian temui di gedung itu! Jangan biarkan seekor nyamuk lolos dari gedung itu!" Richard berbicara dengan lantang, dia baru saja menjelaskan struktur bangunan markas Black Tiger."SIAP!" teriak mereka semua serempak.Richard menatap pengawalnya yang sibuk mengetes beberapa perlengkapan yang akan mereka bawah di pertarungan ini.Dari jauh Arnold berjalan mendekat lalu merangkul pundak Richard. "Kita harus kalahkan mereka malam ini.""Tentu saja, dengan ini aku bisa tahu siapa dalang di balik semua ini, dan aku akan menghancurkanmu Justin Hernandos," ucap Richard menggebu-gebu.Emosinya benar-benar memuncak, yang ada di pikirannya hanya niat untuk membunuh. Walau s
DORR!"TUAN!!" teriak Thomas saat dia melihat Richard yang baru saja tertembak hingga ia tersungkur kebawah.Thomas dengan cepat mengarahkan shotgunnya kearah orang yang menembak Richard, orang dengan topeng monyet, serta sepuluh penjaga yang berdiri di belakangnya."Aku tidak menyangka kalian akan menyerang markas kami, sungguh tindakan yang bodoh Richard," ucap Mr Monkey."Kau ... brengsek!" Thomas mengkongkang shotgunnya."Percuma kau melancarkan serangan itu, kau hanya akan membuang nyawamu," ucap Mr Monkey dengan santai.Nafas Richard tak teratur, penglihatan dan pendengarannya kurang tajam, rasanya dia akan kehilangan kesadaran di saat seperti ini."Sial! Aku harus selesaikan semua hari ini." Richard memaksa dirinya untuk berdiri, dia menatap tajam Mr Monkey.Mr Monkey terkekeh geli. "Baru kali ini aku melihat orang yang masih saja bertindak bodoh.""Brengsek! Aku akan menghancurkan kalian semua." Richard berdiri,
DORR!!Peluru yang Richard lancarkan berhasil melumpuhkan kedua tangan Mr Monkey, kini dia tak bisa berkutik apa-apa lagi."Siapa yang menyuruh kalian untuk melakukan semua ini?" tanya Richard ketika Mr Monkey sudah terbaring lemas di bawah.Mr Monkey terkekeh. "Kamu pikir sudah menang Richard? Semua masih belum berakhir.""Apa keluarga Hernandos dibalik penyerangan dan teror semua ini?""Aku tak mengerti dengan apa yang kau katakan.""JAWAB AKU BRENGSEK! JANGAN ALIHKAN PERTANYAANKU!""Lebih baik aku mati, dari pada harus memberitahu hal ini kepadamu." Mr Monkey terkekeh.Richard meraih topeng monyet yang di pakai Mr Monkey, dan langsung melepaskannya. Mata Richard menatap wajah di depannya itu, dia tak mengenal orang yang di sebut Mr Monkey ini."Siapa yang membayarmu untuk melakukan ini?" tanya Richard sambil menodongkan senjata yang ia pegang."Jangan buang-buang nyawaku, bunuh aku saja Richard!"K
"Apa tidak ada yang ketinggalan?" tanya Richard saat mengisi beberapa kardus serta koper yang baru saja ia masukan di dalam jok mobil.Kirana menggelengkan kepala dan berjalan kearah Richard sambil membawa kardus terakhir. "Gak ada lagi."Mereka berdua masuk kedalam mobil, dan melaju dengan cepat.Hari ini Kirana dan Richard akan mendiami rumah baru mereka, dari kejadian yang mereka alami, inilah kebebasan yang sesungguhnya.Kejadian yang menjadi sebuah awal pertempuran dan akhir untuk Kirana serta Richard.Mobil Richard melaju dengan cepat di jalan raya, tapi dia tiba-tiba membelok haluannya kearah yang berlawanan."Mau kemana?" tanya Kirana agak keherangan."Kamu gak lupa kan?" tanya Richard balik.Kirana langsung mengingat kemarin malam, dia mengingat jelas Richard berbicara tentang semua kejadian tadi malam.Kirana agak senang karena Richard telah terlepas dari belenggunya dan Richard juga bisa menyelesaikan ko
"Belok kiri pak," ucap Kirana kepada pak supir.Kirana sedang dalam perjalanan menuju kantor polisi, setelah kejadian di rumah beberapa menit yang lalu, ia melihat Richard di tahan oleh polisi.Tak lama beberapa jam, mobil taxi yang mengantarkan Kirana berhenti tepat di kantor pusat kepolisian."Makasih pak," ucap Kirana sambil menyondorkan uang, ia lalu bergegas keluar.Kirana menggigit bibir bawahnya, dia khawatir kalau Richard akan di tahan.BRUKK!!"Auh ..." Kirana meringis kesakitan, tubuhnya terpental jatuh kebawah ketika bertabrakan dengan seseorang."Ahh maaf, apa kau baik-baik saja?" tanya pria yang baru saja menabrak Kirana.Kirana langsung mendongakkan kepalanya keatas, tiba-tiba pria yang ada di depannya langsung kaget."Kamu ... Kirana?" tanyanya masih dengan keadaan kaget.Kirana berdiri dan langsung menyesuakan keseimbangannya, dia menatap pria yang ada di depannya itu."Siapa yah?" tan