Deringan alarm diatas meja dengan bentuk jam walker nya yang menyerupai kodok itu terus berbunyi sejak lima belas menit yang lalu.
Di balik selimut tersebut seorang pria sedang meringkuk seolah kedinginan.
Siapa lagi jika bukan Henry atau kalian semua bisa memanggilnya dengan sebutan tuan muda. Tetapi anehnya jika ia mendengar dirinya di panggil demikian maka Henry pasti akan memasang wajah sebalnya.
Henry terlahir dengan sifat lembut ibunya, lembut bukan berarti dia lemah dan tidak bisa tegas. Jangan salah kawan, karena di balik sikap pendiam nya itu jika Henry mulai terusik maka ia akan segera membuka rahangnya dan menerkam siapa pun yang telah berani mengusiknya.
Tegas adalah turunan sikap ayahnya siapa lagi kalau bukan Sagaara, seantero jagad raya juga sudah tahu seperti apa dia.
Pria yang bahkan tak segan-segan menjebloskan istrinya sendiri ke dalam kandang harimau, ah mengerikan sekali.
***
Henry membiarkan alarm itu terus berdering sementara dirinya sendiri malah sibuk menggulung tubuhnya dengan selimut tebal tersebut.
Lama kelamaan dia pun bosan, segera dia bangun dan mematikan deringan alarmnya.
Henry menguap lebar namun dia segera menutup mulutnya dengan tangan, usai menguap Henry menatap figura di atas meja.
Dia tersenyum sembari menatap wajah saudari kembarnya itu, siapa lagi kalau bukan Kyara.
Ngomong-ngomong Kyara kemana?
Menurut kabar yang di dapat sekarang, Kyara ternyata sedang melanjutkan kuliahnya diluar negeri.
Kemudian Henry kembali duduk di tepi ranjang nya yang tepos, kamar berukuran kecil yang hanya terpasang kipas angin dinding dan berisikan lemari pakaian serta perlengkapan penerangan lampu.
Dia sengaja hidup sederhana seperti ini, bukan karena gulung tikar atau apapun hanya saja Henry sedang mencoba peruntungannya.
Mencari jodoh dengan cara pura-pura menjadi pria yang miskin. Pasalnya selama ini semua wanita yang mendekatinya hanya karena uang dan kedudukannya saja sebagai putra seorang konglomerat yang memiliki kekuasaan penuh.
Belum lagi bekingan orang-orang berpengaruh seperti paman Jack, paman Longe dan tak lupa juga juga ada sang tangan kanan yang selalu setia pada ayahnya.
"Kyara, kau sudah bangun?" pesan terkirim.
"Bangun apanya? Disini baru saja malam menjelang. Tidur saja belum bagaimana bisa aku bangun?"
"Haaaah.. benar, aku terkadang lupa kalau kau saat ini berada di luar negeri."
"Kenapa? Tumben sekali kau mengirimi ku pesan?"
"Tidak apa-apa, hanya rindu saja.. memangnya tidak boleh?"
"Haha.. apa katamu? Rindu? Menjauh lah dariku.. lebih baik kau cari saja wanita yang bersedia menikah dengan mu.. memangnya mau sampai kapan kau bersandiwara menjadi miskin seperti itu kakak ku tersayang?"
"Cerewet! Cepat selesaikan kuliah mu, dan tidurlah.."
Henry mengirim pesan terakhirnya dengan senyuman, lalu mematikan layar hp nya.
"Aku juga harus bersiap dan segera pergi kerja, atau papah akan memarahiku."
Henry beranjak dari duduknya setelah meletakan hp itu begitu saja di atas ranjang, dia menarik handuk hijaunya yang terpaku di dinding kamar dan segera membawanya masuk ke bath room.
Entah apakah rencananya dalam mencari istri akan berhasil?
Kita doakan saja ya kawan, semoga saja ada wanita yang tulus mencintainya.
***
Usai mandi dan dilanjutkan dengan sarapan barulah Henry bersiap untuk berangkat ke kantor.
Dia memakai tas gendong hitam juga tak lupa memakai helm, dia lebih suka menaiki motor dari pada mobil.
Semoga pagi ini menjadi hari yang menyenangkan untuk nya, ya.
Motor yang di kemudikan Henry masih melaju dengan kecepatan sedang, dan saat di belokan jalan tak sengaja motornya menyerempet body mobil bagian samping.Mobil mewah berwarna biru itu pun menghentikan lajunya di bahu jalan, "Argh! Sialan.. siapa yang sudah berani menyerempet mobilku!"Untung saja Henry merupakan pria yang bertanggung jawab, dia tak merasa takut jadi memilih untuk tetap bertahan ditempat.Dia menepikan motornya tepat di depan mobil biru itu."Kakak, sudahlah jangan marah-marah.. mungkin dia tidak sengaja." seru Dita kepada Sera sang kakak."Sudah diam saja kau! Ini semua juga gara-gara dirimu.."Dita terdiam saat dirinya di salahkan, memang benar apa yang dilakukan ayahnya tadi pagi sudah menyulut api diantara dua saudari itu.Mereka bukanlah saudara kandung melainkan saudara tiri, ibu dan ayah masing-masing membawa anak.Dita gadis
Mereka bertiga sudah berada di kantor polisi, duduk berjejer di kursi masing-masing.Sera menuntut agar Henry di penjara beberapa hari karena telah berani menggores mobilnya."Aku ingin kalian memenjarakannya untuk beberapa hari, agar dia tahu siapa nona yang sedang bicara padanya ini."Gunawan, polisi yang menangani kasus ini hanya bisa menghela nafas."Maaf nona kami tak bis memenjarakannya."Sera mengernyit sembari menghela kesal, "Apa? Kenapa tidak bisa.. aku punya bukti yang menguatkannya.""Kakak sudahlah, lagi pula ini hanya kesalah fahaman saja." seru Dita menengahi."Diam kau!" pekiknya sambil mencubit paha Dita hingga membuatnya meringis sakit."Nona, apakah anda tahu siapa pria yang sedang duduk di sebelah mu ini?""Memangnya siapa dia, pria ini hanya orang miskin."Seorang pria melangkah masuk kedalam ru
Tepat di lampu merah motor mereka bersebelahan dengan mobil merah, sipemilik mobil itu ternyata mantan pacarnya Dita.Roy yang tak sengaja melirik ke arah kiri mobilnya pun langsung membulatkan kedua matanya, dengan menatap sinis ia menurunkan kaca jendela mobilnya."Haha.. kau meninggalkanku hanya untuk bersama pria butut itu haha.." Roy terbahak bahkan dengan berani dia mengeluarkan hp nya untuk memotret mereka."Kak Roy tolong hentikan, apa yang kau katakan itu tidak benar.. kami tidak pacaran."Sementara Henry hanya diam saja, lampu lalu lintas berubah hijau segera ia menarik gas motornya dan terus melaju menuju kantor.Sementara Roy yang sudah mendapatkan foto mereke berdua, dia menyeringai licik dan langsung mengirimkan foto tersebut ke group alumni kampus XX.Beberapa menit setelah meng upload ada banyak notifikasi yang masuk di hpnya. Begitu juga dengan hp milik Dita yang be
Disela-sela jam kerja Dita sedikit jenuh jadi dia istirahat sejenak, mengecek hp yang sedari tadi bergetar.Bermain hp sembari memangku dagu, Hah? Apa-apaan ini! Kak Roy kau sungguh keterlaluan!Kesal Dita didalam hati, bagaimana bisa pria itu menjadikan dirinya dan Henry sebagai bahan candaan para alumni?Dita segera melangkah keluar untuk mencari Henry, Jam segini petugas kebersihan masih bekerja kan.. semoga saja aku bisa menemukannya dengan cepat.Kasihan dia jika sampai tahu dirinya dijadikan bahan olokan karena kesalahan ku..***Mencari kesana kemari juga belum menemukannya hingga masuk waktu istirahat, Dita mendudukan tubuhnya dengan sedikit lesu.Bagaimana ini? Aku masih belum menemukannya.. ini semua salahku. Seharusnya aku tadi pagi saat dirumah aku tak perlu memaksakan diri untuk menemani kak Sera.Dia tertegun saat melihat tangan pria m
Jam pulang kantor sudah tiba, sebelum Dita keluar terlebih dahulu Henry sudah menunggunya di lobi paling sudut namun ia hanya membelakangi orang-orang.Henry hanya memperlihatkan punggung kekarnya saja.Sudah dari sepuluh menit yang lalu ia menunggu.Ting!Pintu lift terbuka dan orang-orang sudah mulai berpencar pulang kerumah masing-masing.Dita dan Mega yang kebetulan berada di antrean paling belakang jadinya ya harus bersabar."Dita, aku duluan ya soalnya sudah di jemput.." ucap Mega berpamitan."Ah~ iya baiklah hati-hati di jalan Mega.""Ok.."Dita melangkahkan kakinya keluar lift sembari merapihkan rambutnya kebelakang telinga, untung saja dia mengedarkan pandangannya kesana kemari. Jika tidak maka mungkin saja Henry akan terus dibuat menunggu."Henry.." seru Dita membuatnya segera menoleh. "Kenapa kau berdiri
Roy menangkap pergelangan tangan Dita dan berniat membawanya pulang."Lepaskan aku kak Roy, sakit.""Bersamanya kau hanya akan menderita.. cih!" dan Roy kembali meludahinya, namun kali ini habis sudah batas kesabaran tuan muda Henry.Dia mengangkat kaki jenjangnya dan menendang perut Roy hingga tersungkur ke aspal."Ugh!"Sebelum tersungkur, terlebih dahulu Henry menarik Dita kesamping nya."Henry, apa yang kau -" Dita terdiam dengan bola matanya yang memucat saat ditatap dengan sorot mata yang gelap, dingin seolah pria itu bukanlah Henry."Aaakh! Sial!" pekik Roy tak terima bersamaan dengan kedua temannya yang baru saja turun dari mobil."Hei kau pria miskin, berani sekali menyentuhnya!" bahkan Vendo berani menuding wajah Henry."Dasar tidak tahu malu! Apakah kau tak tahu? Dia itu putra Walikota DT yang sangat berpengaruh!" teriak
Sera yang mempercepat langkahnya menuju lantai satu, dia membukakan pintu rumah.Ditangannya ia menggenggam sebuah botol air mineral, saat ia menarik handle pintu dan byur..Dia menyiram tepat di wajah Henry, tersirat kepuasan di wajahnya."Kak Sera.. apa yang kakak lakukan?" segera saja Dita mengeluarkan sapu tangannya yang berwarna pink dengan inisial A itu."Henry, tolong maafkan kakak ku.. dia tak sengaja melakukannya." hm, padahal dari sisi manapun Sera tak mungkin melakukannya dengan ketidak sengajaan."Ya..""Ini pakailah untuk mengeringkan wajah mu.. Henry ayo masuk dulu lihatlah bajumu sampai basah. Aku akan meminjamkan baju ayah..""Tidak perlu, aku buru-buru.""Haha.. jelas saja pria kampungan seperti dirimu ini mana bisa menginjakan kaki seenaknya di rumah ini." ejek Sera."Kakak cukup kak.. ku mohon jangan menyudutkan n
Senja menyapa bahkan langit jingganya saja begitu menyejukkan mata yang memandangnya.Dita yang baru selesai mandi masih dengan balutan kimono biru dengan motif perca, duduk di tepi ranjang sambil mengeringkan rambutnya dengan hairdrayer."Dita!" tandas ibu memanggilnya, dengan kasar ia membuka pintu kamar."Ibu? Ada apa bu.. kenapa -"Ibu menjambak rambut anak tirinya tersebut, hingga membuat beberapa helai rambutnya rontok."Aaa! Sakit bu.. sakit.." Dita memegang tangan ibunya, berusaha untuk melepaskan jambak kan tangannya."Dalam sejarah keluarga Antoni, tak satupun yang bisa membawa pasangan orang miskin ke rumah ini!""Dan berani-beraninya kau membela pria itu, kau mengucilkan kakakmu Sera hah! Apakah ini didikan yang berikan oleh ayahmu?"Cecar ibu dengan kesal, dia melepaskan jambak kan rambutnya lalu mendoron