Share

Chapter 3 - Beloved Sister

/”Waktu cepat sekali berlalu ya? Lihatlah keluar, musim panas sekarang sudah menjadi kesekian kalinya yang kulalui tanpa keberadaanmu 4 tahun terakhir ini. Ah, Aku kesepian tanpamu, kapan sih adik kecilku yang manis itu kembali ke pelukan kakaknya yang cantik jelita ini?”/

“Hihi, Kakak masih sama seperti biasanya. Selalu memuji dirinya sendiri di setiap surat yang ia berikan padaku, apa dia tidak memikirkan kata-kata lain selain ini?”

Darissa terkikik kecil membaca surat dari kakaknya itu, sepucuk surat yang menjadi penebus rindu.

/”Kesehatanku sudah mulai membaik daripada sebelumnya, sekarang Aku tidak terlalu sering berbaring di kasur dan mengurung diri di kamar tahu! Setelah Kau lulus dari akademi, ayo lakukan semua hal yang ingin Kau lakukan bersamaku dulu! Seperti piknik di musim panas, menanam dan melihat bunga-bunga cantik di musim semi, berjalan bersama saling bergandengan tangan di bawah pepohonan yang daunnya mulai rontok di musim gugur, lalu membuat boneka salju di musim dingin!”/

Darissa tersentuh sampai membuat ujung matanya basah, itu adalah semua yang ingin dia lakukan bersama kakaknya sewaktu kecil. Namun, Dia tidak bisa melakukanya karena kakaknya sering sakit-sakitan, Darissa juga tak bisa sering bermain dengannya karena Alesya lebih menghabiskan banyak waktu untuk beristirahat. 

Alesya memiliki jantung yang lemah, dia akan langsung jatuh sakit jika terlalu banyak bergerak atau berjalan sebentar, meskipun hanya beberapa meter saja. Makanya, Alesya sering disuruh beristirahat dan berdiam diri di kamar saja agar kondisinya tidak menjadi parah, bahkan di hari keberangkatan Darissa ke akademi pun, Alesya tak melangkahkan sejengkal dari kakinya yang turun dari ranjang.

“Kakak lebih baik sekarang? Syukurlah kalau begitu, Aku sangat merindukan Kakak.”

/”Seperti apa yah penampilanmu sekarang? Apa Kau jadi lebih mirip dengan Ayah, err ... kurasa tidak. Hm, mungkin mirip Ibu? Atau malah mirip denganku?! Ugh! Aku benar-benar tidak sabar menantimu pulang. Seingatku, tinggimu dulu hanya sebatas bahuku, lalu bagaimana dengan sekarang? Apa Kau tumbuh lebih tinggi? Aku dengar kalau biasanya anak yang paling muda akan tumbuh menjadi lebih tinggi melampaui Kakaknya, apakah itu berlaku juga padamu?”/

“Hm, coba kupikir dulu. Sepertinya kalau soal tinggi badan, Kakak masih tetap tinggi dariku.”

/”Darissa, apa Kau tahu? Hari demi hari Ayah kita dilanda kegelisahan ketika memikirkanmu, dia selalu meminta pendapat kepada kami berdua soal apa yang harus dia lakukan jika suatu hari nanti, Kau pulang dari akademi membawa calon menantu. Huh, padahal Adik kecilku itu masih sangat muda untuk menikah. Tapi, jika Kau membawa calon adik ipar untukku yang berkelakuan baik padamu, mungkin Aku akan menyetujuinya! Jangan terlalu dipikirkan, tapi ... membayangkan memiliki keponakan perempuan yang mirip denganmu sepertinya akan terasa menyenangkan!”/

“Apa-apaan mereka itu!” cicit Darissa kecil dengan wajah memerah.

/”Kau akan pulang dalam 2 tahun lagi kan? Pasti debutante-mu di dunia sosialita aristokrat akan jatuh pada ulang tahunmu yang ke-16. Ibu bilang, dia tidak sabar untuk mendandanimu dengan sangat cantik, tentu saja Aku juga ingin ikut serta dalam pesta. Membayangkan pergi ke pesta dansa bersamamu dengan memakai gaun yang berpasangan berdua saja sudah membuatku gembira! Makanya, belajarlah yang rajin lalu pulanglah dengan cepat. Kami sangat menantikan hari kepulanganmu!”/

/”Dengan penuh cinta, untuk adikku yang tersayang. Jaga dirimu baik-baik dan tetap sehat selalu, Kakak mencintaimu.”/

“Alesya Eilaira Na Eiren.” gumam Darissa membaca nama yang tertulis dipojok surat, itu adalah nama kakaknya yang dia kagumi.

•••

“Syarat untuk mewarisi gelar Ayahku adalah memiliki pasangan dan menikah? Tidak masuk akal! Padahal 'kan, Aku cukup mampu untuk mewarisi gelar itu tanpa harus menikahi seseorang!”

Di bawah temaramnya cahaya bulan, ada seorang pemuda yang sebentar lagi memasuki usia dewasa menurut peraturan kerajaan Aethelred, yakni berumur 18 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita.

Rambut perak platinum yang warnanya tampak menyatu dengan sinar rembulan itu terseok-seok secara acak dihembus angin dari jendela kamarnya yang sengaja ia buka, manik mata ungu amethyst itu memandangi bulan yang menampakan diri menerangi bumi dalam wujud separuhnya saja.

“Dengan menikah, Anda bisa memperkuat kekuatan politik Anda karena terbantu oleh kekuatan politik dari keluarga Istri Anda. Akan lebih baik jika Anda menikahi putri dari keluarga terpandang, Young Master Antshel.” saran Aide dari pemuda yang bernama Antshel itu.

“Ckk, merepotkan! Lalu, apa Kau tahu gadis bangsawan mana yang masih lajang dengan latar belakang keluarganya yang cukup menjanjikan?”

“Ah, ada dua putri keluarga Marquess yang diketahui masih belum memiliki tunangan. Putri tertua bernama Alesya Eilaira Na Eiren, usianya 16 tahun, dia setahun lebih muda dari Anda. Kedua putri dari Marquess Eiren sangat terkenal akan kepintarannya dibidang akademik dan kesopanan, tak lupa pula dalam bidang tata krama. Nona Alesya sangat cocok dengan Anda, namun ... sayangnya, dia memiliki riwayat penyakit lemah jantung,”

“Aku tidak tertarik untuk menikahi gadis berpenyakitan! Itu hanya akan menyusahkanku saja. Lalu, bagaimana dengan adiknya?”

“Be-begitu ya? Kalau begitu, soal Nona termuda putri Marquess Eiren. Namanya Darissa Na Eiren, 14 tahun, dan kini tengah berada di akademi sihir untuk belajar mengendalikan bakat sihir apinya.”

Antshel berpikir sebentar, sepertinya adiknya akan jauh lebih berguna daripada kakaknya. Darissa memiliki bakat mengendalikan sihir api yang di mana terbilang cukup legendaris di Aethelred. Bukan hanya itu saja, gadis itu juga berasal dari keluarga Marquess yang mana pangkat derajatnya hanya setingkat lebih rendah dari pangkat seorang Duke.

Keuntungan yang akan ia raup akan sangat bangak jika dia bertunangan atau bahkan sampai menikah dengan Darissa, pertunangan politik tanpa cinta adalah ide yang bagus untuk rencananya merebut gelar "The Duke of Gracious" dari Ayahnya.

“Baiklah, sudah kuputuskan. Aku akan melamar gadis itu dan memintanya untuk menjadi tunanganku di hari debutante-nya nanti.”

~~~~~

CRUNCH~ CRUNCH~

“Your Highness, apa ini sudah menjadi hobi Anda? Membaca buku sampai larut malam?”

Fennel mengunyah biskuit rasa teh hijau di sela-sela kebosanannya menemani Lancient membaca buku novel selama hampir tiap malam. Lancient yang awalnya iseng-iseng membaca novel gara-gara apa yang Aira bilang 4 tahun lalu, malah keterusan membacanya dan menjadikannya sebuah kebiasaan.

“Ceritanya sangat menarik! Setiap novel mempunyai permasalahannya tersendiri, ada bagian-bagian tertentu yang membuatku ketagihan untuk membacanya lagi dan lagi!”

“Apanya yang menarik dari sejumput cerita begitu? Lebih baik jika Anda belajar saja! Itu akan sangat berguna untuk pengetahuan Anda.”

Lancient mendelik Fennel dengan tatapan tidak suka, sudah ia duga dari sebelumnya kalau si pengawal pribadi sekaligus pelayanannya dalam mempersiapkan kebutuhannya sehari-hari itu, tak pernah tertarik dengan hal-hal yang berbau romansa.

Direbutnya piring berisi biskuit favorit Fennel dan disembunyikan olehnya ke belakang punggung, persis seperti yang Fennel lakukan tadi sore.

“Your Highness! Kenapa Anda merebut makanan Saya?!”

Fennel, si pemuda yang selalu menyembunyikan semua perasaannya dari hadapan orang lain seperti saat dia marah, kesal, dan sedih terhadap seseorang itu, akan menunjukkan sikap aslinya jika ada orang yang mengganggu acara makan kudapan favoritnya. Dan lihatlah sekarang, pemuda itu sewot dan berisik sekali saat makanannya Lancient rebut.

“Oh ya, ada satu hal yang membuatku penasaran setengah mati karena Aku belum pernah melakukannya. Mungkin saja Fennel tahu kan? Karena Fennel lebih tua dariku, pastinya Kau sudah berpengalaman.”

“Anda membicarakan hal yang aneh lagi! Saya tidak peduli itu, pokoknya kembalikan makanan Saya!”

“Aih, Kau ini! Baik, baik, Aku akan mengembalikannya padamu asalkan jawab pertanyaanku dulu.”

“Urgh ... baiklah, apa yang ingin Anda tanyakan?”

Fennel yang tidak sabaran lagi menyetujui permintaan Lancient tanpa berpikir panjang, padahal dia tidak akan pernah tahu pasti dengan apa yang akan ditanyakan oleh Lancient itu, karena dia hanya memikirkan makanannya saja.

“Hm, itu ... Aku penasaran. Seperti apa rasanya ciuman?”

“....”

Pemikiran tentang biskuit teh hijaunya tiba-tiba pecah berhamburan, otaknya mendadak kosong dan mata zamrudnya itu melotot dengan tatapan suram. Fennel sangat syok, dia menolak berbicara sejenak karena sedang mengumpati anak muda di depannya dari dalam hati.

“Katanya, saat berciuman dengan orang yang Kau suka, adik kecilmu (?) akan berdiri keras dan membuat pikiranmu jadi liar. Orang yang pendiam dan tanpa emosi pun akan berubah menjadi buas saat berada di atas ranjang, lalu saat Kau memasukkan ad--- hmph!”

Dengan tangan gemetaran, Fennel membekap mulutnya Lancient rapat-rapat. Walaupun tidak terlalu tahu, tapi Fennel benar-benar paham dengan arah pembicaraan kotor yang membuat wajah tegasnya menjadi terasa meleleh akibat hawa panas yang membakar.

Anak kecil itu seharusnya pikirannya masih polos, bagaimana bisa Lancient mengatakan "Cara membuat anak kecil yang mirip denganmu, atau pasanganmu, atau bahkan perpaduan antara Kalian berdua." begitu lantangnya tanpa ada rasa malu sedikit pun?

“Bagaimana ... bagaimana bisa Anda mengetahui hal vulgar semacam itu, Your Highness?”

Lancient mengerjapkan matanya berkali-kali menatap aneh reaksi tidak biasa dari Fennel yang membuatnya semakin penasaran, segera saja dihempaskan tangan yang menutupi mulutnya itu dan kembali berucap.

“Dari buku, tentunya.”

“Baiklah, Saya serius sekarang! Sepertinya buku-buku ini harus segera dimusnahkan karena telah berani-beraninya mengotori pikiran polos Anda, menjadi seperti itu. Jika Anda terus-menerus membaca ini, akan seperti apa nanti masa depan yang menanti Anda?! Saya takut Anda akan berubah menjadi orang cabul dan berakhir mengenaskan!”

“Hei, jangan lakukan itu! Kalau Kau sampai berani menghanguskan buku-buku favoritku, maka Aku akan memastikanmu agar tak pernah bisa makan biskuit teh hijau kesukaanmu lagi!”

Ancam Lancient sesaat setelah melihat Fennel merebut bukunya dan berniat untuk membakarnya sampai hangus, sepertinya ancaman itu cukup berpengaruh untuk pemuda pecinta makanan pahit itu.

“Haah, tolong berpikirlah dengan serius tentang usia Anda dan batasan buku yang pantas dibaca oleh Anda. Kalau begini caranya, Anda malah akan menjadi dewasa sebelum waktunya! Itu tidak baik, Anda hanya perlu berkelakuan seperti Anak seumuran Anda saja.”

“Apa salahnya jika membacanya sesekali, Aku membacanya untuk berjaga-jaga, em ... mungkin? Ma-maksudku untuk persiapan agar tahu apa yang harus kulakukan di malam pertama pernikahanku suatu saat nanti.”

Lancient mengembalikan piring berisi biskuit itu kembali kepada pemiliknya, dengan cepat, Fennel pun segera melanjutkan acara makan kudapannya yang sempat terjeda tadi.

CRUNCH~ CRUNCH~

“Menikah? Anda sudah berpikiran sampai sejauh itu, apa Anda sudah mempunyai seorang kandidat untuk dinikahi?”

“Tentu saja! Aku akan menikahi Miss Aira Qianzy suatu saat nanti, dan sebelum itu, Aku akan menjadikannya sebagai tunanganku terlebih dahulu!”

CRU~ NCH~

Berbanding terbalik dengan Lancient yang bersemangat dan memancarkan energi keceriaan, Fennel tiba-tiba berubah menjadi muram. Dia berhenti mengunyah biskuitnya, dan hanya mengulumnya lalu menelannya tanpa berselera.

“Oh itu bagus! Apapun pilihan Anda, siapa pun yang Anda pilih. Saya sangat bersyukur, Saya akan senantiasa mendukung dan akan selalu mendoakan kebahagiaan Anda, doa Saya adalah ... semoga Anda bahagia.”

“Terimakasih, terimakasih Fennel. Kau memang yang terbaik!”

Walaupun dipuji begitu, Fennel tidak merasa senang. Dia menutupi perasaannya yang terluka dengan mencoba tersenyum tipis seperti biasa, mengabaikan perasaan pribadi itu memanglah susah-susah gampang, Kau hanya harus tersenyum lalu lupakan segalanya. Namun, itu cukup menyebalkan jika dilakukan terus-menerus, bagaimana pun juga, perasaan manusia itu tidak akan mudah berubah begitu saja.

“Oh iya! Kau belum menjawab pertanyaanku, sekali lagi Aku tanya padamu. Apa Fennel pernah mengalami hal luar biasa semacam ciuman atau yang lainnya?”

“Anda terkadang bersikap kurang ajar dan tidak sopan juga yah, Your Highness. Memangnya ini salah siapa? Saya 'kan selalu bersama dengan Anda kapan pun dan kemana pun Anda berada, Saya yang sesibuk itu bagaimana bisa mendapatkan seorang kekasih?"

“Lalu, bagaimana dengan gadis pemberi makanan ringan itu? Kau tidak menyukainya?”

Fennel terdiam, hatinya benar-benar bimbang.

“Saya sudah bilang 'kan? Kalau Saya akan lebih memilih melajang selamanya daripada merebut gadis itu dari orang lain yang juga menyukainya.” Fennel menggulirkan netra hijaunya ke lantai menghindari kontak mata dengan Lancient.

“Kalau begitu, cari gadis lain saja! Memangnya Kau yakin akan tetap bertahan melajang seumur hidup? Apa Kau tidak tertarik dengan hal-hal nakal yang bisa Kau lakukan nanti kepada kekasihmu?”

“Mulai lagi huh? Kenapa Anda terus mengatakan hal-hal yang aneh selama seharian ini?”

Lancient mengambil sekeping biskuit itu dan meletakkannya di depan bibir Fennel, alasannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk membuat orang yang selalu mengomelinya karena terlalu sering membaca novel, agar ikut terjerumus bersamanya, membuatnya ikut-ikutan ketagihan dalam membaca kata demi kata manis dalam buku tebal bergenre romansa itu.

“Bayangkan, ada seorang gadis cantik yang Kau sukai mengecupmu sebentar seperti ini, tepat di bibirmu. Bibir merah manisnya terasa lembut hingga membuatmu ingin menyesapnya sampai bengkak, Kau pun balas menciumi gadismu itu dengan lebih ganas, bahkan sampai beradu lidah. Lalu—“

“Your Highness!” bentak Fennel tegas membuat Lancient tersentak.

“G-gulp!”

“Lekas tidur!” titah Fennel sembari menunjuk bantal dengan pelototan.

“Ba-baik!”

Lancient paling merasa ketakutan kalau melihat orang setenang Fennel mulai marah, itu akan menjadi hari terburuknya jika dia tak langsung menuruti perkataannya.

Hanya butuh waktu beberapa menit, Lancient sudah tertidur pulas dengan posisi tubuhnya yang meringkuk. Fennel menghela nafas berat lalu membenarkan selimut Lancient hingga menutupi tubuh anak itu sampai batas leher, Dia memungut buku yang dibaca Lancient tadi dan sedikit mengintip seperti apa tulisan yang terus-menerus membuat tuan mudanya ketagihan untuk membacanya.

“Kubuka satu persatu pakaian yang menempel ditubuh molek Istriku, kuciumi bibirnya penuh nafsu lalu kualihkan bibirku menurun dan menghisap lehernya meninggalkan jejak merah. Dia men ... desah dengan merdu membuat gairahku semakin meninggi. Lalu Aku pun---“

PPANG!

Buku itu dilempar ke sebarang arah tanpa ampun karena Fennel merasa aneh saat membacanya, jantungnya berdebar tidak karuan dan wajahnya menjadi merah padam.

Dia berusaha menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, namun, matanya tak bisa ia cegah untuk kembali melirik buku yang teronggok di lantai itu lewat sela-sela jarinya. Pada akhirnya, Fennel pun lebih memilih untuk menyerah lalu kemudian memungut buku itu kembali dan berniat membacanya juga.

“Aku hanya berniat membacanya untuk mengecek apa yang telah dibaca oleh His Highness Prince Lancient, iya benar! Tujuanku cuma itu.”

Dan pada akhirnya, setelah bergadang semalaman suntuk menamatkan buku itu, Fennel pun menjadi ketagihan dan membaca buku novel lainnya dengan rate-R, setiap malam secara diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun, terutama Lancient.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
udah muncul semua ni karakternya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status