Share

Chapter 6 - Tea Time

Matahari pagi membumbung cerah di angkasa, para gadis muda dari kalangan bangsawan di-3 negara yang saling bersebelahan itu, tengah mengadakan latihan pesta teh di halaman depan asrama putri. Di salah satu meja bundar yang ditempati tujuh orang itulah, berkumpul para gadis-gadis dari keluarga terpandang.

“Miss Eiren, Anda menari dengan sangat luar biasa kemarin! Saya sampai terkagum-kagum dengan setiap derap langkah kaki Anda yang indah itu, keindahannya bagaikan seorang peri bunga yang menari-nari di udara.”

Putri pertama dari kekaisaran Violegrent yang sangat berkuasa, memuji tarian Darissa yang ia lihat sewaktu kemarin. Dengan manik kelamnya yang sehitam batu obsidian, Putri itu menatap Darissa penuh dengan kilauan kekaguman di mata bulatnya.

“Itu benar sekali, sepertinya Saya tidak akan bisa menandingi kehebatan tarian Anda. Hoho, Miss Eiren. Lain kali, bisakah Anda mengajari Saya cara menari seperti itu juga?”

Putri dari kerajaan kecil Camerine ikut berkomentar, menyahuti pujian dari Putri Violegrent pada Darissa. Darissa merona tersipu atas pujian dari mereka berdua, segera saja ia letakan tangan kanannya itu pada tulang selangka, ditundukkannya pula sedikit pucuk kepala birunya untuk menyampaikan rasa terima kasih atas sanjungan mereka.

“Dengan segala hormat, Your Royal Highness The Princess of Violegrent, Your Highness The Princess of Camerine. Saya akan sangat berbahagia jikalau Saya yang tidak ada apa-apanya ini bisa membantu bunga berharga seperti kalian berdua.”

“Oh my! Saya juga mau, Miss Eiren!”

“Saya juga! Saya juga!”

Darissa dengan penuh kesopanan menyahuti setiap permintaan kelima gadis-gadis muda itu, terkecuali Aira yang terdiam di seberang sana menatap tajam Darissa dengan menggemeletukkan giginya geram.

Aira merasa kesal akan perhatian setiap orang-orang yang ada di sana hanya tertuju kepada Darissa seorang, mengabaikan keberadaan dirinya seakan-akan dia adalah makhluk halus yang tak terlihat oleh mata telanjang.

“Putri Violegrent, tolong lihatlah itu! Lihatlah dengan saksama, caranya Miss Eiren meminum tehnya saja jauh lebih elegan daripada kita semua!”

Seria Anemone, Putri Duke Anemone yang berasal dari kerajaan Camerine itu menunjuk Darissa, membuat semua mata tertuju memperhatikan Darissa kembali karena ucapannya yang terdengar bergetar tak percaya.

“Tidak diragukan lagi dari Miss Eiren, gerakan kecil dari jari jemarinya yang lentik itu saja sudah sangat menawan! Itu hanya baru memegang cangkir tehnya saja, apalagi jika sedang meminumnya! Bagaimana bisa Anda melakukan hal serumit itu dengan sangat mudah?”

“Miss Eiren, tolong ajari kami bagaimana caranya Anda meminum teh dengan cara yang secantik itu, ya!”

Darissa mengerutkan keningnya heran, bukankah cara meminum tehnya para gadis-gadis itu juga sudah sangat bagus dan sesuai dengan tata cara minum teh yang baik dan benar?

Lantas, kenapa sekarang meminta tips padanya yang sepertinya tak akan ada gunanya sama sekali karena caranya meminum teh tidak ada bedanya dengan cara yang digunakan oleh orang lain? Akan tetapi, bukan Darissa namanya jika dia mengabaikan permintaan seseorang yang diajukan kepadanya, terutama jika kastanya jauh lebih tinggi darinya.

Dengan senyuman hangat yang mengembang, dan suara halus yang mengalun lembut menginstruksikan cara meminum teh ala gayanya. Sontak saja, para gadis-gadis muda itu semakin serius memperhatikannya.

“Pertama-tama, jika Anda ingin meminum teh, maka pilihlah rasa teh favorit Anda. Seperti yang bisa membuat Anda rileks ataupun menjadi segar bugar setelah meminumnya.”

“Ah, seperti teh chamomile yang bisa membuat tubuh kita santai? Atau teh bunga krisan kering yang menyehatkan tubuh?”

“Iya, Anda tepat sekali Miss Forsythia. Contohnya Saya yang selalu meminum teh hitam, Saya bisa menikmatinya dengan santai itu karena Saya memang menyukainya, kita tidak perlu terburu-buru saat tengah meminum minuman favorit kita, 'kan?”

Kelima gadis itu mengangguk paham, saking menariknya penjelasan Darissa. Gadis-gadis muda lain yang duduk di meja terpisah dari mereka, secara diam-diam ikut mendengarkan instruksi dari Darissa juga.

“Setelah itu, apa langkah selanjutnya?”

“Ambillah tatakan cangkir teh oleh tangan kiri Anda dengan mengatur posisi siku Anda yang harus menempel di dekat lambung. Luruskanlah lengan Anda yang memegang tatakan untuk lurus ke depan, mulai dari siku sampai menyentuh pergelangan tangan kiri supaya sejajar dengan pusar.”

Beberapa yang memperhatikan setiap gerak-gerik Darissa pun mulai ikut memperagakannya.

“Selipkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan Anda ke dalam cuping cangkir, jadikan jari manis dan kelingking supaya menjadi penumpu beban beratnya dengan meletakkannya di bawah cuping cangkir tadi dengan cara dilipat. Lalu, jangan lupakan peran dari ibu jari Anda juga. Sentuhan terakhirnya hanyalah, geser sedikit ibu jari Anda agar ujung jarinya menyentuh ujung bibir cangkir.”

“Wow, baru cara memegang cangkirnya saja sudah sangat anggun!” ulas Putri Camerine.

“Mengagumkan sekali, lihatlah diri Anda sendiri juga Putri Camerine! Anda melakukannya dengan sangat baik.”

“Ah menurut Saya, Andalah yang paling cepat mempelajarinya dalam waktu singkat, Putri Violegrent.”

“Akhem! My deepest apologize, Princess Violegrent, Princess Camerine. Bisakah Saya kembali melanjutkan tata cara Saya dalam meminum teh ini?”

“O-oh iya! Maafkan kami berdua karena sudah menyela.”

Darissa memandang lembut kedua Putri itu yang merasa bersalah karena telah menyela penjelasannya terkait sesuatu yang diminta oleh mereka sendiri, penjelasan tentang cara meminum teh. Darissa kembali melanjutkan demonstrasinya dengan gerakan singkat, padat, dan dapat dipahami dengan mudah oleh orang-orang yang memperhatikannya dengan serius itu.

“Angkatlah tangan kanan Anda sampai tinggi ujung sikut Anda sebatas dengan bagian bawah dada, usahakan supaya jangan terlalu renggang dari samping badan ya. Pergelangan tangan kanannya coba sedikit ditekuk, lalu hantarkanlah cangkir teh itu sampai menyentuh bagian belahan bibir, hirup ringan aroma tehnya terlebih dahulu sebelum meminumnya, kemudian minumlah teh sedikit demi sedikit.”

“Sprutt ... sprutt ....”

“Jauhkan cangkir teh supaya menjauh dari wajah, kita bisa melihat ke dalam cangkir kalau sisa teh tinggal sepertiganya saja. Di tengah-tengah pesta minum teh begini, ada sebagian orang yang akan mengajak Anda berbincang-bincang bukan? Kita gunakan itu sebagai penjeda sejenak, setelah dirasa selesai membincangkan sesuatu, hisaplah kembali teh Anda sampai tersisa setengahnya.”

Darissa meletakkan cangkir teh yang berisikan setengah cangkir teh hitam hangat itu kembali ke atas tatakan yang dipegang tangan kirinya sedari tadi, cangkir yang kini beralaskan tatakan, ia simpan di atas meja. Kedua tangannya yang sudah kosong tak membawa apa-apa, dia kumpulkan di atas pahanya dengan posisi telapak tangan kanannya yang menindih punggung tangan kiri.

“Jika memang Anda sekalian merasa akan membicarakan sesuatu dengan waktu yang lama, sedangkan tangan Anda yang memegangi tatakan mulai terasa pegal, maka simpanlah cangkir beserta alas tataknya ke atas meja. Apabila Anda merasa mendapatkan dahaga kembali, ambillah tehnya lagi dan minumlah dengan cara yang sama seperti cara awal.”

“Woah, luar biasa! Ini adalah ilmu yang sangat bermanfaat sekali, Miss Eiren!” ungkap Nona muda putri Count Forsythia dari kerajaan Aethelred itu dengan penuh kekaguman.

“Anda sangat bermurah hati sekali terhadap kami semua dengan membagikan pengetahuan yang sangat berguna! Bahkan sampai repot-repot mengajarkannya secara langsung!” Nona Seria juga ikut menyuarakan pujiannya.

“Kalian semua tepat sekali! Ah, irinya. Saya harap, Saya bisa seperti Miss Eiren.” sahut Putri Camerine.

“Miss Eiren ini sudah sepantasnya dipanggil dengan sebutan 'Young Lady', ah tidak! Mungkin saja sudah bisa di sebut 'Lady' jika dinilai dari sifat Anda yang sangat dewasa.” pikir Putri Violegrent dengan wajahnya yang mengerut serius.

Darissa terkekeh kecil dan kembali mengucapkan rasa terima kasihnya atas pujian dari mereka semua.

“Ini bukanlah masalah yang besar, bukankah saling menolong dan berbagi pengetahuan itu adalah suatu hal dasar yang diajarkan oleh orangtua kita sedari dini?”

Hati Aira semakin memanas melihat Darissa yang tertawa riang dengan tangannya yang ia kepalkan di balik taplak meja, dia pun berpikir keras mencoba mencari cara licik untuk mempermalukan Darissa di depan umum, terutama di hadapan sekelompok gadis-gadis bangsawan dengan gengsi tinggi semacam mereka. Sebuah trik remeh yang bisa saja berdampak besar terhadap rencananya untuk mempermalukan Darissa, akhirnya muncul juga di benaknya.

“Oh ya ampun! Miss Eiren, sepertinya cangkir teh milik Anda sudah lama kosong. Bolehkah Anda mengizinkan Saya untuk menuangkan teh kesukaan Anda sebagai perwujudan rasa terima kasih? Karena Anda telah memberi kami sebuah pelajaran yang sangat berharga.”

“My goodness, Anda sangat baik sekali, Miss Qianzy!”

Rencananya sangatlah sederhana, Aira sangat yakin jika Darissa mungkin saja akan langsung menolaknya secara mentah-mentah. Jika itu terjadi, maka dia akan langsung berpura-pura menangis dengan hati yang terluka sehingga membuat Darissa dianggap orang tak sopan dan tak punya hati. Yang paling penting dari semua rencananya adalah, membuat reputasi sosialita Darissa yang setinggi langit itu jatuh menghempas tanah dengan keras.

Sementara itu, di sisi lain. Darissa yang mendapatkan tawaran mendadak dari orang yang tak terduga, merapatkan bibirnya dalam diam sambil menatap cangkir kosong miliknya dan Aira secara bergantian. Keraguan yang sangat mendalam muncul memenuhi bongkahan bola mata emasnya. Tentu saja dia tak akan percaya semudah itu, bangsawan pada umumnya tidak menuangkan teh untuk diri sendiri ataupun orang lain, karena itu adalah tugas para pelayan yang melayani mereka.

“Ah, jika Anda memang ingin melakukannya, maka silahkan saja.”

Darissa menyorongkan cangkirnya ke depan, membuat gadis berambut hijau lumut itu menekuk wajahnya sebal. Aira pikir, Darissa akan menolak tawarannya tanpa pikir panjang. Tapi tenang saja, dia sudah memiliki rencana cadangan lainnya yang sudah dia siapkan jikalau rencana pertama mengalami kegagalan seperti sekarang.

Pesta minum teh, adalah aktivitas rutin yang akan lebih sering dilakukan oleh gadis-gadis muda dari kalangan bangsawan setelah upacara kedewasaan mereka, yakni sesudah debutante di selenggarakan. Umumnya, pesta teh itu di adakan diantara waktu pagi, atau mungkin di waktu petang sesuai dengan keinginan si tuan rumah.

Lalu, apa yang akan terjadi jika salah satu pengunjung pesta teh pergi meninggalkan perjamuan yang belum selesai? Bukankah itu adalah kelakuan yang tidak terpuji? Ya, itu benar. Beranjak dari kursi sebelum si tuan rumah melakukannya saja sudah dianggap tidak sopan, apalagi jika meninggalkan pestanya.

Mari kita anggap ini adalah pesta teh resmi, dengan Putri Violegrent sebagai tuan rumahnya selaku pemilik kasta tertinggi di antara semua murid akademi. Aira membuat rencana bagus supaya Darissa pergi meninggalkan pesta teh ini, selain nantinya pusat perhatian orang-orang akan kembali tertuju padanya, Darissa akan mendapatkan kepopularitasannya yang bertengger kokoh di atas langit, menukik tajam terjun dengan bebas sampai menembus tanah membawa torehan rasa malu yang teramat sangat.

Itu adalah ide yang sangat bagus! rencana briliannya terbungkus sempurna dibalik senyuman polosnya yang dibuat-buat.

“Ini di--- oh ya ampun!”

PRAKKK!

Aira sengaja menjatuhkan sepoci teh hitam panas, di mana benda yang terbuat dari bahan keramik itu pecah berkeping-keping membuat airnya yang panas tumpah kemana-mana, tepat di hadapan Darissa.

Semuanya menjerit akibat terkejut, terutama Putri Violegrent yang sangat syok saat mendapati Darissa dengan tenangnya merentangkan kedua lengan putihnya untuk melindungi Putri itu, dari bahaya yang bisa saja melukainya.

“Mi-miss Eiren!”

Wajah oval Putri Violegrent memucat sempurna seakan-akan semua darahnya habis tersedot, mata kelamnya bergetar hebat ketika melihat tangan kiri gadis yang melindunginya itu, mulai mengalirkan darah yang terpancar dari tancapan pecahan poci yang menodai kulit putih mulus seputih porselen.

Uap panas mengepul dari gaun yang menutupi paha Darissa akibat terkena tertumpahi air teh, setelah memastikan kondisi sekitarnya, Darissa pun menghela nafas lega. Dia bersyukur kalau hanya dia saja yang terkena dampak paling besar, akan sangat mengkhawatirkan jikalau gadis-gadis lain di dekatnya juga ikut terluka akibat kesalahan fatal yang dibuat oleh Aira.

“Oh tidak! Ma-maafkan Saya! Saya tidak sengaja melakukannya, tangan Saya tergelincir dan kejadiannya begitu cepat. A-apa Anda baik-baik saja, Miss Eiren?”

Dengan gelagapan, Aira membungkukkan badannya berkali-kali untuk meminta maaf kepada Darissa. Darissa menatap tajam Aira dengan menggemeletukkan giginya kuat-kuat dalam upaya menahan amarah yang ia salurkan menjadi tonjolan urat-urat yang tertutup di balik poninya.

Disembunyikanlah tangannya yang berlumuran darah itu ke bawah kolong meja agar orang lain yang takut dengan darah tak melihatnya, diabaikannya Aira itu karena dia lebih memilih menolehkan kepalanya ke arah Putri Violegrent.

“Apa Anda baik-baik saja? Your Royal Highness? Tidak terkena pecahan keramik atau tumpahan air panas, 'kan?” tanya Darissa khawatir untuk memastikan Putri Kekaisaran agung itu baik-baik saja.

“Saya baik-baik saja karena Anda melindungi Saya, Miss Eiren. Oh bagaimana ini, tangan Anda terluka akibat tertancap pecahan itu demi melindungi Saya. Tubuh bagian bawah Anda juga yang paling banyak terkena tumpahan air panas gara-gara tidak mengelak dengan cepat, kenapa Anda tidak menghindar saja dan malah melindungi Saya?”

“Saya tidak apa-apa, Your Royal Highness. Keselamatan Anda adalah hal yang lebih utama.”

Buliran bening yang mengembun membuat manik kelam Sang Putri Violegrent itu mengkilap saat terkena sinar matahari yang hangat. Ketika melihat Darissa yang kini menundukkan kepalanya menahan rasa sakit akibat mencabut serpihan keramik secara diam-diam, membuatnya dilanda rasa marah yang memuncak.

Dia merasa kecewa terhadap diri sendiri karena telah mengakibatkan seseorang terluka, terluka di jalan untuk menyelamatkannya dari dalam bahaya. padahal Darissa bisa saja mengabaikannya, toh dia tak punya alasan untuk diselamatkan oleh orang lain karena dia berasal dari negara yang berbeda.

“Sa-saya minta maaf Miss Eiren! Saya benar-benar meminta maaf!”

Ah, tunggu sebentar. Sepertinya ada sesuatu yang menarik dari kepolosan gadis bermata ivory itu, Putri Violegrent pun menatap Aira dengan kilatan kemarahan yang terpancar dari matanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status