Share

Bab 5. Satu Langkah Lebih Dekat

Alvian terdiam mendengar ucapan sang dokter. Ia menelan ludah dengan susah payah, lalu kembali menatap dokter itu.

"Lalu bagaimana, Dok? Apa bisa kembali semua ingatan istri saya yang hilang?" tanyanya sambil menautkan kedua alis.

"Bisa saja. Namun, akan butuh waktu. Saat ini kondisinya lemah, mudah pingsan karena terlalu berusaha untuk mengingat. Harus diwaspadai, jangan sampai membuatnya depresi kembali. Karena jika hal itu terjadi, kemungkinan memorinya tidak akan kembali lagi," jelas dokter. 

Alvian nampak berpikir langkah apa yang harus ia ambil, karena jika salah ambil tindakan, bisa berakibat fatal bagi Dara. Seketika hati Alvian terasa sakit, Dara tidak mengingat apapun tentangnya. Bagaimana rasanya, seseorang yang sangat dia cintai, tapi justru melupakannya? 

"Baiklah, Dok. Apakah ada lagi yang harus saya ketahui?"

"Untuk saat ini, cukup. Nanti jika ada perkembangan, akan saya infokan," jawabnya sambil menjabat tangan Alvian, dan menepuk bahunya mengisyaratkan agar tetap kuat.

Al keluar dari ruangan Dokter Heri dengan langkah gontai, dan hendak ke ruangan Dara di rawat. Namun ternyata Dara masih tertidur, ia menghampiri Dara yang masih memejamkan mata, duduk di sampingnya. Menggenggam lengan kanan Dara dengan kedua lengannya, seperti seorang yang sedang berdoa.

Air mata Al sukses mengalir, membasahi pipinya yang terukir garis wajah tegas nan indah. Hatinya begitu sakit, sakit menahan rindu selama 3 tahun lamanya, sakit harus berpura-pura menjadi orang lain, dan sakit harus memperhatikannya dari kejauhan, terlebih hatinya begitu remuk, karena wanita yang ia cintai tak mengingat satu hal pun tentangnya.

Seorang lelaki, yang terlihat angkuh, kuat, ditakuti banyak orang, terutama dalam hal bisnis. Ternyata memiliki sisi yang begitu lemah, karena telah kehilangan separuh hatinya. Yang membuat ia selama tiga tahun belakangan ini semakin emosional, mudah marah.

Dara membuka mata, tapi Al tidak menyadari. Dara terkejut bukan main melihat pria di sisinya kini. Namun Dara hanya bisa terdiam, dan berpura-pura tidur kembali.

'Kenapa dia bisa sampai terisak begitu, melihat aku sakit? Apa benar yang dikatakan Raisa, dia menyukaiku? ah, tidak. Rasanya tidak mungkin. Aku tahu banyak wanita yang mengejarnya, dari kalangan artis, CEO, model, masa iya lebih tertarik denganku yang penampilannya biasa seperti ini? ' batin Dara.

"Pak Al, kamu ngapain disini?" Dara memberanikan diri untuk bertanya.

"Dara, kamu sudah siuman?" Al mengalihkan wajahnya ke sisi lain dan membersihkannya dari sisa air mata.

"Iya, kok pertanyaan saya tidak dijawab?" Dara meminta jawaban.

"Iya, tadi waktu aku mampir ke kantormu, untuk membahas kerja sama kita. Aku masuk begitu saja karena tidak ada jawaban darimu, ternyata kamu sudah terbaring di lantai dan tidak sadarkan diri. Yasudah aku bawa kesini. Masih pusing?"

Al menyandarkan punggungnya pada kursi yang ia duduki. Sambil menautkan kedua lengannya untuk menghilangkan gugupnya. Walaupun begitu, ia sangat tampan. Suster yang masuk pun selalu menatapnya terpesona, dan beberapa ada yang terlihat mencari perhatian Al.

Ia masih mengenakan pakaian kerja, menggunakan celana katun berwarna navy, sangat pas di kakinya yang jenjang dan atletis, kemeja putih lengan panjang yang digulung se sikut, dan menggunakan tuxedo senada dengan celana panjangnya, sedangkan jasnya ia tinggal di kantor saat menolong Dara.

Dara hanya mengulum senyum, mungkin ia malu. "Emm, terima kasih. Berkat anda saya sudah lebih baik sekarang."

"Hmm, anda berhutang padaku." Ia mengangguk dan tersenyum menyunggingkan sebelah bibirnya. Ucapannya membuat Dara mengangkat alisnya, terkejut sekaligus heran dengan manusia di hadapannya kini.

"Bisa-bisanya anda memanfaatkan situasi ini, Tuan!" Dengan nada sinis Dara berucap, dan bibirnya cemberut. Al tersenyum di buatnya karena Dara terlihat sangat lucu, dan cantik dalam keadaan sakit sekalipun. Terlebih ia telah bercinta dengannya, setelah 3 tahun lamanya tak menyentuh sama sekali. Namun, tadi puncak kesabaran Al, dan terpaksa melakukannya diam-diam, karena melihat kondisi Dara yang seperti ini.

Sontak saja Al tertawa, "kamu lucu sekali, Dara."

"Ish, apanya yang lucu? Asal anda tahu saja, lebih baik saya tergeletak di kantor sampai bangun kembali, dari pada harus di tolong oleh orang yang tak ikhlas sepertimu." Dara memalingkan mukanya.

"Hmm? yakin, lebih baik seperti itu?" Al mengangkat kedua alisnya.

Mendengar ucapan Al, Dara terdiam. Sebenarnya Dara bersyukur ditolong oleh Al, tapi karena melihat Al yang begitu angkuh, membuatnya malas membalas kebaikan Al.

"Iyalah! Dari pada di tuntut balasan, atas kebaikan yang tidak tulus."

"Hmm, baiklah. Lain kali, aku tidak akan menolongmu," ucap Al, terlukis senyum usil di wajahnya.

"Iya, bagus. Lebih baik seperti itu." Berbicara lantang menghadap Al.

"Aku bercanda, Nona. Jangan marah-marah, kamu harus banyak istirahat. Oh iya, ini kamu makan dulu, lalu minum obat, ya!" Terdengarnya seperti sebuah perintah.

Dara hanya diam saja, tak menggubris ucapan Alvian. Kemudian mengambil makanan Dara yang berada diatas nakas dekat tempat duduk Al. "Aku suapin ya!" Al seperti menyuapi anak kecil, tapi Dara menolak.

"Aku bisa sendiri, sini kemarinan makananku!" ucap Dara sambil menarik makanannya. Namun tak Al indahkan permintaannya.

"Lihat tangan kanan kamu di infus, Dara. Sudahlah biar aku suapin aja ya!"

Dengan terpaksa Dara menerima suapan Al. Namun, kenapa rasanya lain, lebih terasa enak. Entah karena disuapi oleh Al, atau karena memang masakannya enak. Hingga suapan terakhir, Dara menghabiskannya dengan lahap. Al tersenyum puas, dan memberikannya obat sesuai perintah dokter. Al menatap Dara penuh dengan kelembutan, membuat Dara salah tingkah.

"Kenapa sih, ngeliatinnya gitu banget, Pak?" tanya Dara yang mulai risih dilihatin seperti itu.

"Memangnya tidak boleh?" Alvian balik bertanya, dengan tatapan lekat yang masih tertuju pada Dara.

"Iya, tidak boleh!" sahut Dara, tidak bisa menyembunyikan salah tingkahnya. 

"Kenapa? Kamu takut jatuh cinta kalau saya tatap terus-menerus?" 

"HAH?!" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status