Share

Bab 56 - Gadis kecil dari Orleans, Part 6: Acra dan Templar

Rak Maja membawa Jeanne d’Arc sebentar ke ruang perawatan untuk mengobati beberapa lukanya setelah Ratu Anastasia menyiksanya tadi. Beberapa Ksatria Kudus lainnya juga diperlakukan oleh yang sama dengan Rak.

“Kalian seharusnya patuh saja kepada Ratu Anastasia.” ucap Rak sambil membalut luka Jeanne d’Arc.

“Aku tidak tahu kalau jadi begini, Rak.” jawab Jeanne d’Arc.

“Yah, bukan salahmu sih memang. Tapi kau bagian dari mereka. Jujur aku kecewa Grand Mastermu, Andreana, tidak mau mendengarkanku.”

“Anu, kau dulu pernah bilang kepadaku. Jangan ikut jalan yang ada di depanku. Apa maksudnya.”

Rak Maja lalu menoleh ke kanan dan ke kiri, “Aku tidak bisa membahasnya di sini. Nanti saja.”

Rak Maja lalu membawa Jeanne d’Arc dan Ksatria Kudusnya menuju bagian barat di Kota Wisia. Di sana ada sebuah menara pengintai yang berdiri dengan gagah. Menara itu merupakan menara berbentuk kotak dengan sebuah lonceng besar di puncaknya. Rak Maja membawa mereka menuju puncak yang ada loncengnya. 

Sesampainya di sana. Mereka melihat ada seorang anak perempuan kecil berambut hitam yang tidur dengan selimut gembel dan beralaskan peti mati. Rak Maja mendekatinya dan mencolek tubuhnya.

“Acra, bangunlah.” ucap Rak Maja.

Acra lalu bangun sambil menguap, “Ummmm? Aaaahhhh. Oh Rak? Sudah waktunya perang?”

“Belum.”

“Belum? Ya sudah aku mau tidur la—”

Rak lalu menahan tubuh Acra yang mau merebahkan dirinya. “Jangan tidur lagi. Aku punya tugas untukmu.”

“Ummm? Baiklah.”

Rak Maja lalu menghampiri gentong air yang ada di pojok. Setelah itu dia menggunakan gayungnya dan memenuhinya dengan air. Lalu dia bawa mendekati Acra.

“Sekarang aku akan mengusap wajahmu biar segar.” ucap Rak.

“Aku bisa sendiri, Rak. kamu kan bukan ibuku.”

“Iya, iya.”

Meskipun Acra berkata seperti itu. Acra tetap membiarkan apa yang dilakukan Rak kepadanya. Setelah selesai, dia disuruh berdiri di hadapan Jeanne d’Arc dan pasukan Ksatria Kudusnya oleh Rak Maja.

“Perkenalkan semuanya, ini Acra.” ucap Rak Maja memperkenalkan Acra.

“Halo semuanya, namaku Acra.” ucap Acra sambil membungkuk dengan nada masih mengantuk.

“Kalian pasti pernah mendengar namanya sebagai seorang Gunslinger. Dan inilah dia, Acra. Dia akan membantu kalian jika pasukan musuh juga memiliki Gunslinger.”

“Dia Acra?” balas Montmorency, “Dia terlihat seperti anak kecil.”

“Ya. Meskipun dia terlihat seperti anak kecil. Dia bisa membuat bola di selangkanganmu hancur sebelum kamu mengetahuinya.”

Montmorency langsung terdiam mendengar balasan dari Rak Maja yang terdengar marah. 

“Jangan berkata kasar seperti itu, Rak.” ucap Acra. “Kau jadi tidak terlihat seperti kamu biasanya. Lagipula aku tidak masalah diejek—Uhuk, uhuk!” balas Acra sambil sedikit batuk. 

“Nah kan, kamu batuk. Padahal aku sudah bilang jangan tidur di luar.” ucap Rak Maja sambil mendekati Acra dan memberikan dia air minum.

“Tapi ini perintah Ratu Anastasia untuk mengawasi dia.”

“Tapi bukan berarti kau mengawasi sampai tidur di luar kan? Nanti aku minta Yang Mulia agar tidak terlalu memberatkanmu nantinya.”

“Kenapa kamu memperlakukan aku seperti anak kecil sih?”

“Karena kamu sudah kuanggap sebagai anakku.”

“Terserah kamu deh, Rak. Jadi tugas baruku adalah membantu mereka?”

“Ya. mereka sekarang adalah pengkhianat Templar. Kau akan membantu mereka untuk melawan Templar yang mau datang untuk menghancurkan Kota Wisia.”

Acra mengangguk pelan sambil sedikit batuk. Setelah itu dia bertanya kepada mantan pasukan Templar itu untuk mengetahui siapa yang memimpin mereka sekarang. Lucunya, semua orang menunjuk Jeanne d’Arc.

Awalnya Jeanne d’Arc menolak sebagai pemimpin. Tapi karena semuanya memaksa dan dia juga memiliki Keping Eden. Maka dia yang akan jadi pemimpin. Jeanne d’Arc mau tidak mau menurutinya. Padahal dia lebih berharap Montmorency yang memimpin karena dia laki-laki.

Acra lalu meminta pertemanan agar yang nanti bisa melakukan telepati yang akan digunakan oleh Jeanne d’Arc sebagai pemandu tembakannya.

Berhubung pasukan Templar belum mencapai wilayah Kota Wisia. Acra meminta Jeanne d’Arc untuk berlatih bersamanya agar dia bisa memahami cara kerja seorang Gunslinger. Latihan itu hanya berlangsung beberapa jam karena mereka tidak punya waktu yang banyak. 2 hari lagi Templar akan sampai di Kota Wisia. 

Latihan itu hanya untuk membuat Jeanne d’Arc mengerti cara memberikan arahan pelurunya Acra agar Acra bisa menembak di tempat yang tidak bisa dia lihat. Saat pelatihan tersebut, Jeanne d’Arc kagum dengan garis tembakan yang dibuat oleh Acra. garis itu berbentuk tali berwarna hijau, tapi ketika mau menembak sasaran, tali itu menipis seperti sebuah benang. 

Setelah latihan, Jeanne d’Arc lalu kembali ke tempat menara tempat Acra berada. Di sana dia melihat Acra yang sedang mengarahkan senapannya ke arah kota Wisia dengan wajah serius. Hanya saja dia berhenti melakukannya saat Jeanne d’Arc datang.

Acra lalu menaruh senjatanya. Dia lalu menghampiri perapian yang diatasnya ada sebuah panci berisi susu coklat. Dia ambil gelas yang masih kosong, diisinya dengan susu coklat dari panci tersebut, dan diberikan kepada Jeanne d'Arc. 

“Terima kasih.” jawab Jeanne d’Arc sambil menerimanya.

“Minumalah secepatnya. Hawa dingin di sini lebih ganas.”

Jeanne d’Arc lalu meminumnya. Menariknya susu coklat itu juga ditambahi jahe sehingga membuat dadanya jadi terasa lebih hangat.

Untuk beberapa alasan, Jeanne d’Arc mulai memperhatikan Acra. dia tidak terlihat seperti orang yang membencinya. Jeanne bahkan menerima susu coklat jahe darinya. Dia jadi agak penasaran dengan gadis bernama Acra ini. Tubuhnya agak lebih kecil dari Jeanne dan bajunya compang-camping. Banyak sekali jahitan-jahitan kasar untuk menutupi lubang rok, jaket, dan jubahnya. Hebatnya dia adalah Gunslinger dan bekerja untuk Ratu Anastasia.

“Kenapa kau melihatku seperti itu?” tanya Acra merasa sedikit risih.

“Ah tidak—umm, maksudku. Aku hanya penasaran. Kenapa kamu tidak terlihat membenciku ataupun kami sebagai Templar."

Acra lalu memandang Jeanne d'Arc dengan wajah yang sedikit sedih. "Karena aku sebenarnya tidak ingin menjadi gunslinger. Uhuk!” ucapnya sambil sedikit batuk.

“Eh, apa maksudnya?”

“Aku dulu seorang budak seks sampai aku membebaskan diriku dengan cara membunuh tuanku—Uhuk. Aku tidak tahu juga kalau tuanku adalah seorang Gunslinger. Sehabis membunuhnya, aku memperoleh kelas Gunslinger darinya.”

“Begitu ya. Tapi, bukanya kamu justru beruntung jadi memiliki kelas Gunslinger.”

“Seharusnya begitu. Tapi aku sebenarnya tidak suka membunuh orang. Membunuh tuanku sendiri saja sudah membuatku trauma. Tapi pada akhirnya aku menjadi Gunslinger. Dimana kelasku ini akan membuatku sering membunuh—Uhuk, uhuk!”

"Kau tidak apa-apa? Dari tadi kau batuk."

"Tidak apa-apa. Batuk ini tidak mengurangi kemampuanku sebagai Gunslinger. Lagipula aku sudah punya Susu coklat jahe ini. Minuman ini bisa mengurangi batukku.”

“Tadi aku lihat kamu mengarahkan senjatamu ke arah lain. Padahal tadi kamu kan ada di sana,” Jeanne menunjuk posisi Acra sebelumnya yang menghadap ke arah dirinya tadi, “Sekarang ada di sini.”

“Aku ditugasi Ratu Anastasia mengawasi seseorang.”

“Karena itu kau tidur di luar juga?”

“Ya, tapi aku melakukan ini benar-benar memaksakan diriku karena yang diawasi orang jahat.”

“Siapa yang kamu awasi dari sini?”

“Muhanov Merlinstone.”

Jeanne kaget mendengar nama dia dari Acra. “Kamu mengenal dia?” tanyanya.

“Hmm? Tidak, yang aku tahu dia pernah ketahuan hampir memperkosa Ern. kau tahu? Pelayan gadis kucing milik Ratu Anastasia. Jadi aku disuruh mengawasinya di sini agar dia tidak mendekati Istana Wil—uhuk, uhuk! Soalnya dia punya kemampuan untuk menerobos Istana WIl tanpa ketahuan sama sekali. Apalagi dia juga diduga oleh Lastina sebagai mata-mata. Jadi disinilah aku sekarang.”

Jeanne akhirnya paham kenapa Montmorency bilang kalau Muhanov berbahaya. Hanya saja dia tidak menyangka kalau Muhanov pernah mau memperkosa pelayannya Ratu Anastasia. Jeanne memuji keberanian Muhanov. Apalagi dia masih ingat bagaimana saat dia jadi Andreana dulu dan Muhanov miliknya di semestanya. Muhanov itu orang yang suka wanita. Sepertinya, di semesta ini juga sama.

“Jadi bagaimana dengannya sekarang?” tanya Jeanne d’Arc.

“Siapa?”

“Muhanov.”

“Kamu siapanya kok malah bertanya begitu?”

“Eh—ya, aku hanya—”

“Jeanne!”

Tiba-tiba ada suara perempuan memanggil namanya dari belakang. Ternyata dia tersebut adalah Rak Maja. Dia lalu menghampiri Jeanne d’Arc.

“Susu coklat, Rak?” ucap Acra sambil menunjuk panci yang ada susu coklat panasnya. 

“Tidak, Acra, terima kasih.” balas Rak Maja, setelah itu dia menoleh kepada Jeanne, “Jeanne, bisa berbicara empat mata sebentar?”

“Umm, baiklah.” jawab Jeanne d’Arc.

Rak lalu menoleh ke Acra. “Oh ya, Ratu Anastasia menyuruh untuk kamu istirahat, Acra. Soalnya akan ada perang yang datang sebentar lagi. Jadi kamu tidak perlu mengawasi Muhanov untuk sementara.”

“Baik Rak.” 

Acra lalu mengambil senjatanya. Dia matikan api untuk memasak susu tadi dan membawa pancinya bersamanya. Setelah itu dia turun lewat tangga. 

“Apa yang ingin kamu bicarakan, Rak.” tanya Jeanne d’Arc.

Rak Maja lalu menatap tajam kepada Jeanne d’Arc, “Aku akan langsung ke intinya saja. Kamu, Andreana kan?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status