***
“Upacara penobatan Selir Citraloka menjadi Ratu sudah selesai. Ratu Citraloka berpesan untuk memintamu istirahat total,” ucap salah satu pria pengawal Ratu Citraloka.
Cantaka patuh dan tunduk terhadap perintah Citraloka. Itulah yang penting dilakukan baginya agar mereka tidak mencurigai Cantaka, pasalnya mereka mengetahui dengan jelas kalau Cantaka adalah pemuda yang sangat menyayangi ibunya.
“Kemana sekarang Ratu akan pergi?” tanya Cantaka, penasaran.
“Dia sedang berjalan menuju Istana Purahayu,” ujar pengawal tersebut.
Cantaka mengkerutkan alisnya, bukan karena kesal atau marah. Namun, lebih kepada tidak tahu apa itu Istana Purahayu dan di mana. Ia sungguh harus banyak belajar tentang denah kerajaan dan semuanya tentang dunia ini.
Tiba-tiba, empat orang pelayan masuk dengan dipimpin oleh seorang kepala pelayan, total mereka berjumlah lima orang.
Selain kepala pelayan, keempat wanita itu datang
***“Jangan berprasangka buruk seperti itu dulu. Mungkin saja Saraswati benar-benar ingin bertemu dan mengucapkan selamat atas penobatanmu,” jelas Cantaka.Citraloka terdiam, ia mungkin tahu bagaimana perasaan Cantaka kepada Saraswati sebelumnya sehingga pria itu mengatakan demikian dengan mudahnya. Namun, keteguhan dan sikap keras kepalanya membuat pikirannya tidak mau mendengarkan kembali perkataan Cantaka, anaknya.“Tidak, Cantaka. Kamu tidak mengerti,” jelas Saraswati, ia masih bersikukuh berpegang teguh kepada prinsipnya, membenci Saraswati.“Aku mengerti, Ibu. Kasus terkait percobaan pembunuhan yang terjadi padaku bukan dilakukan olehnya, tapi oleh orang lain,” jawab Cantaka, tegas.“Jangan membahas ini lagi. Obrolan seputar ini anggap saja tidak pernah ada,” balas Saraswati, menutup inti pembicaraan keduanya dan berpaling meninggalkan Cantaka seorang diri.Wanita itu melenggang pergi den
“Pangeran,” panggil Ayodya.Cantaka memutarkan tubuhnya, memandang Ayodya yang berdiri tepat di belakangnya. Ia berdiri berdampingan dengan pemuda petugas dari biro pemerintah.“Ada apa?” tanya Cantaka.“Apa Tuan ingin membahas terkait pungli yang dilakukan pejabat pemerintahan di biro tersebut?” tanya Ayodya.Kedua mata Cantaka membelalak, ia yakin belum memberitahu siapa pun terkait pungli tersebut. Lirikan matanya langsung menyorot tajam pemuda yang berdiri di sisinya dengan pandangan marah.“Apa kamu yang memberitahunya?” tanya Cantaka, tegas.“M-Maafkan aku.”Cantaka menghela napas panjang, kedua matanya masih memandang pemuda tersebut dengan kesal. Tak lama, kekesalannya berhenti ketika Ayodya justru membela pemuda tersebut.“Akulah yang bersalah, karena akulah yang memaksanya berbicara,” jawab Ayodya, kini pandangan Cantaka beralih kepada Ayodya.
“Aku ingin membayar iuran milik wanita itu. Jadi, kamu tidak boleh menyentuhnya lagi,” ujar Cantaka, tegas.Pria itu bangkit dan membersihkan pakaiannya yang kotor karena debu, terlihat pakaian bagian belakangnya tampak sobek karena tarikan dari tangan Cantaka yang cukup kuat padanya.Ia menatap Cantaka dengan tatapan yang memberung. Kedua matanya melirik dari kaki hingga ke kepala pemuda tersebut, terbesit niat licik untuk menipunya di pikiran petugas biro tersebut.“Kamu akan membayarnya? Iuran wanita itu cukup besar, loh,” ujar petugas tersebut, melipat kedua tangannya dan memejamkan mata dengan sikap angkuh.“Tentu, berapa banyak yang harus kubayar?” tanya Cantaka, datar.Ia merogoh saku celananya ketika petugas itu hendak mengatakan nominal bayaran wanita tadi. Petugas itu tersenyum menyeringai, ia berpikir kalau dia akan mendapatkan koin banyak hari itu dan pergi ke rumah bordil untuk melanjutkan kesenangan
Tiba-tiba, pintu ruangan yang berada di ujung lorong mulai terbuka. Saraswati segera bangkit dan pergi meninggalkan tempat tersebut, melangkah dengan tergesa hingga ke luar kediaman Ratu.Wanita itu berhasil selamat dari kejadian buruk tertangkap basahnya dia menguping pembicaraan Citraloka dan Ayodya. Mentari mulai tergelincir dari puncak ubun-ubun menuju arah barat, tanda pulang bagi semua makhluk yang sudah bekerja keras.Han keluar dari dalam kediaman Citraloka. Ia menyapa Putri Saraswati dan tetap menundukan kepalanya dengan ramah.“Apa Putri ingin bertemu dengan Pangeran Cantaka?” tanya Han.Saraswati memutar kepalanya, memandang pria yang tengah hormat patuh padanya. Saraswati tidak perlu menjawab pertanyaan Han, ia sendiri sudah tahu kalau pun mengiyakannya, Han pasti memintanya untuk menunggu beberapa menit.“Tidak perlu. Ada sesuatu yang musti kukerjakan,” jelas Saraswati, pergi meninggalkan Han yang masih berdiri
*** Mereka kembali dan memberikan hasil yang nihil. Pembunuh itu sudah berada di luar jalur pencarian yang bisa mereka jangkau. Pembunuhan yang baru saja terjadi menjadi alasan kuat bagi Cantaka untuk mengungkapkan kasus pungli di lembaga pemerintahan tersebut. Kini, di samping Cantaka sudah ditemani oleh Ayodya. Pria itu datang atas perintah dari Han untuk menjaga keselamatan Pangeran. Sontak saja di kediaman kecil pria tersebut sudah dipenuhi oleh banyak orang berpakaian militer, sehingga menimbulkan beribu pertanyaan bagi rakyat yang melihatnya. “Dia terbunuh?” tanya Ayodya, terkejut. Cantaka membalasnya dengan anggukan ringan. Ia ikut menyodorkan sebuah panah dengan anak panah bernodakan merah darah, Ayodya yang sudah lama berkecimpung di dunia militer pasti mengetahui alasan kenapa pria itu sampai terbunuh dengan satu tancapan panah. “Panah itu, apa kamu mengetahui siapa pemiliknya?” tanya Cantaka, ia berjalan menuruni undakan kec
***“Pembunuhnya masih belum bisa kutemukan.”Ayodya, Han, dan Wunguk berkumpul di ruang kerja Cantaka. Mereka masih sibuk membahas terkait kasus pembunuhan petugas Biro Pemerintahan yang diduga berkaitan dengan kasus pungli.Cantaka masih terdiam. Pikirannya masih teringat dengan rombongan menteri semalam, obrolan mereka tidak terdengar jelas, tetapi Cantaka bisa memastikan kalau menteri-menteri itu membahas seputar kerajaan.“Sangat sulit. Kita tidak menemukan bukti apa pun selain panah ini,” jelas Han, memegang kayu panah dan memandangnya penuh prasangka.“Kita harus segera bergerak, jika tidak, aku khawatir jejak yang kita temui akan pudar,” timpal Wunguk.Ucapan pria tua itu mendapatkan persetujuan dari Han, ia sependapat dengan menganggukkan kepala seraya menambahkan perkataan Wunguk, membuat argumen mereka jauh terdengar realistis.“Semuanya tergantung padamu, Tuan Pangeran.”
Cantaka tersenyum, ia mempersilakan mereka semua untuk masuk tanpa terkecuali. Satu persatu menteri duduk satu baris di sisi kanan dan kiriku, sehingga kedua sisi saling berhadapan satu sama lain.“Suatu kehormatan bagi kami bisa berbincang santai dengan Pangeran,” balas salah satu menteri yang menjadi pemimpin dari kelompok menteri tersebut, ia tak lain adalah Menteri Perdagangan, Gunawarman.“Gunawarman, aku juga merasa senang bisa bertemu dengan kalian semua,” jawab Cantaka, menengguk teh hangat yang ada di cangkirnya sambil tetap memandang wajah pria di sampingnya.Gunawarman menyadari keberadaan Saraswati, wanita yang terkenal sebagai kemenakan dari Ratu Suprabha. Pria itu hanya mengulas senyum tatkala kedua mata mereka beradu pandang dalam sepersekian detik.“Apa kabar, Nona Saraswati?” sapa Gunawarman, Saraswati tersenyum membalas sapaan itu dengan ramah.“Kenalkan. Dia akan ikut denganku dalam penye
***“Apa? Rapat pemerintahan?” tanya Cantaka, kaget.“Iya. Hamba mendengar kabar kalau Raja memanggil semua menteri,” balas Han, terus terang.Cantaka masih berdiri di depan kediaman Citraloka, memandangi taman istana yang terlihat memukau tersorot sinar mentari, burung-burung berterbangan dan bunga-bunga bermekaran sempurna.Kesempurnaan itu dihiasi dengan kehadiran Saraswati yang berjalan bersama seorang dayang, membawa nampan berisikan benang berwarna-warni.Pria itu melihat Saraswati dengan jelas, tetapi tidak dengan wanita itu. Ia tetap berjalan seraya mengobrol hangat dengan dayang tersebut seolah-olah keduanya sudah berteman lama.Mereka masuk ke sebuah gedung, tempat orang-orang istana membuat pakaian dan kain-kain. Tempat itu bersebelahan dengan kediaman Ratu Suprabha dan terlihat dari dalam rumah, Pangeran Jayagiri keluar sembari menggendong kucing putih peliharaannya.“Belakangan ini, aku tidak