Share

Pria yang Kucumbu Malam Itu Ternyata Bosku
Pria yang Kucumbu Malam Itu Ternyata Bosku
Author: Masrie Napitupulu

500 Juta Semalam

“Bayar 500 juta untuk semalam!"

Selena mungkin sudah gila mengatakan hal tersebut. Namun, ia tidak punya pilihan lain. Uang 500 juta itu harus sudah ada besok, sebagai ganti rugi karena Selena telah memecahkan guci keramik milik bosnya.

Pria tua bertubuh gempal yang ditabraknya tak sengaja terlihat berasal dari kalangan orang kaya. Selena pikir, tidak ada salahnya mencoba, meski ia harus mengorbankan harga dirinya.

Pria tua itu hanya tertawa kecil. Tampak, ia begitu tertarik pada tubuh molek Selena yang tertutup pakaian kerjanya.

"975 juta kalau kamu masih bersegel. Tapi jika terbukti tidak perawan lagi, kamu harus mengembalikan uangku tiga kali lipat!"

Mulanya, Selena membelo mendengar jumlah fantastis tersebut. Tak berselang lama, barulah ia mengangguk setuju. 

“A-aku jamin, aku masih perawan.”

Pria itu mengangguk dingin, lalu meminta Selena mengikutinya menuju mobil yang terparkir tak jauh dari tempat mereka.

Tanpa banyak kata, pria tua yang belum ia ketahui namanya itu membawanya ke sebuah hotel bintang lima. 

“Turunlah, dan tunggu di kamar ini.”

Pria tua itu lantas memberikan sebuah kartu akses kamar, begitu mobil yang mereka tumpangi berhenti di lobi.

Meski masih diliputi ketakutan, Selena menurut. Ia mengambil kunci tersebut dan langsung mencari kamar yang tertulis di sana.

Seorang diri, Selena menyusuri lorong kamar hotel mewah tersebut. Kehadirannya di sini bahkan tidak menimbulkan tanya bagi resepsionis yang justru menyambutnya dengan senyum.

‘Ke mana pria itu? Apa dia berniat menjualku pada pria lain?!’ tanya Selena sepanjang jalan menuju kamar.

Lift berdenting, Selena melangkah menuju kamarnya.

Takut-takut Selena masuk usai membuka pintu dengan kartu yang dimilikinya. Di dalam kamar sangat gelap, sampai Selena harus meraba-raba, agar kakinya tidak tersandung benda di dalam kamar yang gelap.

Ia baru akan mencari saklar lampu, tetapi sebuah suara terdengar, "Cepatlah kemari." 

Sejenak, Selena mengerutkan dahi. Suara lembut dari pria itu seperti tidak asing, tapi bukan suara pria tua yang membeli tubuhnya yang masih tersegel itu tadi.

"Aku tidak bisa melihat apa pun," sahut Selena terus mengeksplor ruangan yang gelap, mencoba mencari sosok pria bersuara lembut itu. “Apa kamu bisa nyalakan lampu–akhh!!”

Tiba-tiba Selena memekik saat tangannya ditarik dan tubuhnya tersentak ke pelukan pria yang masih tidak bisa ia lihat wajahnya. 

Selena mengerjapkan matanya, detik berikutnya ia kembali terheran. Pria yang memeluk dirinya saat ini sepertinya bukan pria tua bertubuh pendek dan buncit tadi. 

Tubuh pria ini sangat atletis, wangi, dengan kulit tangan yang lembut.

Berkali-kali ia meneguk liurnya sendiri. Otaknya ikut bekerja keras, apa mungkin pria tua tadi ingin menggilirnya?

Di saat pikiran buruknya tengah berkelebar, suara lembut pria itu kembali terdengar berbisik.

"Cepat mandi." Saking lembut suaranya, Selena sampai nyaris tidak mendengar. "Masuklah, pakaianmu ada di dalam."

Pria itu mendorong bahunya mendekati pintu kamar mandi. Seiring pria itu melepas tangannya, seketika ruangan kamar terang benderang. 

Selena memuputar badannya cepat untuk melihat siapa pria yang bersamanya di dalam kamar. Ajaibnya tidak ada orang selain dirinya.

Dahinya mengerut, matanya lantas menatap lekat pada pintu kamar mandi.

“Apa dia di sana?” batinnya terus curiga.

Ragu-ragu ia pun membuka pintu kamar mandi. Namun, tetap tidak menemukan siapa pun di sana.

"Ke mana dia?" gumamnya kesal. "Sial! Sudah tua, jelek, buncit, tapi masih suka main kucing-kucingan! Dia pikir aku ini apa?" rutuknya menggeram kecil. "Tapi yang tadi bukan pria tua itu, aargh!"

"Cepat, Selena! Berapa lama waktuku habis hanya menunggumu mandi?" 

Selena berjingkat, kaget. Suara pria itu tiba-tiba terdengar. Dan lagi … pria itu tahu namanya. Padahal ia tidak memberitahu namanya ke pria tua tadi.

Ingin cepat-cepat mengakhiri ini, Selena cepat-cepat masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah selesai, wanita itu keluar dengan menggunakan kimono yang telah disiapkan pria itu.

Kamar kembali gelap, Selena yang sudah tahu di mana letak ranjang tertatih menuju ke sana.

Namun, belum sampai ke ranjang, seseorang dengan kasar menarik kimono dari tubuhnya.

"Ahhh–" teriaknya berusaha menahan ujung kimononya. 

Selena belum siap sepenuhnya menyerahkan dirinya kepada pria misterius tersebut.

Tidak ada sahutan. Dengan beringas pria itu melepas kimono, dan menariknya dengan hentakan yang kuat. 

Tubuhnya yang menggigil ketakutan itu akhirnya pasrah terjatuh menimpa tubuh polos pria di bawah tubuhnya.

"S- siapa kamu sebenarnya?" tanyanya gugup dan takut. 

Pria yang tengah mencumbuinya dengan beringas itu bukan pria tua yang membelinya, tapi pria bertubuh atletis yang menyambutnya tadi.

Tidak ada jawaban. Pria itu terus menerjang tubuhnya yang setengah kejang-kejang mengimbangi hasrat liar dan panas pria itu. 

Selena merasakan sakit tiada tara ketika pria itu tanpa perasaan meluluh lantakkan segel kegadisannya.

Entah apa yang dilakukan pria itu lagi, sebab setelah rasa sakit yang luar biasa itu Selena akhirnya pingsan.

**

Saat siuman dari pingsannya, sebuah cek sudah tergeletak di atas ranjang bersprei putih. Sementara, pria itu sudah hilang entah ke mana.

“Ah, sial!” umpat Selena. 

Tubuhnya terasa remuk akibat serangan liar pria semalam. Belum lagi, melihat ia ditinggal sendiri dengan noda darah di seprai, juga cek berupa bayaran … Selena benar-benar merasa dirinya seorang gadis murahan. 

975 juta!

Pria misterius itu benar-benar membeli kegadisannya dengan harga yang ia sebut pada pria tua buncit kemarin.

“Jam berapa ini?” Mata Selena membola kala melihat jam sudah menunjukkan pukul enam tiga puluh. Sementara, ia sudah harus tiba di kantor pukul tujuh. “Ya Tuhan, mati aku!”

Selena memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai kamar. Setelah membersihkan diri seadanya, ia pun segera bergegas menuju kantor.

"Argh! Ponselku lowbat," geramnya kesal. Belum lagi rasa sakit di pangkal kakinya, membuatnya tidak berhenti meringis kesakitan.

Tidak punya pilihan lain, Selena pun memanggil ojek pangkalan di depan hotel untuk mengantarnya ke tempatnya bekerja.

Namun, sebelum itu, ia minta diturunkan di depan sebuah apotek. 

Wanita itu merapikan rambutnya yang berantakan tertiup angin, lantas mencondongkan tubuhnya ke depan dan berbisik, "Saya butuh pil kontrasepsi darurat."

***

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Uppa chosma
a salah komen lagi hddfggh
goodnovel comment avatar
Uppa chosma
bagus suka banget Ter love2 lah
goodnovel comment avatar
Blessed-AJ
hahhaha setengah kejang-kejang itu gmn thor??? ............
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status