Share

Pertemuan Kembali

Enam tahun kemudian ...

"Mom, sabun mandinya habis," teriak Abercio dari dalam kamar mandi dengan suara melengkingnya.

"Campur air saja sayang, Mommy belum sempat beli yang baru." Zevanya turut berteriak agar Abercio dapat mendengarnya. Karena ia harus berhemat agar kebutuhan sehari-harinya tercukupi, jadi setiap tetes sabun terasa amat berharga untuknya. Sayang kalau terbuang begitu saja.

"Ok!"

Zevanya tersenyum sendiri ketika mendengar balasan dari putranya itu. Ia kembali menyiapkan bekal untuk Arbecio yang baru saja masuk ke taman kanak-kanak. Ia akan mengantar Arbecio dulu ke sekolahnya, sebelum mendatangi perusahaan tempatnya melamar pekerjaan untuk tahap terakhir wawancaranya, kali ini CEO Star Group langsung yang akan mewawancarainya.

"Aku sudah siap!" seru Arbecio beberapa saat setelahnya.

"Anak Mommy sudah pintar, sudah bisa memakai pakaiannya sendiri. Tapi ... " Zevanya membuka sampul dan melepas kembali dasi Arbecio,

"Dasi ini terbalik, Sayang. Seharusnya kamu memasangnya seperti ini," kekehnya.

"Nanti Tante Dira yang jemput aku, Mom?"

"Iya, Mommy ada wawancara pekerjaan, doakan semoga Mommy diterima ya."

"Aku selalu mendoakan Mommy."

Zevanya mengacak rambut Arbecio dengan gemas, " Anak pintar."

"Mom, stop merusak rambutku," keluh Arbecio sambil merapikan kembali rambutnya, Zevanya pun menyeringai lebar, putranya sudah mulai memperhatikan penampilannya sendiri.

"Iya, maaf. Ayo kita jalan sekarang, nanti kamu telat."

Zevanya memasukkan bekal Arbecio ke dalam tas punggung putranya itu. Dengan menggunakan sepeda motor matic, ia mengantar Arbecio ke sekolahnya. Mereka sampai lima menit sebelum waktu belajar dimulai,

"Jangan nakal, turuti gurumu, ok?"

"Yes, Mom. Bye ... "

Zevanya terus menatap punggung Arbecio yang berlari kecil menuju ruang kelasnya, setelah Arbecio masuk ke dalam kelas barulah Zevanya melanjutkan perjalanannya ke Star Group yang letaknya berada di pusat perkantoran, lumayan jauh dari sekolah Arbecio.

Sesampainya di kantor itu, Zevanya menukar tanda pengenalnya dengan acces card pada resepsionis, sebelum masuk lebih dalam menuju lift yang akan membawanya ke lantai teratas, tempat para eksekutif Star Group berada.

Sambil menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya, Zevanya melirik pantulan dirinya di kaca lift untuk merapikan penampilannya. Bohong kalau ia tidak gugup, karena harus bertemu dengan pemimpin tertinggi Star Group yang sangat digilai wanita itu. Setidaknya berita seperti itulah yang sering Zevanya baca di tabloid wanita, atau berita tentang betapa suksenya pria itu di majalah eksekutif bekas yang dijadikan bungkusan cabai saat ia belanja di pasar.

Sebelumnya Zevanya sudah pernah melakukan beberapa wawancara di tempat ia melamar pekerjaan, tapi baru kali ini ia harus melewati beberapa tahap wawancara, hingga terakhir ia harus dinilai langsung oleh pemimpin tertinggi perusahaan raksasa itu. Tangannya bahkan sudah berkeringat dingin saat lift berhenti di lantai yang ia tuju.

"Selamat Pagi, ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis di lantai itu.

"Pagi, saya ada janji wawancara dengan Tuan Reynard," jawab Zevanya dengan sopan.

"Apa anda Zevanya Hector?"

"Ya, saya."

"Baik, Tuan Reynard belum datang. Silahkan anda tunggu di ruangan sana."

Zevanya melihat pintu besar yang resepsionis itu tunjuk, "Saya masuk saja atau ... "

"Ya, silahkan langsung masuk saja, pintunya tidak terkunci."

Zevanya melangkah pelan ke pintu itu, dan benar pintunya memang tidak terkunci. Sebuah ruangan besar dengan desain mewah terpampang di depannya saat ia membukanya. Bukan ruangan kerja, lebih seperti ruang pertemuan atau meeting, karena banyaknya bangku yang mengelilingi meja kayu besar yang berada di tengah ruangan.

Karena mengira sang CEO akan duduk di kepala kursi, Zevanya memilih duduk di kursi sampingnya selama menunggu kedatangan Reynard.

Satu jam terlewati, lalu satu jam lagi, kemudian bertambah satu jam lagi namun sosok Reynard belum juga terlihat. Hingga lima jam sudah Zevanya menunggu Reynard belum juga datang. Sementara bokongnya sudah terasa panas karena duduk terlalu lama di sana.

"Ck, apa pria ini selalu tidak tepat waktu? Satu jam masih wajar, tapi ini sudah lima jam astaga!" keluhnya dengan dongkol, tidak bosannya ia melirik jam tangannya.

Zevanya baru saja akan berdiri ketika pintu besar itu terbuka, lalu masuklah pria yang sejak tadi ia tunggu, CEO dari Star Group yang jauh lebih tampan saat dilihat secara langsung, mulut Zevanya pun terbuka lebar untuk waktu yang lama saking mengaguminya, seolah lupa menutupnya kembali.

Kesadarannya baru kembali saat mendengar suara berisik saat Reynard menarik kursinya dengan kasar Kenapa seorang CEO perusahaan besar menarik kursinya sendiri? Dimana asisten pribadinya? Biasanya asiten pribadi atau sekretarisnya yang menarik kursi untuk boss mereka.

"Zevanya Hector?" tanya Reynard, bahkan suara baritonnya terdengar maskulin sekali. Pantas saja banyak wanita yang tergila-gila pada pria itu.

"Ya saya, Tuan Reynard," jawab Zevanya, ia berusaha keras menutupi kegugupannya.

"Apa ada pertanyaan yang ingin kamu ajukan?"

Zevanya mengerjapkan matanya. Biasanya pewawancara lah yang mengajukan banyak pertanyaan padanya, tapi ini malah sebaliknya. Namun karena memang ada beberapa pertanyaan yang ingin ia ajukan, maka Zevanya pun mulai bertanya,

"Selama ini saya sudah melewati rangkaian wawancara di kantor ini, namun hingga sekarang saya belum mengetahui saya akan ditempatkan di mana dan sebagai apa. Bisakah anda menjawabnya, Tuan Reynard? Karena bagian HRD tidak mau menjawabnya."

Sebelah alis Reynard terangkat, matanya tidak pernah terlepas dari menatap Zevanya dengan sorot tak terbaca.

"Pertanyaan konyol. Memangnya kamu tidak mencantumkan posisi yang kamu inginkan saat mengajukan lamaran di kantor ini?"

Sebenarnya Reynard lah yang meminta asisten pribadinya untuk mempekerjakan Zevanya di kantornya sesaat setelah ia menemukan wanita yang telah ia cari selama lima tahun itu. Ia akan membalas Zevanya dengan balasan yang teramat pedih atas perbuatan jahat Zevanya padanya lima tahun lalu.

"Maaf, Tuan Reynard. Sejujurnya saya tidak mengajukan lamaran, tapi pihak Star Group yang menawarkan pekerjaan lebih dulu pada saya via email."

"Dan kamu menerimanya meski belum mengetahui pekerjaan apa yang Star Group tawarkan padamu?"

"Dengan perusahaan sebesar ini, saya akan menerima posisi apa saja yang ditawarkan. Karena saya yakin, gajinya akan jauh lebih besar dari tempat saya bekerja sebelumnya."'

Reynard menatap sinis Zevanya, semua karena uang. Lalu berapa uang yang wanita itu terima saat melakukan kejahatan itu padanya lima tahun lalu?

Reynard mengira saat ia masuk, wanita itu akan memekik ketakutan karena mengenalinya. Pria yang telah wanita itu renggut keperjakaannya dengan paksa, yang sangat melukai harga diri Reynard. Tapi ternyata wanita itu tidak mengenalinya, bagaimana harga diri Reynard semakin tidak terluka karenanya.

"Sebelum saya menjawab pertanyaanmu, jawab dulu pertanyaan saya, apa dosa terbesar yang pernah kamu lakukan pada orang lain?" pancing Reynard. Ia sungguh ingin membuat Zevanya mengingat kembali kejahatannya itu.

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Manna Lamria Simatupang
inspirasi yg baik
goodnovel comment avatar
Astuti Dwi
semoga ndk harus bayar klu terus membaca
goodnovel comment avatar
Wikasumi Sumiwika
asik banget deh cerita
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status