Share

First Time

Enam tahun lalu, Reynard ada pertemuan dengan klien dari negeri Kangguru untuk proyek baru mereka di sebuah hotel bintang lima. Pertemuan itu berjalan dengan lancar, proyek bernilai puluhan triliun berhasil Reynard dapatkan dan akan mulai berjalan bulan berikutnya.

Tidak lama setelah kliennya pergi, Reynard  berniat  kembali ke kamar hotelnya untuk istirahat sejenak, sebelum menghadiri pertemuan lagi dengan kliennya yang lain. Tapi seorang pelayan yang ceroboh menubruknya, hingga minuman yang wanita itu bawa membasahi stelan jas mahal Reynard, 

"Ma ... Maafkan saya, Tuan. Saya tidak sengaja," ucap pelayan itu sambil mencoba membersihkan jas Reynard dengan tangannya, tapi asisten Reynard yang bernama Marco segera menahan tangan pelayan itu,

"Pergilah, saya bisa mengurusnya!" serunya dengan suara berat, sementara Reynard hanya memberikan tatapan dinginnya pada pelayan itu.

"Se ... Sekali lagi maafkan kecerobohan saya, Tuan," ucap pelayan itu lagi sambil berkali-kali membungkuk di depan Reynard. Dan dengan tangannya yang berkuasa, Reynard meminta wanita itu pergi, tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulut pria itu.

"Sebaiknya anda segera mengganti pakaian anda, Tuan. Kurang dari setengah jam lagi CEO X Group akan segera datang," saran Marco setelah pelayan itu pergi. 

Alih-alih kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian sesuai saran asisten pribadinya, Reynard dengan santai melepas jas beserta rompinya yang langsung ia lampirkan di lengan Marco, lalu menyusul kemeja dan celana panjangnya, hingga Reynard hanya mengenakan celana pendek dan kaos polosnya yang sedikit basah itu saja,

"Ambilkan yang baru, saya mau mencari udara segar dulu!" perintah Reynard. Marco yang tidak dapat menolak perintah langsung dari Reynard itu akhirnya mengangguk pelan. Memangnya siapa yang bisa melarang Sang CEO jika sedang ada maunya itu?

Mengabaikan beberapa pasang mata wanita yang menatap penuh minat padanya, Reynard melangkah keluar ruang VVIP restoran mewah yang masih berada di dalam area hotel. dengan santai. Ia tidak perlu mengenakan pakaian mahal untuk memperlihatkan kekayaannya, karena aura yang terpancar dari dallam dirinya saja sudah menampakkan kechaebolannya.

Reynard sendiri tidak masalah dengan penampilannya yang kelewat santai. Karena tidak setiap hari juga ia bisa seperti itu. Jadwalnya yang padat menyebabkan Reynard sedikit memiliki waktu untuk sekedar jalan-jalan sore hanya dengan pakaian santai saja, tanpa adanya bodyguard yang selalu mengawalnya, seperti saat itu.

Namun baru hitungan menit Reynard menghirup udara di dekitar taman, beberapa pria membekuknya. Reynard memang menguasai lebih dari satu ilmu beladiri, tapi lain ceritanya kalau pria lainnya langsung membekap hidung Reynard dengan handuk kecil yang telah dibubuhi obat tidur tanpa memberikan kesempatan pada Reynard untuk melawan, sontak saja kesadaran Reynard perlahan menghilang.

Reynard tersadar di sebuah ruangan yang gelap dengan kedua tangan dan kakinya yang terikat erat. Bahkan hanya sekedar menggerakkan pergelangan tangannya saja ia tidak bisa. Meski demikian, Reynard tetap mengendalikan dirinya untuk tidak langsung panik. 

Hembusan pendingin udara yang langsung mengenai kulitnya menyadarkan Reynard kalau saat itu ia tidak mengenakan sehelai benangpun. Otaknya terus mencoba menerka siapa dalang di balik semua ini dan apa tujuan mereka menahannya? Musuh keluarganya kah? Atau saingan bisnisnya yang terlalu pengecut menghadapinya secara gentle?

Siapa dan apapun tujuan mereka menahan Reynard hingga seperti itu, Reynard akan mengirim mereka semua ke neraka. Akan membuat mereka menyesali perbuatan mereka, bahkan mereka akan menyesal telah lahir ke dunia ini. 

Terus waspada meski dalam keadaan tak berdaya, mata Reynard tetap terjaga di dalam kegelapan, mencoba beradaptasi dengan minimnya cahaya. Pun demikian dengan telinganya, mencoba menangkap sedikit saja gerakan di sekitarnya. Hingga akhirnya, beberapa pasang langkah kaki terdengar mendekati pintu yang berada tepat di depan ranjang tempat Reynard terbaring dan terikat. 

Cahaya dari luar kamar membuat Reynard dapat melihat dengan jelas wajah seorang wanita muda yang melangkah masuk ke dalam kamar dengan ragu-ragu. Ada sosok lainnya di dekat wanita itu, yang dengan pintarnya bersembunyi di balik bayangan hingga Reynard tidak dapat melihatnya sampai pintu itu tertutup kembali.

Hanya raut wajah ketakutan wanita itu saja yang terlihat jelas oleh Reynard. Juga ancaman dari seorang pria pada wanita itu yang membuatnya langsung mendekati Raeynard, dan langsung menanggalkan pakaiannya sebelum mulai menyentuh Reynard dengan gerakan kaku.

Tentu saja Reynard tidak mau bekerjasama dengan wanita yang kemungkinan besar wanita bayaran dari salah satu musuhnya. Tapi wanita itu juga tidak kehabisan akal, ia menghubungi pria sebelumnya yang tidak lama kemudian masuk dan mencekoki Reymond dengan obat perangsang, wanita itu pun meminumnya dengan gelas yang lain.

Malam itu, entah berapa kali mereka mengulangi penyatuan itu, hingga mereka kelelahan dan terbuai ke alam mimpi.

Helaan panjang napas Zevanya menyadarkan Reynard dari lamunannya ke tragedi yang menimpanya enam tahun yang lalu. Tatapan dinginnya kembali tertuju pada Zevanya yang nampak tengah berperang dengan batinnya antara menjawab dengan jujur pertanyaan Reynard barusan, atau memilih untuk menutupinya.

'Jadi, malam itu Zevanya tidak hanya mengambil paksa keperjakaanku, tapi juga menyerahkan keperawanannya padaku? Untuk tujuan apa Zevanya melakukan itu?' Berkali-kali pertanyaan itu terus berulang di benak Reynard selama enam tahun ini.

"Kamu ragu memberikan jawaban dari pertanyaan yang saya ajukan barusan?" ulang Reynard mulai terdengar tidak sabar.

"Ada," jawab Zevanya ragu-ragu. 

Akhirnya Reynard akan segera mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang mengusiknya selama enam tahun ini. Ia bersandar santai dikursinya sambil terus menatap lekat-lekat mata Zevanya, juga mulai merencanakan balasan untuk wanita itu.

"Apa?"

Zevanya sangat membutuhkan pekerjaan di perusahaan multinasional itu. Entah apapun posisi yang akan ia dapatkan nantinya, salarynya tetap akan jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya, setidaknya itulah yang dijanjikan bagian HRD saat wawancara minggu lalu.

Ia sangat membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk memenuhi kebutuhan Abercio, juga membayar biaya perawatan papanya. Jika ia berhasil menjadi bagian dari Star Group, perekonomiannya akan sedikit terbantu.

Tapi, Zevanya tidak mungkin membuka aibnya sendiri, yang bisa saja malah menjerumuskan Zevanya ke dalam penjara dan ia akan berkahir di sana. Menjadi penyebab hilangnya nyawa suaminya, juga menjadi bagian dari penculikan yang dilakukan Ramon, di malam Vale meninggal, hukuman minimal untuknya pasti penjara seumur hidup.

Demi Abercio, Zevanya harus tetap menyimpan rapat-rapat rahasia terkelam di dalam hidupnya itu. Cukup ia dan keluarganya sajalah yang mengetahuinya. Tidak peduli jika ketidakjujurannya itu akan membuat Zevanya kehilangan kesempatan menjadi salah satu karyawan Star Group.

Jadi, ia pun memberikan jawaban yang teraman untuknya,

"Kesalahan terbesar saya adalah tidak dapat membuat Papa saya bangga. Saya ... Cenderung mengecewakannya."

Zevanya tidak berbohong dalam hal ini. Papanya juga termasuk orang juga kan? Dan ya, ia memang belum bisa membuat Papanya bangga. Mungkin karena itulah papanya masih merasa lebih nyaman berada di bawah alam sadarnya, masih belum mau bangun dari komanya.

"Itu keluargamu. Maksud pertanyaan saya barusan, apa kesalahan terbesar yang pernah kamu lakukan pada orang lain di luar keluargamu?" 

Zevanya kembali memutar otaknya untuk mencari jawaban yang dapat memuaskan Reynard. Jawaban yang harus terdengar masuk akal, karena jelas terlihat kulkas empat pintu itu tidak akan mudah dibohongi.

"Terlalu percaya pada orang lain, yang akhirnya membuat hidup saya dan keluarga saya berantakan," aku Zevanya. Semoga saja kali ini Reynard puas dengan jawabannya. Karena itulah salah satu alasan papanya masih terbaring di rumah sakit hingga sekarang ini.

"Hmmm, begitu ya?" 

Zevanya mulai merasa gelisah, karena tatapan Reynard tidak pernah teralihkan sama sekali darinya. Ada sesuatu di dalam diri pria itu yang membuat Zevanya takut, meski ia tidak tahu apa tepatnya. Mungkin saja karena warna mata itu sama dengan warna mata Vale, hingga Zevanya kembali teringat dosanya pada mendiang suaminya itu.

"Saya serius dengan ucapan saya, Tuan Reynard." Suara Zevanya terdengar sedikit gugup saat menegaskannya, karena saat itu Insting Zevanya memerintahnya untuk segera pergi menjauh dari Reynard, dan membatalkan niatnya menjadi bagian dari perusahaan pria itu.

"Yang meragukan ucapanmu siapa? Apa saya menyiratkan kalau saya tidak percaya padamu?"

"Maafkan atas ketidaksopanan saya, Tuan Reynard." Zevanya menggigit lidahnya sendiri. Mungkin diam dan menenangkan dirinya jauh lebih baik untuknya. 

"Temui bagian HRD, mereka yang akan menjelaskan job deskmu, juga salary yang akan kamu dapatkan nantinya!" 

"Ja ... Jadi saya diterima?"

"Apa saya akan memintamu menemui bagian HRD kalau kamu tidak diterima di perusahaan ini?"

"Baik, Tuan Reynard. Maaf, karena saya terlalu antusias mendengarnya. A ... Apa saya harus ke HRD sekarang?"

Reynard hanya menjawabnya dengan anggukan samar, sebelum keluar dari ruangan itu. Seketika Zevanya merasa ruangan terasa lega saat Reynard tidak berada lagi di sana. Sebelumnya, bahkan untuk bernapas saja Zevanya sulit, seolah pria itu sudah menyedot semua udara di ruangan itu.

Tanpa buang waktu lagi, Zevanya segera menuju ke bagian HRD sesuai dengan perintah Reynard tadi. Mulai hari ini, perekonomiannya akan berangsur membaik. Ya, semoga saja.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wikasumi Sumiwika
asik deh ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status