Awal pertemuan gadis yang bernama Maya dengan Handoko adalah ketika di undang Sinta sahabatnya untuk menghadiri sebuah acara amal untuk pembangunan sekolah dan menyediakan air minum di daerah terpencil . Maya memiliki mata cokelat dengan bulu mata yang lentik, senyum manis yang mampu mencairkan hati siapa pun di balik kecantikan dan keceriaannya, tersimpan obsesi yang mendalam terhadap seorang pria bernama Handoko, seorang pria kaya yang dingin menjadi idola semua anak gadis keluarga kaya. Handoko, dengan pesona yang memikat dan harta kekayaan yang melimpah, telah menyita perhatian Maya dan teman-temannya sejak pertama kali mereka bertemu di sebuah acara amal. Sejak saat itu, Maya merasa seperti terhipnotis oleh aura kekayaan dan ketampanan Handoko. Namun, teman-temannya, Lia dan Rani, menyadari bahwa Maya telah terperangkap dalam impiannya yang menurut mereka mustahil dan berulang kali menasehatinya. "Lia, Rani, aku yakin aku bisa membuat Handoko jatuh cinta padaku," cetus Maya b
"Kenapa harus Darwin yang jadi pemenang tender? Sial!" berang Mahendra. Lelaki itu nampak kesal sekali. Setelah beberapa hari yang lalu, mendapat kabar bahwa Darwin lah pemenang tender.Amarahnya mulai dari hari itu, sampai kini tidak juga kunjung reda. Lelaki itu merasa sudah sempurna dalam menyusun perencanaan namun malah Darwin yang menang. Padahal konsep dari pesaingnya itu sederhana."Sudahlah Pa. Masih banyak celah untuk membalas. Lagipula, jika kita menang, kita pasti sedikit repot karena sediaan bahan produksi kita tidak cukup untuk itu," papar Leofrand.Mahendra diam saja. Ada benarnya juga ucapan anaknya itu."Pa, kalau boleh tahu. Apa alasan papa membencinya? Bukankah dulu kalian bersahabat?'" tanya Leofrand.Mahendra menutup matanya, lalu mengatur nafasnya sebelum menjawab pertanyaan anaknya itu.Darwin pun menceritakan awal mula kisahnya dulu. Sebenarnya Dirinya, Darwin dan Sisy adalah sahabat. Mereka sepakat untuk tidak saling jatuh cinta mengingat hanya Sisy satu-satuny
Di dalam mobil Dara menanyakan apa maksud dari kalimat sahabatnya itu. Diandra pun menceritakan tujuan perjodohan antara dirinya dengan lelaki itu dan juga kejadian di kolam renang tempo hari. "Jadi begitu ceritanya. Kejadian di kolam renang itu yang bikin emosi. Waktu dia gendong aku ke kursi, aku ngerasa loh kalo ada sesuatu yang mengeras di bagian tengah badannya. Mesum banget kan?" ujar gadis itu kesal. Dara terdiam, memikirkan cerita sahabatnya itu. Ada hal yang ganjil dengan perilaku Domo itu. Lelaki yang mereka berdua kenal. Dara hanya dua kali melihat Domo berpakaian wanita, saat di mall lalu di butik terkenal dan mahal. "Tapi Di. Dari cerita kamu barusan, berarti si Domo normal dong tapi, kenapa perilakunya begitu ya?" ujar Dara. "Nah bener juga. Apa karena itu mereka bersikeras untuk menjodohkan kami? Alasannya karena sifat dan sikap kami yang bertolak belakang?" jawab Diandra. Dara pun mengusulkan agar sahabat nya itu mem
Handoko masuk ke dalam kamarnya. Hatinya kesal sekali karena tidak bertemu dengan gadis tomboy itu. Lelaki itu memilih tidur setelah membersihkan tubuhnya dan melewatkan makan malamnya. Suasana hatinya sedang buruk sekarang. Pagi-pagi sekali usai salat subuh, di bawah terdengar sibuk sekali. Handoko merasa tidurnya terganggu lalu berjalan menuruni tangga dan melihat apa yang sedang terjadi. "Loh, kok ada koper besar? Mama sama Papa mau kemana? Keluar negeri lagi?" tanya Handoko heran. Willa dan Hari saling pandang lalu menatap putranya itu dengan bingung. "Kami mau ke kota sebelah, Diandra besok ada event di sana. Sudah dari beberapa hari yang lalu dia ada di sana, masa kamu ga tau sih?" ujar Willa. Handoko diam mematung. Pantas saja gadis itu tidak bisa di temukan di manapun ternyata di luar kota. "Kami berangkat dulu ya. Takut ketinggalan pesawat. Biar calon mantu senang kalau kami datang," ujar Willa
"Halo ... Apa kabar Diandra?" sapa Willa sambil memeluk gadis itu. Sementara Hari menyalami Darwin. Lalu Willa dan Sisy pun saling bertukar kabar. Sementara Diandra sendiri sibuk mengurus model, pakaian juga memberi pengarahan kepada perias modelnya. Handoko memandangi gadis itu dari kejauhan. Debar jantungnya seperti ombak saja rasanya. Ah ternyata merindu itu sakit dan menyiksa. 'Ngapain laki-laki itu ada di sini juga? Ada keperluan apa?' batin Handoko. Handoko melihat Leofrand berada di sana juga dan memperhatikan gadis itu dari kejauhan seperti dirinya. Lelaki yang di lihatnya itu tidak menyadari jika sedang di perhatikan oleh seseorang. Lelaki itu pun kembali ke kamarnya. Sesampainya di kamar Handoko mulai berpikir keras tentang kehadiran lelaki yang di kenal namun tak tahu namanya itu. "Hmmm ... Gadis itu cantik juga meski tomboy," ujar Leofrand Tak terasa malam pun tiba
"Selamat atas keberhasilan kamu cantik," ujar Leofrand kepada gadis itu dengan membawa sebuah buket bunga yang sangat besar dan indah. "Terimakasih Leo. Kamu kok bisa tau kalau aku ikut event ini?" tanya Diandra sambil menerima buket bunga besar itu.Handoko membawa buket yang sangat besar yang berisi uang pecahan seratus ribu. Lelaki itu nampak kepayahan membawanya. Sesaat akan tiba di depan Diandra, hatinya kesal sekali melihat ada lelaki lain sudah mendahuluinya. Belum sempat Handoko menjawab, Handoko memarahi lelaki itu. "Hei, apa yang kau lakukan di sini? Pergi sana," usir Handoko. Diandra dan Leofrand menatap Handoko heran. "Kamu ngapain di sini juga?" tanya Diandra. "Memangnya apa yang salah jika aku menghadiri event tunanganku sendiri? Tidak ada larangan untuk itu kan Sayang? Ini buket untukmu, selamat ya! wanita ku memang luar biasa," ujar Handoko. "Apa maksud perkataanmu itu? Siapa yang tunanganmu?" tanya Leofrand kesal. Handoko merasa pertanyaan lelaki itu adalah
"Memang aku sengaja melakukan itu, supaya kau tidak bisa kemana-mana dan tidak ada lelaki yang mendekatimu sampai kita menikah!" seru Handoko. "Memangnya kau siapa melarang aku? Dasar gila," ujar Diandra sambil melangkah pergi. Tanpa mereka sadari, kedua pasang orang tua mereka memperhatikan keduanya. Raut wajah mereka nampak begitu sedih. Hari menghela nafas lalu memandang Darwin. Lelaki yang di pandanginya itu hanya mengangkat kedua alisnya tanpa berbicara. Hanya kedua lelaki itu yang paham cara mereka berkomunikasi itu. Willa dan Sisy diam mematung. Mata mereka mulai memerah, entah menahan marah atau menahan tangis. "Mari kita kembali ke kamar dan beristirahat, biarkan mereka berdua tenang dulu, tak perlu kita ganggu dengan pertanyaan ini itu," ajak Darwin. Mereka berempat akhirnya kembali ke kamar mereka masing-masing. "Dasar Ladyboy gila! Bisanya mengacaukan suasana aja," ujar Diandra marah sambil menghempaskan buket bunga yang di terimanya. Ponselnya berdering, tertera n
"Di, maaf kalau aku lancang nanya pribadi kamu. Memangnya benar kalau kamu sudah bertunangan sama lelaki itu? Kalau gak salah dia itu kan Handoko Hutomo, putra pengusaha kaya dan terkenal di negara kita," tanya Leofrand.Diandra terdiam. Tentu terkejut mendengar fakta bahwa Domo adalah putra salah satu orang terkaya di negeri ini."Masa sih? Aku gak tau kalau Domo anak orang kaya, ga peduli juga sih. Aku sama Domo ga tunangan kok cuma pernah aja pertemuan keluarga gitu di rumahnya dia," jawab Diandra.Leofrand lega, jalannya semakin mulus untuk mendekati Diandra. Hanya saja kali ini karena hatinya sudah mulai menyukai gadis itu, bukan untuk balas dendam seperti keinginan ayahnya.Lelaki itu pun berusaha membuat gadis tomboy itu menjadi nyaman bersamanya. Bercerita banyak lelucon dan juga fashion yang sedang tren saat ini.Mereka membahas motor pigson seperti milik Diandra itu, gadis itu pun menunjukkan foto Bejo motor kesayangannya itu, kemudian Leofrand mengatakan bahwa akan lebih bai