"Jujur, saya sangat menyukai desainmu York tapi dari sudut pandang ekonomi saat ini perusahaan belum memiliki kapasitas untuk menciptakan teknologi se-inovatif ini. Karena kondisi finansial perusahaan saat ini tidak stabil. Durasi pengerjaan juga terlalu singkat, untuk teknologi se-inovatif ini butuh waktu untuk mendapatkan hasil yang akurat. Lebih baik di pending dulu dan tidak usah diikutkan dalam kompetisi.”
"Selain itu, perusahaan juga sedang mengerjakan proyek besar yang tentunya membutuhkan atensi dan waktu lebih untuk menyelesaikannya." Arthur menjelaskan kepada York.
"Tapi bukankah jika teknologi ini berhasil akan menambah value perusahaan? dan investor bahkan tender akan berbondong-bondong ke winter tech pastinya profit perusahaan juga akan naik." York mencoba menjelaskan manfaat yang akan di dapatkan oleh perusahaan apabila mereka mendukungnya untuk menyelesaikan proyek ini.
"Aku tau, tapi sebagai direktur yang memahami kondisi perusa
Arthur terdiam tampak merenung dengan tatapan kosong. Tuan tua Portland mencicipi tehnya sembari menunggu Arthur angkat suara, ia tidak mendesak dan menunggu dengan sabar.Arthur menghembuskan nafasnya dengan kasar "Dia ingin membuat Chip yang di tanam ke otak manusia untuk mengendalikan aplikasi yang terdapat pada ponsel, laptop ataupun perangkat teknologi lainnya."Deg...Tuan tua Portland yang sedang menyesap tehnya hampir menyemburkan teh tersebut dari mulutnya. Beruntung sebagian teh sudah hampir mencapai lambungnya jika tidak ntah seperti apa nasib wajah tampan Arthur yang akan banjir semburan tuan tua Portland."Bukankah itu teknologi yang dulu Steve kerjakan ?" tuan tua Portland meletakkan cangkir tehnya sambil mengingat betapa bahagianya wajah putranya saat membicarakan ide itu padanya."Yah, teknologi yang gagal dan merupakan teknologi terakhir yang Steve kerjakan sebelum ia menghilang." Arthur berucap dengan lirih
York memejamkan matanya sembari sesekali menyesap teh susu yang dipesannya dari waiter yang sedari tadi berseliweran mengantarkan pesanan pengunjung. Sungguh ini adalah hal terandom dari sekian hal random yang York pernah lakukan yaitu mengunjungi cafe pukul 02 pagi. Di saat yang lain sibuk beradu dalam alam mimpi, York sibuk berada dengan pikirannya.Beruntung cafe ini buka 24 jam dan suasana tropical yang sudut diisi dengan deretan buku-buku yang tertata rapi pada rak-rak kayu yang semakin menambah kesan minimalis namun aesthetic cafe ini.York mengamati cafe yang hanya menyisikan beberapa orang saja. Termasuk seorang pria yang duduk dengan anggun sambil membolak-balikkan buku seolah ia adalah objek yang baru keluar dari lukisan. Jangankan pengunjung bahkan para waiters pun curi-curi pandang bahkan memandang dengan terang-terangan ke arah pria berkulit putih pucat tersebut seolah siap untuk memangsanya. Kaos hitam yang dikenakannya tampa
Celeste memasuki bandara sambil memegang kertas bertuliskan "Reo". Inilah akibat kelakuan laknatnya York, saat Celeste meminta foto Reo agar ia tidak celingak-celinguk di bandara nanti York berkata bahwa ia tidak punya foto Reo dan Reo tidak menolak keras untuk berfoto maupun di foto. Oke untuk ini Celeste paham karena tidak semua orang nyaman berada dalam jepretan kamera. Lalu Celeste pun meminta nomor ponsel Reo dan nama lengkapnya tiba-tiba saja York offline dan tidak aktif lagi hingga sekarang. Ingin rasanya Celeste berkata kasar, andaikan saat ini York ada di depannya mungkin ia akan memutilasi York menjadi delapan bagian. Celeste keluar dari mobilnya dan bergegas ke pintu kedatangan. Sambil memegang kertas di kedua tangannya ia melihat ke pintu kedatangan sembari menebak-nebak yang mana kira-kira pria bernama Reo. Sudah 10 menit Celeste menunggu, namun pria yang bernama Reo tersebut tak kunjung menghampirinya."Apa tulisanku tidak terbaca? tapi kan aku
Hanya 45 menit lagi untuk menyelesaikan seluruh prosedur atau pesawat akan lepas landas meninggalkan Negara penuh kenangan ini. Akh, lebih tepatnya York dilanda dilema antara harus mengatakan yang sebenarnya pada wanita yang tampak antusias berbicara dengan seseorang di seberang sana melalui ponselnya.Senyumnya yang mekar sempurna bak bunga sakura yang menjadi ciri khas penduduk jepang membuat York akhirnya membatalkan niatnya di detik-detik terakhir wanita itu mematikan ponselnya dan menoleh ke arahnya.“Oh, York kurasa ibu akan merindukan sifat bodohmu itu.” Memeluk York Portland dengan erat dan penuh kasih sayang.Hangat itu yang York rasakan. York ingin menjadi bayi kembali agar bisa bermanja ria pada ibunya setiap hari. Menjadi dewasa itu tidak menyenangkan, dulu saat kau kecil dan merasa kesulitan orangtuamu akan datang memeluk lalu menanggung kesulitan itu sendiri dan menyelesaikannya untukmu.Kau hanya perlu menangis maka seluruh kein
“Kekayaan bukanlah untuk memberi makan ego tetapi memberi makan orang yang lapar dan untuk membantu orang lain dalam membantu diri sendiri. Wow, Andrew Carnegie sungguh patut menjadi idola. Baik dari segi kekayaan, etos kerja, ke dermawanan, tidak seperti seseorang yang ku kenal oportunis dan sangat kapitalis.” Maxwell sengaja meninggikan suaranya sambil menutupi wajahnya dengan buku bersampulkan Andrew Carnegie.“Diam kau Maxwell, fokus saja untuk menyelesaikan hukumanmu atau aku akan menghancurkan kartu kreditmu dan menarik kembali mobil sport yang telah ku berikan padamu.” Celeste Winston menatap Maxwell dengan tajam.Suara dinginnya yang tajam dan menusuk membuat siapapun yang mendengarnya pasti bergidik ngeri dan ketakutan. Meski Celeste terlihat dingin dan mendapat julukan wanita besi dalam dunia bisnis tetap saja ia harus selalu berkompromi ketika berhadapan dengan adik kandungnya sendiri.“Baiklah kakak jangan terlalu galak,
Bandara internasional Zurich tampak ramai ketika York keluar dari ruang pengambilan barang di. Rambut pirang York yang lembut dan halus terurai manja di antara jaket kulit hitamnya. York mengenakan kacamata hitam untuk menutupi mata bengkaknya sehabis mengamuk tadi malam saat kedatangan Celeste.Kaos putih yang membalut tubuh langsing tampak trendi dipadu padankan dengan legging hitam yang menonjolkan bentuk paha dan kakinya serta sneakers putih yang membuat penampilannya casual namun elegan dan modis di saat bersamaan.Tinggi badannya yang mencapai 178 cm membuatnya tampak menonjol di tengah kerumunan apalagi fitur wajahnya yang tampak lembut dan rahangnya yang tegas namun terlihat halus dan temperamennya yang dingin membuat siapapun yang melihatnya pasti akan menengok dua kali.York mengistirahatkan kaki jenjangnya di kursi sambil menunggu jemputannya datang.“York Portland?” York mengangkat kepalanya dari ponsel yang sedang di utak-atiknya
“Kau sudah sampai?” tuan tua Portland mengangkat kepalanya dari tumpukan kertas sedangkan Chris keluar dari ruangan tersebut dan menyisakan York serta tuan tua Portland.“Hmm….” York menjawab singkat. York memang dingin dan acuh tak acuh, meskipun pria tua di hadapannya ini adalah kakeknya namun York tidak menemukan adanya bonding ataupun ikatan diantaran mereka. Bagi York tuan tua Portland adalah orang asing.“Aku senang karena akhirnya kau memutuskan untuk datang kesini.” Tuan tua Portland melihat York yang tampak tenang menyeruput secangkir teh di hadapannya. Meski tenang namun York seakan memberi tembok pemisah yang membuat orang segan untuk berbicara padanya. Tuan tua Portland tampak bangga, karena di usia yang masih muda cucu perempuannya ini tidak hanya berbakat dalam komputer tetapi juga memiliki aura alpha yang membuat orang lain merasa harus menghormatinya.York hanya diam saja tidak menyahuti perkataan Portla
Tuan tua Portland memasuki mansion bergaya eropa mewah, kebayang nggak sih seberapa mahal perabotan yang terpampang nyata di setiap sudut rumah si pemilik. York mengikuti dari belakang dengan elegan seolah tidak tertarik untuk mengamati sekeliling mansion klasik ini.Ketika kamu berkunjung ke rumah mewah, aturan yang pertama adalah usahakan agar mata tidak jelalatan dan bersikaplah tenang dan elegan dengan begitu kamu tidak akan terlihat norak dan di anggap remeh si tuan rumah. Mengagumi boleh tapi jangan sampai mempermalukan diri sendiri.Setidaknya itu yang York pelajari dari kelas tata krama semasa sekolahnya dulu, bukan York yang ingin masuk kelas tata krama tapi wanita itu yang memaksanya untuk mengikuti kelas tersebut dan setidaknya hal itu berguna sekarang.Terkadang hal yang kita anggap dulunya tidak berguna dan buang-buang waktu ternyata akan berguna di masa depan pada waktu yang tepat dan momen yang tepat, intinya tidak ada hal yang sia-sia.