Share

Salah Tingkah

"Loh ... tumben Ril, jam segini sudah pulang."

Uhuk .... Uhuk ....

Ariel yang sedang menenggak air mineral seketika tersedak saat mendengar suara sang mamah yang tiba-tiba saja muncul seperti hantu.

Dengan mata menyipit Ariel, menatap mamahnya yang membawa barang belanjaan di tangan kanan dan kirinya.

"Mah, Ariel carikan pembantu ya?" tawar Ariel yang saat ini sudah mengambil alih barang belanjaan mamahnya lalu mengeluarkan segala isi yang ada di dalam kantong plastik merah besar itu.

"Kamu ini mirip sama papah kamu. Dengar ya, Mamah ini masih kuat jalanin semua tugas ini. Buat apa ada pembantu kalau tidak benar-benar dibutuhkan!" sahut Dina. Ia juga mulai mengeluarkan semua belanjaan yang dia beli dari pasar. Dipisah-pisahkannya barang yang perlu dicuci dan tidak.

Ariel hanya mendesah pasrah mendengar jawaban dari sang mamah. Wanita berusia 56 tahun itu memang selalu menolak keinginannya untuk mencarikan pembantu.

"Kemarin kamu ke mana? Mamah cariin muter-muter kamu tidak ada." Dina menoleh menatap putrinya yang melamun sambil terus memegangi kaleng sarden.

"Kamu tahu tidak, kemarin itu di acara pertunangan anaknya teman Mamah, ada kejadian heboh!" Cerita Dina dengan suara menggebu-gebu.

Ariel yang semula melamun, mulai tertarik dengan apa yang dikatakan oleh mamahnya. "Kejadian apa, Mah?"

"Putri anaknya teman Mamah, tidak jadi bertunangan!" terang Dina yang sukses membuat Ariel terkejut bukan main.

Kening Ariel mengkerut. Ia dibuat berpikir dengan kata-kata yang baru saja diucapkan oleh mamahnya. Tidak mungkin tunanagan anak dari teman mamahnya yang tak lain adalah Samuel, pergi meninggalkan acara yang telah diselenggarakan dengan begitu meriah. Dan yang paling tidak mungkin adalah laki-laki itu pergi karena dirinya. Semalam saja, ia sama sekali tak melihat Samuel yang mengejar-ngejar atau berusaha menghentikannya setelah dia pergi.

"Aku kira anak teman Mamah itu laki-laki," komentar Ariel yang saat ini berpura-pura tidak tahu apa-apa.

"Eehh ... bukan. Anak teman Mamah itu perempuan. Sebenarnya teman Mamah itu sudah memperingatkan putrinya, untuk tidak tergesa-gesa bertunangan dengan pria indo tersebut!" lanjut Dina.

"Pria indo? Maksud Mamah pria berparas campuran? Atau maksud Mamah, pria itu memiliki darah Chinese?" cecar Ariel memastikan. Pasalnya Samuel memiliki keturunan Chinese jika dilihat dari matanya yang sedikit sipit dan kulit putih. Meski begitu laki-laki tersebut tetal terlihat macho karena tubuhnya yang tinggi besar.

"Kamu salah! Laki-laki itu keturuanan Amerika-Indonesia. Kata teman Mamah laki-laki itu sudah terlihat tidak baik sejak awal menjalin kasih." Urai Dina. Bibirnya naik turun menahan kesal seolah yang sedang dibicarakan saat ini adalah putrinya. Bagaimana juga dia pernah memiliki nasib yang hampir sama dengan temannya itu.

"Amerika-Indoneaia," ulang Ariel. Dia menjambak rambutnya frustasi. Entah mau diletakkan di mana mukanya ketika nanti dia bertemu dengan Samuel.

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Dina saat melihat rambut sang anak yang berantakan karena ulahnya sendiri.

"Ha ha ha ... tidak apa-apa, Mah!" jawab Ariel sambil tersenyum garing.

***

Ke esokan paginya.

Ariel terlihat celingukan saat hendak masuk ke dalam cafenya sendiri. Ia sudah seperti maling yang hendak mencuri barang berharga di cafe tersebut. Siapa lagi yang membuat dia seperti ini jika bukan Samuel. Rasa malu yang saat ini bersarang di hatinya, membuat dia tak siap bertemu dengan laki-laki yang memiliki usia jauh lebih muda darinya tersebut.

"Aaaa ...," teriak Ariel ketika dia merasakan tepukan di bahunya. Ia sama sekali tak berani menoleh ke belakang karena takut.

"Ril ... Ariel ... kamu ini kenapa sih?"

Ariel seketika bernafas lega saat mendengar suara Bimo di belakangnya. Ia dengan gerakan cepat langsung menoleh menatap sang sahabat yang menatapnya dengan pandangan aneh.

"Kamu sedang apa sih?" ucap Bimo mengulangi pertanyaannya.

"Sshhtt ... jangan keras-keras!" sahut Ariel.

Bimo yang bingung melihat sikap Ariel, seketika mendongakkan kepalanya mencoba melihat suasana di dalam cafe yang terlihat baik-baik saja sama seperti biasanya.

"Ril, kamu tidak sedang sakit kan?" tanya Bimo sambil menyentuh dahi Ariel.

Ariel yang kesal dengan kelakuan Bimo, langsung menepis tangan Bimo yang dengan tidak sopannya mendarat di dahinya.

"Aku sangat sehat. Bahkan untuk memukulmu aku bisa melakukannya!" Ketus Ariel sambil memperagakan gaya ingin memukuk tubuh gempal Bimo.

"Lalu bagaimana denganku?"

Tubuh Ariel seketika menegang saat mendengar suara Samuel yang saat ini tepat ada dibelakangnya. Itu artinya laki-laki itu sudah berada di dalam cafe entah sejak kapan.

"Kenapa sejak tadi kamu berdiri di depan pintu seperti seorang pencuri?" tanya Samuel yang sejak tadi terus memperhatikan gerak-gerik Ariel dari dalam.

"Itu juga yang menjadi pertanyaanku!" sahut Bimo ikut menyuarakan suaranya. Ia tak menggubris tatapan tajam yang dilemparkan oleh Ariel kepadanya saat ini. Ia tetap tersenyum dengan elegan sambil melambai kepada Samuel yang memang selalu terlihat tampan.

"Sudah jangan terus mendelik seperti itu. Nanti matamu bisa-bisa keluar!" Goda Bimo.

Samuel yang mendengar lelucon dari Bimo, berusaha untuk tidak tertawa. Andai saja dia yang melihat wajah Ariel saat ini, sudah pasti dia akan menggoda habis-habisan wanita yang telah mencuri hatinya itu.

"Apa kamu tidak ingin melihatku?" tanya Samuel untuk yang kesekian kalinya.

Ariel yang merasa belum siap bertemu dengan Samuel, mencoba berdehem sebentar. Setelah merasa agak lebih baik, Ariel akhirnya membalikkan tubuhnya menatap Samuel yang posisinya ada di depan pintu masuk. Meski tak menampakkan dengan jelas wajah menggodanya, Ariel sadar betul jika saat ini Bimo sedang cekikikan di dalam hati karena melihat tingkahnya yang memalukan ini

"Tidak! Memangnya kenapa aku tidak ingin melihatmu," sahut Ariel yang saat ini tengah berpura-pura tak tahu apa pun tentang acara pertunangan yang diceritakan oleh mamahnya kemarin.

Samuel mengedikkan bahu. "Entahlah, aku hanya bertanya saja."

"Sudahlah, minggir aku mau masuk!" Ketus Ariel yang tanpa sengaja menabrak bahu Samuel saat hendak masuk ke dalam cafe.

Samuel yang tak ingin kehilangan kesempatan, langsung meraih tangan Ariel. Dia dapat merasakan dinginnya telapak tangan wanita itu.

"Apa kamu sedang gugup saat ini?" tanya Samuel yang sukses membuat Ariel kembali menegang.

"Ti–tidak!" sahut Ariel dengan tergagap.

"Benarkah?" Desak Samuel yang kini mendorong tubuh Ariel hingga menempel pinggiran pintu kaca. Bimo yang kebetulan ada di depan mereka hanya bisa menatap ke dua sejoli yang saat ini tengah saling menggoda itu.

"Apa kamu yakin?" tanya Samuel kembali. Kini jari telunjuknya mengangkat dagu Ariel, agar wanita itu mau menatapnya.

Ariel dibuat menelan ludah dengan kasar. Berhadapan dengan Samuel dari jarak yang begitu dekat seperti ini membuat kinerja jantungnya tak beraturan. Belum lagi tatapan mata Samuel yang seolah mengunci pandangannya.

"Aakkhh ...," teriak Samuel tiba-tiba saat ia merasa kakinya di injak oleh seseorang.

Melihat Samuel yang lengah, Ariel langsung kabur dan mengucapkan kata maaf kepada laki-laki tersebut. Dia adalah pelaku utama dari teriakan melengking Samuel.

"Maaf ...," teriak Ariel sambil terus berlari naik ke lantai dua ruko yang dijadikannya cafe tersebut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status